.

Rabu, 25 September 2013

02. REVENUE Requirements

Seri Ekonomi Pembangkitan

oleh: Kelompok 1Adam Rahmadan, Pondy Tjahjono, Tyas Kartika Sari, Willy Sukardi

Pendahuluan

Metode revenue requirement adalah yang paling umum digunakan oleh public utility dalam bidang ketenagalistrikan. Metode ini lebih dikenal dengan istilah fixed charge rate

Ini merupakan besaran yang dibebankan per tahun sepanjang masa studi sebuah pembangkit.

Perhatikan Income Statement berikut ini:

Revenue

Rev(y)
Less:


Production Cost
E(y)

Depreciation
D(y)

Ad Valorem Taxes and Insurance
A(y)

Income Tax Paid*
T(y) - I(y)

Operating Income

Rev(y) – E(y) – D(y) – A(y) –T(y)+I(y)
Less:


Interest (return) on bonds
R2(y)

Net Income (Equity Return)

R1(y) = Rev(y) – E(y) – D(y) – A(y) –T(y)+I(y)-R2(y)
* T(y) = income Tax
    I(y) = Investment Tax Credit

Net Income (equity return), R1, adalah:
R1(y) = Rev(y) – E(y) – D(y) – A(y) –T(y) + I(y) - R2(y)
dimana R1dan R2 ditentukan terlebih dahulu.

Revenue Requirement

Dengan operasi aljabar sederhana diperoleh:
Rev(y) = R1(y) + R2(y)+ E(y)+ A(y) + D(y) + T(y) - I(y)
Rev(y) merupakan revenue requirement – nilai yang diperlukan untuk memenuhi minimum acceptable return sebesar R1(y) + R2(y) yang umum disebut sebagai fixed charge

Walau demikian fixed charge disini bukan berarti bernilai konstan, Sekali keputusan investasi ditetapkan maka komitmen untuk memenuhi revenue requirement ini harus dipatuhi dan tidak dapat dihindari.

Kriteria pemilihan keekonomian mengikuti aturan revenue requirement terendah. Di tahap pemilihan atau perancangan ini prinsip the lowest possible cost pertama diterapkan.

Semua komponen revenue requirement secara langsung sebanding dengan besaran investasi modal, kecuali komponen E(y) yang merupakan biaya produksi. 

Termasuk di dalamnya adalah biaya energi primer (fuel), tenaga kerja (labor), dan material. Biaya ini digolongkan sebagai biaya variabel yang nilainya terutama bergantung pada operasi pembangkit yang akan datang dan tidak bergantung pada nilai investasi yang ditetapkan.

Yearly Revenue Requirement

Fixed-charge rate, P’, adalah fraksi tahunan yang, bila dihubungkan dengan investasi awal pembangkit, akan memberikan persyaratan pendapatan minimum tahunan yang diperlukan untuk tingkat pengembalin atau return tertentu.
FCR(y).P’ = [R1(y) + R2(y)+ E(y)+ A(y) + D(y) + T(y) - I(y)].P’
Dengan menggunakan faksi P’ini revenue requirements dapat dihitung melalui 2 tahap perhitungan. Pertama, menghitung nilai tahunan dan kedua, menghitung equivalent uniform (A).

Return disini memiliki pengertian berbeda karena ini merupakan utility company, dimana nilainya diatur melalui regulasi atau ketentuan tertentu.

Sumber: 
W.D. Marsh, Diktat Electric Utility Power Generation Economics, 
Clarendon Press - Oxford, University Press, N.Y.

Artikel Terkait

25 komentar:

  1. Untuk kelompok 1, mohon pencerahannya sebagai berikut:
    1. apakah metode yang digunakan di Bab V ini sama seperti metode IRR dan NPV pada kuliah ekonomi teknik walaupun beda simbol.
    2. Dari paragraph terakhir, berarti nilai revenue/year atau nilai hasil jual product (Rev (Y) akan selalu fix. Untuk mengatasinya revenue yang fix, maka kita akan membuat efisiensi CAPEX, OPEX seperti pemilihan jenis pembangkit, unit yang nilai efisiensinya lebih tinggi, dsb termausk didalamnya durasi dari suatu pembangkit,. Yang membuat bertanya-tanya apakah formula-formula diatas masih dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah regulasi pada public utility?

    Terimakasih



    BalasHapus
    Balasan
    1. Slamat pagi pak catur, izin menanggapi no2, menurut saya, pada paragraf terakhir dimina pendapatan minumun tahunan dibutuhkan, ini masih bisa dilaksanakan pada public utility, dengan regulasi saat ini, semisal pada perusahaan listrik negara untuk memenuhi hal tersebut dibuatkan regulasi untuk pemakaian minimum listrik, semisal pemakaian minimum perbulan adalah 40 jam nyala, jadi jika kurang dari 40 jam nyala perbulan maka konsumen tetap harus membayar minimum senilai 40 jam nyala tersebut. Atau dengan memberikan biaya beban meskipun tidak digunakan.
      Terima kasih
      Arif. ME 13

      Hapus
    2. Slamat pagi pak catur, izin menanggapi no2, menurut saya, pada paragraf terakhir dimina pendapatan minumun tahunan dibutuhkan, ini masih bisa dilaksanakan pada public utility, dengan regulasi saat ini, semisal pada perusahaan listrik negara untuk memenuhi hal tersebut dibuatkan regulasi untuk pemakaian minimum listrik, semisal pemakaian minimum perbulan adalah 40 jam nyala, jadi jika kurang dari 40 jam nyala perbulan maka konsumen tetap harus membayar minimum senilai 40 jam nyala tersebut. Atau dengan memberikan biaya beban meskipun tidak digunakan.
      Terima kasih
      Arif. ME 13

      Hapus
    3. Slamat pagi pak catur dan smua, izin menanggapi no.2, menurut saya pada pragraf terakhir diman pendapatan minimum tahunan dibutuhkan, ini masih bisa dilaksanakan pada public utility, dengan regulasi saat ini, semisal pada Perusahaan Listrik Negara untuk memenuhi hal diatas dibuatkan regulasi untuk pemakaian minimum listrik, semisal pemakaian minimum perbulan adalah 40 jam nyala, jadi jika kurang dari 40 jam nyala perbulan maka konsumen harus tetap membayar minimum 40 jam nyala tersebut, atau dengan menetapkan biaya beban pada daya tertentu, ini digunakan untuk mendapatkan minimum pendapatan.

      terima kasih

      Arif Budiman ME13

      Hapus
    4. Menanggapi pertanyaan Mas Catur
      1. Secara konsep sama IRR banyak digunakan dalam suatu analisis investasi, namun relatif sulit untuk ditentukan karena untuk mendapatkan nilai yang akan dihitung diperlukan suatu 'trial and error' hingga pada akhirnya diperoleh tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol. IRR dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menyamakan present value cash inflow dengan jumlah initial investment dari proyek yang sedang dinilai.
Dengan kata lain, IRR adalah tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol, karena present value cash inflow pada tingkat bunga tersebut akan sama dengan initial investment. Suatu usulan proyek investasi akan ditetima jika IRR > cost of capital dan akan ditolak jika IRR < cost of capital.
      2. Rate return memang diatur dalam regulasi atau ketentuan tertentu untuk menjaga stabilitas revenue

      Hapus
  2. Menambahkan penjelasan di atas oleh kelompok 1, begini yang kami pelajari baik dari penjelasan yang ada di Marsh dan paper-paper pendukung lainnya.

    Metode Fixed-Charge Rate (FCR) ini merupakan metode tersendiri yang banyak dipakai pada investasi-investasi pembangkitan.

    FCR merupakan persentase tahunan (annual) terhadap investasi (CAPEX) di luar production / operation cost. (terlihat dari penjelasan di atas) Karena merupakan persentase terhadap investasi, maka agak sulit dibayangkan..

    Untuk perusahaan pembangkitan yang dimiliki oleh swasta, FCR berkisar antara 15 s/d 20 % per tahun.

    Untuk perusahaan pembangkitan publik, biasanya FCR berkisar separuh hingga 5% dibawah FCR untuk perusahaan swasta.

    Dari perhitungannya, FCR bergantung pada Rate of Return yang terdiri atas return kepada pemberi pinjaman (dalam bentuk bunga) dan return kepada pemegang saham (dalam bentuk dividen). Perhatikan saja pada persamaan FCR, bahwa R1 adalah return yang diinginkan/dipatok oleh pemegang saham. Sedangkan R2 adalah return berupa bunga yang diharapkan oleh pemberi pinjaman.

    Suatu proyek atau suatu perusahaan pembangkitan biasanya dibiayai baik melalui pinjaman (hutang) dan juga equity (saham).

    Nah, revenue yang diperoleh dari penjualan listrik nantinya haruslah cukup untuk membayar dividen (equity return) kepada investor, bunga pinjaman, depresiasi dan pajak-pajak berikut insurance-nya. Revenue yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut itulah yang direpresentasikan dalam bentuk persentase dari investasi (capital cost) dan disebut Fixed-Charge Rate (FCR).

    Rate of Return tersebut tidak bisa terlalu rendah karena akan berakibat tidak tertariknya investasi, sehingga harus ada return minimum yang diharapkan , baik secara regulasi, oleh pemberi pinjaman (misal bank, dsb) atau oleh pemegang saham. Hal inilah yang disebut Minimum Acceptable Return (MAR).

    Mudah-mudahan bisa lebih mudah dalam memahaminya yaa..

    Bagus W. Wahyuntoro, ME'13




    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas masukannya. Ada satu lagi yang membuta saya bertanya-tanya, apakah subsidi termasuk kedalam anggaran inevstasi untuk menghitung NPV, IRR?

      Hapus
    2. Sambil nunggu dibandara coba comment-comment dulu deh... :)
      Saya coba mengartikan secara harfiah apa itu subsudi mudah-mudahan nanti bisa mengarahkan kejawabanya..
      Subsidi (juga disebut subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya karena operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya. Subsidi dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau penghalang perdagangan dengan memproduksi barang dan jasa domestik yang kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi yang besar. Bantuan keuangan dalam bentuk subsidi bisa datang dari suatu pemerintahan, namun istilah subsidi juga bisa mengarah pada bantuan yang diberikan oleh pihak lain, seperti perorangan atau lembaga non-pemerintah. (sumber : wikipedia)
      Nah pertanyaannya kembali kira-kira apa itu jawabannya.? hehe...

      Hapus
    3. menurut saya subsidi energi listrik itu hadir untuk mengkompensasi daya beli masyarakat yang dianggap tidak mampu apabila diberikan tarif sesuai dengan biaya pokok pembangkitan yang seharusnya misalkan seharusnya PT. PLN (persero) menjual Rp. 1000/kwh tetapi daya beli masyarakat hanya mampu Rp. 300/kwh sehingga Rp. 700/kwh ditanggung oleh pemerintah dalam bentuk subsidi. menurut saya NPV dan IRR dalam investasi harusnya diperhitungkan tanpa adanya subsidi karena subsidi adalah opsional terakhir yang diputuskan oleh pemerintah berdasarkan berbagai pertimbangan. apabila NPV dan IRR dihitung dengan adanya variabel subsidi, maka yang terjadi perusahaan tersebut akan selalu mengandalkan subsidi dan tidak akan memperbaiki manajemen operasionalnya sehingga selalu tidak efektif dan efisien karena semua selisih biaya akan ditanggung oleh pemerintah. Pertanyaannya apakah hal tersebut yang saat ini terjadi?

      Hapus
    4. Sedikit menambahkan jawaban mas dedy atas pertanyaan mrcat. Mengutip dari wikipedia : "Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut", menurut saya disini jelas bahwa secara perhitungan keekonomisan bisnis, perusahaan yang disubsidi adalah perusahaan yang tidak ekonomis, sehingga baik perhitungan NPV ataupun IRR tidak memasukkan nilai subsidi tersebut.

      Hapus
    5. Sedikit menambahkan, bahwa subsidi erat kaitannya dalam rangka penugasan Public Services Obligation (PSO). PSO adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh negara akibat disparitas/perbedaan harga pokok penjualan BUMN/swasta dengan harga atas produk/jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah agar pelayanan produk/jasa tetap terjamin dan terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (publik).
      Sumber: http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=193

      Hubungan dengan NPV dan IRR, menurut saya selain subsidi yang diberikan, persentase margin juga akan mempengaruhi NPV dan IRR dalam rangka pemenuhan kewajiban/beban perusahaan (antara lain: biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan, biaya kepegawaian, beban bunga dan keuangan yang digunakan untuk penyediaan tenaga listrik).

      Hapus
    6. Menanggapi lagi permasalahan subsidi dimasukkan dalam perhitungan NPV dan IRR. Bagaimana cara menghitung subsidi? kalo subsidi di masukkan ke dalam NPV dan IRR berarti jumlah subsidi ditentukan terlebih dahulu akan tetapi jika dihitung NPV dan IRR-nya terlebih dahulu sehingga diperoleh harga keekonomiannya kemudian ada kajian mengenai kemampuan daya beli masyarakat kemudian akan diperoleh selisih dari harga keekonomian dengan daya beli masyarakat yang kemudian selisih itu akan dijadikan sebagai subsidi yang akan diberikan agar perusahaan tersebut tetap memperoleh revenue sesuai dengan harga keekonomian produknya. Jadi menurut saya harus dihitung dulu NPV dan IRR tanpa adanya subsidi kemudian dari hasil itu harusnya dapat dijadikan referensi untuk penentuan jumlah subsidi. Jadi bagaimana?
      Elif Doka M, ME 13

      Hapus
  3. 1.Mungkin rekan-rekan ada yang bisa membantu apakah yang di maksud dengan "interest return on bonds"?dalam bidang ke ekonomian apa saja kategori interst return on bonds ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya seperti yang dikutip oleh Mas Bagus,
      Interest return on bonds atau R2 adalah return berupa bunga yang diharapkan oleh pemberi pinjaman. Revenue yang didapat salah satunya digunakan untuk membayar pinjaman dalam bentuk bunga, dalam dunia mining contractor sptnya ini jg dipakai.

      Hapus
    2. Pak Indra, interset return on bonds = bunga yang didapat dari obligasi.
      Jenisnya anatar lain Obligasi suku bunga tetap, Obligasi suku bunga mengambang dsb. untuk detail klik disini.
      Sedangkan berdasaran penerbitnya: pemerintah atau swasta.

      Hapus
    3. Interest Return on Bonds, bunga obligasi. Obligasi biasa juga disebut surat utang. Beda dengan Saham, kalau pemilik saham adalah juga pemilik dari perusahaan, sementara pemberi pinjaman obligasi tidak otomatis menjadi pemilik perusahaan. Adapun macam-macam cara pembayaran bunga obligasi adalah : a. Zero coupon bonds; b. Coupon bonds; c. Fixed coupon bonds; d. Floating coupon bonds. Sumber : klik

      Pondy Tjahjono ME13

      Hapus
  4. Mencoba menjawab pertanyaan Mas Catur:
    Subsidi adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut.
    Menurut pandangan saya, subsidi bisa dikategorikan sebagai anggaran investasi untuk menghitung NPV atau IRR. Karena “suntikan” dana dari subsidi bisa digunakan untuk menambah nilai investasi ataupun biaya produksi yang impactnya mengubah nilai NPV dan IRR.

    BalasHapus
  5. Sedikit menanggapi pertanyaan Mas Indra,

    Kembali pada definisinya, "bonds (obligasi)" adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran.
    Sumber definisi: click here.

    Bunga yang dibayarkan oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi bersamaan dengan utang pokoknya yang disebut "interest return on bonds".

    Mungkin ada teman-teman yang ingin menambahkan atau mengoreksi, dipersilahkan.

    Chairy, ME13

    BalasHapus
  6. Sesuai dengan yang kita diskusikan pada perkuliahan 26-Sept-13, referensi yang saya ambil untuk acuan FCR di atas bisa dilihat di http://energysystems.princeton.edu/, pada bagian Useful Energy Link dengan judul Generation of Electric Power oleh
    Hesham E. Shaalan (Assistant Prof. dari Georgia Southern University). Untuk lebih mudahnya bisa di klik di sini.

    Menanggapi mas Catur di atas, subsidi diperhitungkan juga dalam perhitungan ke-ekonomian. Subsidi pemerintah misalnya, dapat berupa tiga hal, yaitu subsidi pada harga jualnya (sehingga harga tidak terlalu tinggi ke masyarakat), sering diperlihatkan dalam revenue pada cashflow. Yang kedua subsidi pada salah satu atau beberapa komponen biayanya. Misalnya subsidi pembelian bahan bakar pada pembangkit listrik, dimana diperhitungkan untuk opex pada cashflow. Dan yang ketiga, berupa subsidi pada investasi awal atau capex-nya. Tanpa diperhitungkan, bisa jadi NPV menjadi negatif, sehingga tidak ekonomis sampai dengan subsidi tersebut diikutkan. Hanya saja subsidi pemerintah tentu saja membutuhkan komitmen dan persetujuan pemerintah, misal dimasukkan dalam APBN/APBD, dsb.

    Salam,

    Bagus W. Wahyuntoro, ME'13

    BalasHapus
  7. Untuk Pak Bagus dan Pak Willy, berarti sebenarnya subsidi diberikan jika IRR < MARR dan hal ini berlaku untuk public utility yang pricenya diatur oleh pemerintah.
    Mohon pencerahannya?

    BalasHapus
  8. Sekedar menambahkan terkait dengan subsidi Lisrik. Menurut Nota Keuangan dan RAPBN 2014, anggaran subsidi listrik diberikan dengan tujuan agar harga jual listrik dapatterjangkau oleh pelanggan dengan golongan tarif tertentu. Subsidi listrik dialokasikan karena rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL)-nya lebih rendah dari biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik pada golongan tarif tersebut. Anggaran subsidi listrik juga dialokasikan untuk mendukung ketersediaan listrik bagi industri, komersial, dan pelayanan masyarakat. Selain itu, pemberian subsidi listrik diharapkan dapat menjamin program investasi dan rehabilitasi sarana/prasarana dalam penyediaan tenaga listrik.
    Sementara itu, dalam rangka mengurangi beban subsidi listrik yang terus meningkat,
    Pemerintah dan PT PLN (Persero) berupaya menurunkan BPP tenaga listrik, antara lain melalui:
    (1) program penurunan susut jaringan (losses); dan
    (2) program diversifikasi energi primer di pembangkit listrik dengan melakukan
    optimalisasi penggunaan gas, panas bumi, batubara, biodiesel, dan
    penggantian high speed diesel (HSD) menjadi marine fuel oil (MFO).
    Dalam rangka mengendalikan subsidi listrik, Pemerintah bersama DPR-RI sepakat
    untuk menurunkan subsidi listrik secara bertahap, dengan tidak mengorbankan masyarakat berpenghasilan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah telah melakukan penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) rata-rata sebesar 15 persen pada tahun 2013 secara bertahap.

    BalasHapus
  9. Selamat siang,

    Setelah mempelajari prinsip revenue requirement : fix charged rate, ini adalah minimal revenue yang harus didapatkan agar target MARR (komponen R1+R2) tercapai. Revenue yang diambil haruslah yang terrendah diantara beberapa alternatif, sehingga prinsip at the lowest possible cost tercapai. Yang ingin saya tanyakan adalah :

    1. apakah metode Revenue Requirement : Fix Charged Rate ini dapat di terapkan selain pada utility company ( contoh : industri pupuk, obat dan bahan pokok) agar harga/cost-nya dapat ditekan dan tidak memberatkan konsumen?

    2. revenue requirement adalah salah satu metode Economic Analysis Method, apakah kelebihan dan kekurangan metode ini dibanding metode revenue requirement yang lain (contoh: Net Present Worth method, Discounted cash flow method, payback method) sehingga lebih cocok digunakan di utility company?

    Terima kasih

    Salam,
    Arief RD ME 14

    BalasHapus
  10. Kelompok 4 ME-2015

    Bagaimanakah melakukan perhitungan revenue requirement jika sumber pendanaan terdiri dari equity investor, pinjaman bank, serta dana pemerintah untuk pembangunan pembangkit di Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Metode revenue requirement adalah yang paling umum digunakan oleh public utility dalam bidang ketenagalistrikan. Metode ini lebih dikenal dengan istilah fixed charge rate.

      Secara umum, Revenue requirement memberikan dasar perhitungan jumlah revenue yang harus didapatkan agar keuntungan untuk pemegang saham dan pemegang obligasi tercapai. Formula Revenue Requirement yaitu Nett Income / ER (R1), Interest on bond (R2), ad valorem tax & insurance (A), Depreciation (D), Production Cost (E), Income Tax (T) dan Investment Tax Credit (I).

      Menurut pendapat saya, perbedaan perhitungan revenue requirement berdasarkan sumber pendanaan yaitu:
      1. Sumber pendanaan dari pinjaman bank: menggunakan formula pada umumnya;
      2. Sumber pendanaan dari investor 100%: tidak ada pembayaraan interest on bond (R2);
      3. Sumber pendanaan investasi dari dana pemerintah: tidak ada pembayaran pajak pertambahan nilai (A) dan pajak pendapatan (T);
      4. Sumber pendanaan dari subsidi pemerintah pada harga listrik: pendapatan bersih ditambah dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah.

      Mohon pendapat dan koreksi terhadap pendapat saya tersebut .

      Fitria (ME 2015) - Kelompok 1

      Hapus
  11. Revenue requirement dirumuskan
    RRt = (RBt)Rt + OCt + Dt + Tt + Ft
    Di mana :
    RR = Revenue Requirement
    R = Rate of Return (Tingkat pengembalian)
    RB = Rate Base (Investasi Gross - Akumulasi Penyusutan)
    OC = Operating Cost (Biaya operasi)
    D = Depreciation (Beban penyusutan)
    T = Taxes (Pajak)
    F = Franchise (Biaya Waralaba dan lainnya)
    t = Tahun Uji
    Karena pembiayaan terdiri dari 3 komponen yaitu equity investor, dana pemerintah dan pinjaman bank maka perlu ditetapkan rate untuk tiap komponen. Equity dan dana pemerintah memiliki interest rate lebih tinggi karena memasukkan faktor risiko di dalamnya.
    Rate base didefinisikan sebagai plant facilities dan investasi lain yang diperlukan untuk memberikan utility service ke kustomer. Yang termasuk di dalamnya adalah tanah, bangunan, pembangkit, transmisi dan distribusi.
    Rate of Return adalah kumulatif dari 3 komponen:

    Ratio Cost Composite Return
    Debt 30% 8% 2.4%
    Equity 50% 12% 6.0%
    Gov 20% 10% 2.0%
    ROR 8.4%

    Biaya lainnya bersifat standar seperti pada kalkulasi umumnya.

    Dwi laksmana (ME 2015)

    BalasHapus

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajemenenergi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.