.

Selasa, 17 Desember 2013

Artikel Khusus 03: Why ECONOMIC GROWTH becomes IMPORTANT

The challenge series

oleh: Argianto, Ilham Budi Sriutomo, Rahmawati Agustin, Difi Nuary Nugroho


 Apa yang dimaksud dengan PDB per kapita? Dan apa hubungan PDB per kapita dengan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa?

Bagaimana kondisi PDB per kapita di Indonesia dan bagaimana pertumbuhan konsumsi energi listriknya?

Bagaimana kesiapan Indonesia dari sisi suplai ketenagalistrikan?

PENDAHULUAN

PDB per kapita merupakan ukuran dari total output suatu Negara yang mengambil produk domestik bruto (PDB=GDP) dan membaginya dengan jumlah populasi Negara tersebut.
Suatu Negara membutuhkan pertumbuhan ekonomi atau Gross Domestic Product (GDP) antara lain untuk mensejahterakan masyarakatnya, dimana PDB per kapita yang terus meningkat akan menjadi indikator kualitas kehidupan masyarakat suatu Bangsa.
Pembagian Negara berdasarkan Gross National Income per capita, menurut Bank Dunia (per 1 Juli 2013):
  • Pendapatan rendah: ≤ $1.035
  • Pendapatan menengah: $1.036 sd $4.085
  • Pendapatan di atas menengah: $4.086 sd $12.615
  • Pendapatan tinggi : ≥ $12.616 
Kualitas kehidupan dapat diartikan sebagai kemakmuran yang akan mendorong antara lain peningkatan konsumsi energi.

Melalui pendekatan dari sisi pengeluaran
peningkatan konsumsi energi per kapita timbul akibat adanya pertumbuhan GDP per kapita. Sementara biaya sosial yang harus ditanggung suatu bangsa akan sangat mahal jika harus menghentikan pertumbuhan yang terjadi.
Tantangan kita ke depan adalah
bagaimana suplai energi tetap tersedia sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah pendapatan per kapita yang lebih baik dan berkelanjutan. Disini tingkat harga energi perlu untuk diperhatikan (lihat Artikel Khusus 01 dan Artikel Khusus 02).
Fokus penulisan ini pada konsumsi energi per kapita dan kesiapan suplai ketenagalistrikan saat ini.

MARI KITA PERHATIKAN KONDISI UMUM INDONESIA

Kondisi PDB per kapita Indonesia menurut World Bank tergolong dalam klasifikasi negara dengan “Lower Middle Income“ 
dengan tingkat konsumsi listrik masih 1.000 kWh/kapita. Sementara negara ASEAN lainnya seperti Malaysia ada di posisi lebih tinggi dengan 4.000 kWh/kapita.
Gambar 1. GDP dan Electric Power Consumption
(keduanya diolah dari World Bank)
Dilihat dari kondisi Index Kesejahteraan Masyarakat (Human Development Index) dengan tiga indikator yaitu:
  • pendidikan, 
  • kesehatan, dan 
  • daya beli masyarakat
Gambar 2. Human Development Index
(sumber: UNDP 2013)
Gambar 2 menunjukkan HDI Indonesia masih berada pada peringkat 121 berada di bawah Thailand dan Malaysia.

SELANJUTNYA, BAGAIMANA SISI SUPLAI KITA?

Kita perhatikan data berikut ini. Adanya ketidakseimbangan antara supply dan demand
  • Penambahan kapasitas pembangkit rata-rata 4% per tahun
  • Beban puncak tumbuh rata-rata 5% pada periode yang sama
Gambar 3. Pertumbuhan Sisi Demand dan Supply Kelistrikan Indonesia
(sumber: Arktikel Khusus 06 - A Year Before AFTA)
Selain itu, kondisi kelistrikan yang terjadi di beberapa daerah pada tahun ini menunjukkan masih sangat rendah kualitas pada suplai energi.
Hal tersebut berpotensi menganggu jalannya roda perekonomian dan menimbulkan berbagai dampak sosial, seperti yang diberitakan oleh Metro TV News dan Antara News.
Menurut laporan The Global Competitiveness Report 2013-2014, Indonesia menempati peringkat 89 untuk kualitas supply listrik.

DEKLARASI MOTIF PENULISAN

Motif penulisan artikel ini adalah 
untuk memahami kondisi pencapaian konsumsi energi per kapita di Indonesia sejak saat ini dan untuk kepentingan pendidikan yang sedang kami jalani.
Dengan demikian diharapkan masih tersedia waktu untuk merumuskan berbagai pemikiran besar dalam rangka meminimalkan risiko dan menunjang kebijakan penyediaan tenaga listrik.

Disini kami sekedar berbagi informasi bahwa ketersediaan energi listrik mempunyai peran yang sangat penting bagi berkelanjutan pertumbuhan ekonomi

BAHAN DISKUSI

  1. Apakah ada sumber-sumber atau referensi lain yang mendukung atau membantah adanya keterkaitan antara pendapatan per kapita dengan konsumsi energi per kapita? 
  2. Untuk meningkatkan energi per kapita suatu bangsa, perencanaan penyediaan tenaga listrik mana yang lebih tepat apakah berdasarkan supply driven atau demand driven? ,berikan alasan dan referensi?
  3. Apa strategi kita di bidang energi khususnya dari sisi suplai ketenagalistrikan?
  4. Jika yang menjadi kendala saat ini adalah pada sisi penyediaan, kira-kira apa permasalahan yang timbul yang mengakibatkan terbatasanya energi di Indonesia?0

KESIMPULAN DISKUSI (per 31 Desember 2013)

  1. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting setidaknya untuk menjaga keberhasilan pembangunan yang telah dicapai pada periode sebelumnya. 
  2. Pertumbuhan ekonomi yang sehat akan memberi dampak positif bagi berbagai sektor termasuk sektor energi. 
Walaupun dampak dari hilangnya pertumbuhan ekonomi memberi dampak yang berbeda dari satu negara dengan negara lain, namun jelas penanganannya akan menimbulkan kerumitan tersendiri. 
Tingkat kerumitan meningkat sejalan dengan tingginya rasio hutang luar negeri suatu Negara.
++






















Artikel Terkait

67 komentar:

  1. 1. Apakah ada sumber-sumber atau referensi lain yang mendukung atau membantah adanya keterkaitan antara pendapatan per kapita dengan konsumsi energi per kapita?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagai salah satu infrastruktur penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak, tenaga listrik dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk kebutuhan sehari-hari maupun sebagai input dalam kegiatan produksi dalam menggerakkan perekonomian (pemakaian listrik perkapita). Makin tinggi pemakaian listrik perkapita suatu negara makin tinggi pula indeks pembangunan manusia. Besar-nya pemakaian listrik perkapita dapat menjadi ukuran tingkat kesejahteraan manusia dalam masyarakat. Dengan menggunakaan banyak listrik maka masyarakat dapat lebih produktif dalam mengolah sumberdaya menjadi barang yang bernilai tambah. Dalam prespektif peningkatan kesejahteraan masyarakat maka membeli listrik dari luar negeri dapat dipandang sebagai kegiatan positif yang berkontribusi langsung dalam memajukan pembangunan manusia. Sumber.

      Hapus
    2. Konsumsi energi dan pendapatan (PDB) memiliki keterkaitan yang erat. Hal ini ditunjukkan oleh negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita yang tinggi juga memiliki tingkat pertumbuhan konsumsi energi per kapita yang tinggi
      sumber lengkap : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55319 pada Bab VI

      Hapus
    3. Ada.

      Salah satunya adalah paper "How electricity consumption affects social and economic development by comparing low, medium and high human development countries" oleh Chi Seng Leung dan Peter Meisen. Namun energi yang dimaksud disini adalah energi listrik. Studi ini menggunakan data yang diolah dari 40 negara yang ada di UNDP. Ada banyak analisis yang dilakukan untuk menguji keterkaitan energi listrik tersebut. Salah satunya menyimpulkan bahwa ada keterkaitan erat antara GDP per capita dengan electricity consumption per capita, dengan nilai R-square sebesar 95% dan standar error yang relatif kecil dari data yang ada. Begitu pula dengan uji korelasi yang ditunjukkan analisis dalam paper tersebut.

      Referensi lainnya adalah studi statistik oleh Jude Clemente yang berjudul "The Statistical Connection Between Electricity and Human Development". Studi ini mencoba mencari keterkaitan antara HDI dengan per capita electricity usage dengan metode statistik dari data 38 negara.

      Bagus W., ME'13

      Hapus
    4. Makasih. Info ini sangat menarik.

      Pesannya adalah:
      Jangan menyalahkan konsumsi energi (listrik) karena hal itu menunjukkan suatu kemajuan. Sebaliknya lakukanlah pengelolaan dengan benar - jangan menyalahkan keadaan.

      Analogi yang sama berlaku di sektor transportasi.
      Meningkatnya pertumbuhan ekonomi meningkatkan kemakmuran sehingga mendorong konsumsi. Di negara yang fasilitas transportasinya buruk, masyarakat terdorong untuk membeli alat transportasi pribadi. Akibatnya jalanan macet.....

      Hapus
    5. Saya setuju pak dari sumber yang saya dapatkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan transportasi pribadi juga memberikan dampak yang positif. Semakin baik suatu jaringan transportasi maka aksesibilitasnya juga semakin baik sehingga kegiatan ekonomi juga semakin berkembang. Contoh dari betapa pentingnya peran transportasi bagi pengembangan wilayah perkotaan adalah fenomena yang terjadi pada daerah ibu kota jakarta, daerah ibu kota mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan adanya sarana transportasi yang memadai. Kemajuan yang sangat pesat ini memberikan beban yang sangat berat pada daya dukung lingkungannya. Perkembangan ini didukung pula oleh adanya akses jalan tol sehingga memudahkan mobilisasi penduduk antar wilayah. Keadaan ini memicu fenomena berkembangnya kota baru/pemukiman berskala besar, seiring dengan berkembangnya kawasan industri. Kota-kota Baru tersebut dibangun untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan beserta berbagai sarana pendukungnya, serta aktivitas kawasan industri sebagai basis ekonomi kota baru. Akibat dari pembanguan dari tol ini maka muncul beberapa kota-kota baru.

      sumber : http://arminsiparacca07.blogspot.com/2011/03/pengaruh-perkembangan-transportasi.html

      Hapus
    6. klik disini.

      Disitu buku ttg elastisitas dari BPPT
      ada bab yang menjelaskan mengenai keterkaitan GDp Dan pola konsumsi
      GDP merupakan indikator kemakmuran suatu bangsa, disisilain dengan peningkatan hingga 6% pada tahun 2013, konsumsi energi juga semakin meningkat, ada hal postitif dari ini semua, bangsa kita yang semakin makmur namun menjadi bangsa yang konsumtif, apalagi dalam hal energi.

      Hapus
    7. menambahkan informasi dari rekan", Secara logika jawabannya iya. Namun kenyataannya tidak demikian. Pertumbuhan ekonomi akan tetap tumbuh meski terjadi defisit energi. Hal ini dikarenakan hubungan pertumbuhan ekonomi indonesia dan konsumsi energinya adalah uni-directional (Hoo, 2005). Pertumbuhan ekonomi memang meningkatkan konsumsi energi, namun tidak berlaku sebaliknya. Hubungan yang demikian juga terjadi hampir di seluruh negara berkembang.

      Berbeda dengan negara maju. Tingkat konsumsi energi perkapitanya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi mereka atau dikenal dengan hubungan bi-directional. Hal ini terjadi karena basis ekonomi mereka adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh industrinya. Seluruh jenis industri memerlukan energi yang banyak. Yang membedakannya hanya tingkat rasio efisiensi penggunaan energi terhadap output yang dihasilkan. Sedangkan sektor konsumsinya pemenuhannya sudah dipenuhi dengan baik.
      ( sumber : http://newbensagung.wordpress.com/2013/10/10/hubungan-pertumbuhan-ekonomi-dan-konsumsi-energi-indonesia/ )

      Adam ME 2013

      Hapus
    8. Setiap makalah yang saya cermati bahwa semuanya melampirkan bukti pendukung bahwa ada hubungan antara konsumsi energi dan pertumbuhan penduduk. Akan tetapi, tipe hubungan antara konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi masih dikaji lebih lanjut seperti hubungan bidirectional atau uni-directional.
      Berikut ini adalah hasil dari beberapa paper mengenai hubungan tersebut.
      · Turki, Perancis, Jerman , Jepang memperlihat hubungan sebab akibat dari peningkatan konsumsi energi kepada pertumbuhan ekonomi.
      · Italia dan Korea memperlihatkan hubungan sebab akibat dari pertumbuhan ekonomi menjadi peningkatan konsumsi energi.
      · Hubungan bi-directional causality seperti di Argentina ini ditunjukkan dengan Meningkatnya konsumsi energy akan meningkatkan pertumbuhan GDP begitu pula sebaliknya Konsumsi energy dan pertumbuhan energy akan saling berhubungan.


      Namun, bagaimana dengan negara Indonesia? Hubungan seperti apa antara konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

      Salam,
      William Maha Putra ME 14
      Sumber :
      http://plagiarism.repec.org/amiri-zibaei/amiri-zibaei4.pdf
      (http://www.rwi-essen.de/media/content/pages/publikationen/ruhr-economic-papers/REP_10_190.pdf)

      http://www.ipe.ro/rjef/rjef4_10/rjef4_10_12.pdf

      Hapus
    9. Ada, karena saat ini cukup banyak kajian yang dilakukan untuk menganalisa keterkaitan antara pendapatan per kapita dengan konsumsi energi per kapita. Salah satu contohnya adalah penelitian Analisis Hubungan Konsumsi Energi Dengan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia oleh Tria Apriliana. Disitu diungkapkan bahwa Berdasarkan uji Granger Causality dan Ordinary Least Squares (OLS), hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi energi pada sektor industri, rumah tangga, komersial dan seluruh sektor, namun antara pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi energi pada sektor transportasi dan sektor lainnya tidak terdapat hubungan satu sama lain atau saling independen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor yang mendominasi dalam penggunaan energi karena pada sektor ini energi merupakan salah satu input penting dalam menghasilkan ouput, selanjutnya diikuti oleh sektor komersial dan sektor transportasi. Sedangkan pada sektor rumah tangga penggunaan energi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penemuan ini memberikan implikasi kebijakan yang penting pembuat keputusan, agar supaya mengkaji ulang kebijakan, khususnya kebijakan dalam menentukan harga BBM dan TDL agar tujuan pembangunan yaitu untuk mensejahterakan rakyat tercapai.

      Dewi Anggraini ME 14

      Sumber :
      http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Analisis-Hubungan-Konsumsi-Energi-Dengan-Pertumbuhan-Ekonomi-Di-Indonesia.pdf

      Hapus
    10. Ada dan jelas sekali pak, bila mengacu pada poin-poin pada artikel berikut. , terdapat teori konsumsi dimana, semakin tinggi pendapatan seseorang secara individu, akan meningkat pula pola konsumsi mereka, baik dari barang habis pakai ataupun barang non-habis pakai seperti barang elektronik dan transportasi.
      bila kita berbicara energi dalam bentuk BBM dan Energi Listrik, benar seperti apa yang diutarakan oleh beberapa komentar diatas. Dengan meningkatnya pertambahan angka pendapatan per-kapita, dan hubungannya dengan meningkatnya peningkatan konsumsi energi, itu menjadi indikator yang baik (walau tidak mutlak) akan berkembangnya suatu negara. Implikasi jangka panjangnya adalah perlu adanya regulasi yang baik mengenai penggunaan Energi bila negara kita mau berubah dari negara berkembang menjadi maju, tanpa mengesampingkan dampak negatif dari demand energi yang berkelanjutan. Oleh karena itu riset-riset seputar EBT dan Alternatif Energi harus didukung penuh oleh pihak negara, bila ingin taraf perekonomian masyarakatnya lebih baik.

      Augtiaji Awang Baskoro- ME 14

      https://herdiantioktora.wordpress.com/2013/09/29/pendapatan-perkapita/
      http://digilib.unimed.ac.id/hubungan-pendapatan-keluarga-pendidikan-dan-pengetahuan-gizi-ibu-terhadap-pola-konsumsi-dalam-menanggulangi-gizi-buruk-marasmus-kwasiorkhor-pada-anak-balita-di-kabupaten-deli-serdang-sumatera-utara-22953.html

      Hapus
    11. Terima kasih Mbak Dewi atas informasinya,namun setelah membaca ini, Namun ada yang perlu saya pahami mengenai " Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor yang mendominasi dalam penggunaan energi karena pada sektor ini energi merupakan salah satu input penting dalam menghasilkan ouput, selanjutnya diikuti oleh sektor komersial dan sektor transportasi. Sedangkan pada sektor rumah tangga penggunaan energi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi" . Mengapa hanya sektor rumah tangga yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, bagimana dengan sektor lain? Saya justru berpikir Sektor industri lah yang penggunaan energi besar sehingga yang paling memengaruhi ekonomi. karena sepengertian saya, hubungan konsumsi energi berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.Mohon pencerahannya.

      Salam,
      William Maha Putra
      ME 14

      Hapus
    12. memang ada hubungan antara energy demand dengan pertumbuhan ekonomi. namun hal ini berlaku pada negara yang memiliki pendapatan bruto rendah dan menengah. sedangkan untuk negara yang memiliki GDP tinggi, demand of energy cenderung stagnan, jika pun ada tidak terlalu besar (sumber disini . Standard efisiensi energi untuk lampu dan pemanfaat tenaga listrik lainnya yang diterapkan di negara-negara maju dapat menekan pertumbuhan demand. Contohnya, lemari es yang diproduksi sekarang jauh lebih hemat daya dibandingkan dengan lemari es era 1970an. Di Amerika Serikat, pertumbuhan kebutuhan listrik menunjukkan penurunan yang signifikan untuk beberapa dekade terakhir. hal tersebut karena menurunnya pertumbuhan penduduk, pasar yang telah jenuh, standard efisiensi energi yang ketat dan perkembangan teknologi, sumber disini .

      Hapus
    13. Saya setuju dengan pendapat yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan konsumsi energy. Jika kita menganalogikan secara sederhana pergerakan ekonomi yang didukung oleh aktivitas industry, rumah tangga, transportasi dan lain lain sangat bergantung langsung terhadap pemakaian energy primer yang digunakan.
      Namun terdapat studi yang menyatakan bahwa akan ada perubahan trend saling keterkaitan tersebut menjadi tidak lagi berhubungan secara bertahap. Dalam situs the Washington post terdapat pernyataan bahwa energy is gradually decoupling from economic growth. Dengan pemaparan grafik hubungan antara GDP dan energy terdapat trend yang semakin jauh antara kedua parameter tersebut. Hal ini dapat terjadi bila dilakukan efisiensi penggunaan energy dan pemilihan penggunaan energy di beberapa sector seperti industry, transportasi dan rumah tangga. Dukungan energy terbarukan sebagai penyedia sumber energy alternative juga ikut menopang trend decoupling yang terjadi pada 2 decade mendatang. Menurut saya penggunaan energy listrik juga akan terpengaruh saat trend decoupling pada energy primer terjadi. Efisiensi yang dapat dilakuan dari pengembangan teknologi akan terjadi sehingga untuk melakukan aktifitas yang sama akan dibutuhkan energy primer dan energy listrik yang lebih sedikit.

      Sumber :http://www.washingtonpost.com/blogs/wonkblog/wp/2014/01/17/can-we-sever-the-link-between-energy-and-growth/

      Hapus
    14. aya sependapat dengan pak william, memang sektor industri berperan dalam pertumbuhan ekonomi secara makro, namun dalam artikel tersebut yang berbunyi "Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor yang mendominasi dalam penggunaan energi karena pada sektor ini energi merupakan salah satu input penting dalam menghasilkan ouput, selanjutnya diikuti oleh sektor komersial dan sektor transportasi. Sedangkan pada sektor rumah tangga penggunaan energi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi". Poin disini dalam pandangan kami merupakan pertumbuhan ekonomi secara mikro dimana saat penggunaan energi bagi masyarakat semakin besar, dapat mendorong pendapatan masyarakat juga akan naik. Seperti pada sumber yang kami baca pada https://www.academia.edu/9025782/jurnal-pembangkit_listrik_ditinjau_dari_kondisi_sosial_ekonomi
      bahwa tujuan pembangunan listrik diantaranya; memenuhi pasokan listrik untuk kehidupan yang lebih baik, meningkatkan kehidupan secara material dan spiritual, membantu masyarakat dengan meningkatkan kecerdasan dan keahlian mereka, membantu masyarakat untuk menolong mereka sendiri dalam banyak aspek kehidupan, dan menyebarkan kesempatan atau peluang kerja. Dari artikel tersebut dapat dilihat betapa listrik bagi sosial mampu meningkatkan taraf ekonomi suatu masyarakatnya. Mungkin ada pendapat lain?

      Hapus
    15. Dalam jangka pendek, pemenuhan kebutuhan tenaga listrik dilaksanakan melalui sewa pembangkit sebagai temporary solution oleh PT. PLN (Persero) mengingat keterbatasan kapasitas pembangkit saat ini dan tahun-tahun berikutnya dimana penambahan kapasitas pembangkit dan transmisi diharapkan telah selesai, dan reserve margin telah mencukupi sehingga penjualan akan dipacu untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembangkit listrik.

      Pengembangan kapasitas pembangkit tenaga listrik dilaksanakan secara optimal dengan berprinsip pada biaya penyediaan listrik terendah (least cost) dengan tetap memperhatikan tingkat keandalan yang wajar dalam industri tenaga listrik. Least cost dicapai melalui minimalisasi net present value dalam semua biaya penyediaan listrik (investasi, bahan bakar, operasi dan pemeliharaan serta energy not served). Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan, pengembangan panas bumi dan tenaga air tidak mengikuti kriteria least cost sehingga proses perencanaannya sebagai fixed plant yang tetap memperhatikan balance of supply and demand dan besar cadangan yang tidak berlebih serta status kesiapan pengembangannya.

      Pengembangan transmisi umumnya dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero) kecuali beberapa transmisi terkait dengan pembangkit yang dikelola oleh pihak swasta (Independent Power Producer/IPP) sesuai dengan Power Purchase Agreement (PPA) yang dilaksanakan oleh IPP. Selain itu, pengembangan juga dilakukan melalui skema bisnis build lease transfer dan power wheeling. Power wheeling bertujuan untuk optimalisasi jaringan transmisi dan distribusi, peningkatan utilisasi jaringan transmisi atau distribusi sebagai salah satu bentuk efisiensi dalam skala nasional dan mempercepat pertumbuhan kapasitas pembangkit nasional untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Perencanaan transmisi membutuhkan persiapan sangat panjang mengingat kebutuhan tanah yang luas, kendala dalam proses pembebasan tanah serta fungsi transmisi sebagai super infrastructure dari sistem tenaga listrik sehingga framework perencanaan kapasitas transmisi dilakukan untuk jangka panjang.

      Fokus pengembangan dan investasi sistem distribusi secara umum diarahkan pada 4 (empat) hal, yaitu perbaikan tegangan pelayanan, perbaikan SAIDI dan SAIFI, penurunan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan tua. Kegiatan selanjutnya berupa investasi perluasan jaringan untuk melayani pertumbuhan dan perbaikan sarana pelayanan. Pemilihan teknologi meliputi jenis tiang dan saluran, sistem jaringan, perlengkapan termasuk penggunaan tegangan 70 kV sebagai saluran distribusi ke pelanggan besar ditentukan oleh manajemen unit melalui analisis dan pertimbangan keekonomian jangka panjang dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih baik, yang tetap memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) yang berlaku.

      Hapus
  2. 2. Untuk meningkatkan energi per kapita suatu bangsa, perencanaan penyediaan tenaga listrik mana yang lebih tepat apakah berdasarkan supply driven atau demand driven? ,berikan alasan dan referensi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Demand Driven alasannya adalah :

      • Supply-demand energi di Indonesia belum mencapai titik ekuilibrium. Contohnya saja di sub sektor energi listrik, akhir tahun 2009 rasio elektrifikasi nasional baru mencapai sekitar 65% - masih jauh di bawah 100%; artinya rata-rata di seluruh wilayah Indonesia
      masih ada 35 dari 100 rumah tangga yang belum dialiri listrik.

      • Pertumbuhan industri dan pemukiman yang pesat memerlukan tambahan pasokan energi
      yang besar untuk mengimbanginya.

      • Jika dilihat dari mapping konsumsi energi per kapita yang dirilis oleh IEA dalam WorldEnergy Outlook 2008, Indonesia termasuk dalam range terendah, bahkan lebih rendahdari beberapa negara ASEAN. Ini mengindikasikan bahwa permintaan energi di Indonesia memang akan meningkat terus.
      • Pasca diterpa krisis moneter 1998 beberapa sektor pembangunan di Indonesia sempat kehilangan momentum. Tentunya banyak langkah pemerintah yang sifatnya “tancap gas” untuk mengejar berbagai proses pembangunan yang pernah tertunda. Energi adalah salah satu sektor yang sempat kehilangan momentum pembangunan.

      Hapus
    2. Sebaiknya kedua-duanya.

      Disini kita melupakan efisiensi penggunaan energi.
      Ini ada di sisi demand.

      Penemuan teknologi2 yang hemat energi dapat meningkatkan elektrifikasi. Jika ini bisa direalisasikan maka konsumsi energi yang rendah bukan lagi menjadi indikator.

      Masalahnya bidang ini kurang mendapat perhatian. Tetapi sejumlah negara telah mengembangkannya. Bagaimana dengan industri kita?

      Hapus
    3. Indonesia Finance Today menyebutkan bahwa Kondisi industri kita melambat terutama pada industri manufaktur. Lebih lanjut mengenai grafik pertumbuhan industri terdapat pada link berikut ..
      Melambatnya industri manufaktur juga menggerus sektor ini terhadap PDB Indonesia. Kontribusi industri manufaktur terhadap ekonomi sempat mencapai level tertinggi 28% pada 2003, dan dalam 8 tahun terakhir sumbangannya terus menurun menjadi hanya 24%.
      Penurunan kinerja sektor manufaktur Indonesia setelah krisis Asia kontras dengan sektor manufaktur lain di wilayah ini. Bersama dengan Malaysia dan Thailand, Indonesia dianggap sebagai salah satu dari "Harimau Asia baru" di tahun 1990. Negara-negara ini yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat didorong oleh langkah cepat industrialisasi. Namun, sektor manufaktur di negara-negara lain di wilayah ini telah pulih lebih cepat sejak krisis Asia.

      Hapus
    4. kebutuhan energi meningkat sekitar 5 kali lipat dari 10 tahun yang lalu. Kondisi ini menyebabkan ketersediaan energi dalam lampu merah. Kini Indonesia dihadapkan pada ketergantungan migas, sementara energi baru terbarukan tidak berkembang. “Pemerintah hanya fokus ekspor migas sementara konsumsi domestik juga meningkat tajam.”
      “Tata kelola gas berdasarkan supply driven, bukan demand driven. Jadi perlu strategi terpadu agar kebutuhan migas tetap bisa dipenuhi di masa depan secara mandiri. Salah satunya dengan menunjuk institusi untuk mengelola energi secara berkelanjutan dan mengubah tata kelola migas yang fokus pada pertumbuhan,”

      http://www.kabarenergi.com/berita-siapsiap-indonesia-krisis-energi-.html#ixzz2oV0Ig8D0

      Hapus
    5. Menanggapi pertanyaan Pak Fajar tentang teknologi hemat energi di industri kita, baru-baru ini saja Ditjen EBTKE dan Lembaga pemerintahan Jepang melalui The New Energy and Industrial Technology Development Organization of Japan (NEDO) tengah mengembangkan proyek hemat energi di kawasan industri di Indonesia tepatnya di kawasan industri Suryacipta.

      Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana, konsumsi energi di sektor kawasan industri kita masih tergolong tidak efisien/boros, Sektor industri dengan pangsa 38% terhadap konsumsi energi nasional masih belum menerapkan secara optimal prinsip-prinsip efisiensi energi, jika saja penghematan dapat dilakukan, maka akan ada potensi hemat sebesar 10%-30% terhadap serapan energi di sektor industri.

      Untuk memenuhi kebutuhan energi, termasuk menjaga kecukupan suplai untuk sektor industri, tantangan utama yang dihadapi adalah penggunaan energi efisien dan penyediaan energi dengan kualitas tinggi melalui penerapan teknologi smart community. Dengan dilakukannya nota kesapahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan The New Energy and Industrian Technology Development Organization of Japan, pemerintah ingin menerapkan proyek smart communities di kawasan industri suryacipta.

      Demonstration Project for Smart Communities In Industrial Parks ini memiliki tiga teknologi utama yaitu:
      1. Technology for Stabilizing Electricity Quality
      2. Energy conservation dan regulating demand dan supply dengan menggunakan energy management system
      3. ICT Platform sebagai common base

      sumber

      Hapus
    6. Menanggapi artikel dari bapak Nino, bahwa dengan adanya nota kesapahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan The New Energy and Industrian Technology Development Organization of Japan, pemerintah ingin menerapkan proyek smart communities di kawasan industri suryacipta, maka hal ini dapat menjadi pilot project tentang penggunaan smart teknologi yang lain untuk industri-industri yang ada di Indonesia, sehingaa sektor industri dapat melakukan penghematan energi.

      Hapus
    7. baik suply maupun demand driven patut dipertimbangkan sebagai dasar dalam pemenuhan penyediaan ketenaga listrikan.
      Program-program yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik baik secara kualitas maupun kuantitas yaitu dengan melaksanakan program di sisi permintaan (Demand Side Management) dan di sisi penyediaan (Supply Side Management). Program DemandSide Management dimaksudkan untuk mengendalikan pertumbuhan permintaan tenaga listrik, dengan cara mengendalikan beban puncak, pembatasan sementara sambungan baru terutama di daerah kritis, dan melakukan langkah-langkah efisiensi lainnya di sisi konsumen. Program Supply Side Management dilakukan melalui optimasi penggunaan pembangkit tenaga listrik yang ada dan pemanfaatan captive power.
      (sumber : MANAJEMEN PERMINTAAN DAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK "KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
      NOMOR : 2682 K/21/MEM/2008" )

      Adam ME 2013

      Hapus
    8. Saya setuju dengan komentar-komentar di atas, selain kita mementingkan supply driven, kita perlu mempertimbangkan demand yang ada di masyarakat. Konsep demand driven ini menjadikan perusahaan energi untuk belajar untuk"sense" dan "Respond" terhadap sesuatu perubahan di dalam masyarakat dan dinamika pasar. Perusahaan energi sekarang tidak bisa mengandalkan dan bersaing dengan performa sebagai baseline mereka. Supplier dan pengguna energi harus menunjukkan sebuah kolaboratif. Konsep inilah yang mulai dikenalkan ke dunia energi.

      Keuntungan dari demand driven adalah Agility dan Adaptability. Kecepatan merespon dan mengikuti dinamika pasar menjadi kekuatan utama dari demand driven ini.

      Salam,
      William Maha Putra
      ME 014

      Sumber :
      http://books.google.co.id/books?id=CuP3VPPUz0wC&pg=PA92&lpg=PA92&dq=supply+driven+or+demand+driven+weakness&source=bl&ots=IpfJKYKuEf&sig=VUzTVoOkJSENiQB7je7a2Aryq7Y&hl=en&sa=X&ei=RG1nVJbFBMy1uASUiYLACQ&redir_esc=y#v=onepage&q=Demand%20driven&f=false
      http://en.wikipedia.org/wiki/Demand_chain_management

      Hapus
    9. Untuk meningkatkan energi per kapita suatu bangsa, perencanaan penyediaan tenaga listrik mana yang lebih tepat adalah perpaduan antara supply driven dan demand driven,..
      Karena selain harus memikirkan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan akan energi tersebut, kita juga harus memikirkan bagaimana agar bisnis yang kita jalankan tetap menguntungkan (profitable). Dengan perpaduan antara supply driven dan demand driven ini, diharapkan kita dapat tetap menjaga kestabilan keduanya,..

      sumber : https://brigitalahutung.wordpress.com/2012/10/15/mengelola-kapasitas-dan-permintaan-jasa/

      Hapus
    10. saya setuju dengan pendapat pak William, trend demand energy mungkin saja dapat berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan penerapan standar efisiensi energy sehingga kebutuhan akan cenderung stagnan bahkan menurun tidak mengikuti pertumbuhan GDP. Ditambah lagi jika masyarakat telah memiliki kemampuan untuk menyediakan tenaga listrik sendiri dengan PLTS/PLTB dan kelebihan dayanya dijual kepada penyedia tenaga listrik

      Hapus
    11. Menanggapi pertanyaan pak fajar tentang bagaimana kondisi industry kita saat ini dalam hal efisiensi penggunaan energy?
      Data statistik ekonomi energy kementrian ESDM menggambarkan bahwa elastisitas pertumbuhan konsumsi energy terhadap pertumbuhan domestik bruto ( PDB) rata-rata dalam rentang tahun 1991 – 2005 mencapai 2,02. Jika ingin mengetahui berapa parameter elastisitas ketika kenaikan PDB suatu negara sudah tidak terpengaruh dari pertumbuhan pemakaian energy lagi adalah sebesar 1 yang artinya juga menunjukan tingkat efisiensi tinggi dalam pemakaian energy. Intensitas energi juga sebagai parameter lain untuk menilai efisiensi energy di suatu negara yaitu jumlah energy per domestic bruto (PDB). Jika melihat data statistic ESDM tahun 2011 untuk intensitas energy Indonesia masih berfluktuasi hingga tahun 2011 yang artinya pemakaian energy di Indonesia juga masih belum efisien. Dan untuk data elastisitas dari data statistik energy dan ekonomi Indonesia 2011 masih terjadi fluktuasi elastisitas energy Indonesia diatas 1.
      Peluang untuk efisiensi energy di Indonesia masih sangat besar dengan tidak mengorbankan peningkatan konsumsi energy yang masih wajar karena tetap harus berhati-hati agar tidak berpengaruh pada makro ekonomi Indonesia.
      Dalam data BPPT 2012 juga menyebutkan bahwa sector industry masih mendominasi data pemakaian energy final Indonesia yang artinya jika dilakukan efisiensi pemakaian tanpa mengurangi hasil produksi industry tersebut, maka akan berpengaruh besar terhadap pemakaian energy secara global di Indonesia.

      Sumber :
      statistic energy dan ekonomi Indonesia 2011
      Data intensitas energy Indonesia, ESDM,2011
      Proyeksi kebutuhan energy final menurut sector, BPPT,2012.

      http://www.esdm.go.id/berita/37-umum/3057-tantangan- pengembangan-efisiensi-energi-di-indonesia.html

      Hapus
    12. 1. Tenaga listrik merupakan salah satu infrastruktur penting menyangkut hajat hidup orang banyak yang dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam kehidupan kebutuhan sehari-hari ataupun sebagai input dalam kegiatan produksi untuk menggerakkan kegiatan perekonomian. Banyak studi empiris yang telah menunjukkan hubungan signifikan antara perekonomian suatu negara dengan pembangunan infrastruktur termasuk tenaga listrik. Makmun dan Rahayu (2007) mengungkapkan beberapa hasil studi empiris yang dilakukan beberapa ahli ekonomi energi terkait dengan hubungan antara konsumsi listrik dengan pertumbuhan output nasional, antara lain studi yang dilakukan Ramcharran (1990) untuk Jamaika, Huang (1993) untuk Republik Rakyat Cina, serta Mashi dan Mashi (1996) untuk sejumlah negara secara bersamaan.
      Studi yang dilakukan Yang (2000) menunjukkan adanya hubungan dua arah antar kedua variabel tersebut. Hal ini memberikan makna tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara variabel konsumsi listrik dengan pertumbuhan ekonomi. Di satu sisi, konsumsi listrik akan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi untuk dapat mempengaruhi tingkat output suatu negara dan di sisi lain pertumbuhan output akan mendorong peningkatan permintaan terhadap energi listrik. Kajian spesifik terhadap sektor industri yang telah dilakukan oleh Kementerian Keuangan (2004) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara skala produksi dengan tingkat permintaan energi listrik dengan nilai elastisitas 0,61. Artinya, setiap satu persen kenaikan tingkat produksi di sektor industri akan menyebabkan kenaikan permintaan energi listrik sebesar 0,61 persen. Sejalan dengan upaya Indonesia menjadi Negara Industri Baru pada 2020 serta upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, maka kebutuhan tenaga listrik cenderung mengalami tren peningkatan. Industrialisasi memerlukan ketersediaan listrik sebagai sarana poduksi. Demikian halnya dengan peningkatan kualitas hidup (tercermin dari tingkat pendapatan per kapita) sehingga konsumsi listrik per individu cenderung meningkat dalam aktivitas sehari-hari. Semakin tinggi pendapatan per kapita, maka konsumsi listrik cenderung semakin meningkat.

      Hapus
  3. 3. Apa strategi kita di bidang energi khususnya dari sisi suplai ketenagalistrikan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam kasus industri Ketenagalistrikan, pemerintah sudah mengeluarkan regulasi yang menguatkan skenario pasar bebas, melalui UU Ketenagalistrikan No 20 Tahun 2002[16]. Dimana dalam regulasi ini arah yang dilakukan adalah: 1) Membuka pasar tenaga listrik (dicirikan dengan sistem multi buyer-multi seller[17]), 2) berkonsekuensi menjadi berwatak kompetitif, 3) PLN menjadi tidak lagi terintegrasi vertikal (kohesif) melainkan dipecah-pecah (Unbundled), 4) mengurangi otoritas Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam fungsinya menyediakan listrik di tanah air[18]. Sehingga industri ketenagalistrikan akan terbagi menjadi: pembangkitan, penjualan tegangan tinggi/menengah, transmisi, distribusi dan penjualan tegangan rendah.

      Indrawan nugrahanto ME13

      Hapus
    2. Pertama, meningkatkan subsidi listrik untuk rumah tangga miskin-menengah, fasilitas publik dan industri. Dan meningkatkan pajak dan tarif untuk rumah tangga kaya yang selama ini mengkonsumsi listrik dengan jumlah yang besar tetapi dengan harga yang mahal. Pada tahun 2002, 20% penduduk kaya di Indonesia menggunakan tenaga listrik rata-rata perkapita sebesar 441,72 Kwh[26]. Hampir 3 kali lipatnya rata-rata konsumsi per kapita penduduk menengah-miskin pada tahun yang sama.

      Kedua, membuat aturan/regulasi konservasi energi/penghematan energi, beserta lembaga pengontrol. Dimana penerapannya dalam kepentingan optimalisasi industri untuk kesejahteraan rakyat. Contoh: memberlakukan standar energi untuk AC, lampu penerangan, refrigerator, TV, Komputer.

      Ketiga, mengembangkan teknologi konservasi energi.

      Keempat, mengkonsentrasikan capital nasional ditangan negara sehingga dapat mewujudkan optimalisasi industri ketenagalistrikan (ditahun 2005 saja, PLN membutuhkan dan Rp 20 Triliun untuk membangun infrastruktur)

      indrawan nugrahanto me13

      Hapus
    3. Kebijakan dikeluarkan agar strategi yang dirumuskan dapat berjalan.

      Jika strategi tidak ada, maka apapun kebijakannya pasti benar-benar saja.

      Sementara, strategi dirumuskan untuk mencapat tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Jika ternyata hasilnya dianggap kurang baik, tentu ada yang salah dalam cara kita berfikir selama ini.

      Jadi, apa tujuan yang ingin kita capai di bidang energi? Apa strateginya?

      Hapus
    4. Tujuan yang ingin kita capai tentunya ketahanan dan kemandirian energy dengan cara: kebijakan, investasi, dan teknologi.
      1. Dalam hal kebijakan, sebenarnya pemerintah telah lama menggulirkan kebijakan untuk memacu pengembangan energi alternatif.
      2. perbaikan iklim investasi. Menurut Prof. Widjajono Partowidagdo, (alm) ada tiga faktor yang mempengaruhi pilar asasi ini: prospek lapangan, sistem fiskal dan birokrasi pemerintahan. Sampai saat ini, situasi Indonesia masih belum sepenuhnya stabil sehingga membuat investor terkadang enggan menginvestasikan uangnya di Indonesia. Korupsi yang masih merajalela, kualitas kepastian hukum, permasalahan tanah, tumpang-tindih birokrasi, dan berbagai masalah lainnya
      3. penguasaan teknologi. Seharusnya, dengan adanya kekayaan alam dan banyak SDM di Indonesia dapat memacu keunggulan lain dibidang teknologi
      Kuncinya adalah ditingkatkannya kembali riset untuk penelitian dan pengembangan sebuah energi alternatif tanpa meninggalkan kondisi sosial, ekonomi, hukum, lingkungan dan politik di dalam masyarakat negeri ini. Hal ini dapat dipicu lewat pengembangan kreativitas riset berbagai perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia yang memiliki fokus pengembangan energi alternatif. Sumber : http://ryanalfiannoor.wordpress.com/2012/06/21/membangun-pilar-kemandirian-energi-bangsa/

      Hapus
    5. Menurut Herman Darnel Ibrahim (DEN), ada beberapa strategi agar pembauran energi berjalan optimal, antara lain dengan memaksimalkan penggunaan energi terbarukan hingga batas kelayakan, yakni US$ 10 sen per kilowatt per jam (Kwh). Bahkan untuk pengganti BBM pemaksimalan ini bisa mencapai US$ 15 sen per Kwh. Dia juga meminta PLN mengurangi penggunaan pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak khususnya untuk Jawa dan Sumatera. Adapun strategi lainnya berupa pengembangan pembangkit listrik tenaga uap mulut tambang skala besar untuk memasok listrik di Jawa dan Sumatera.

      sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Herman_Darnel_Ibrahim

      Hapus
    6. Tenaga listrik sebagai salah satu infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang banyak maka penyediaan tenaga listrik harus dapat menjamin tersedianya dalam jumlah yang cukup, harga yang wajar dan mutu yang baik. Dalam rangka terciptanya industri ketenagalistrikan yang efektif, efisien, dan mandiri serta mewujudkan tujuan pembangunan ketenagalistrikan, maka usaha penyediaan tenaga listrik berazaskan pada peningkatan efisiensi dan transparansi.

      Penyediaan tenaga listrik dilakukan oleh negara dan diselenggarakan oleh BUMN yang ditugasi untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik. Agar tenaga listrik tersedia dalam jumlah yang cukup dan merata dan untuk meningkatkan kemampuan negara sepanjang tidak merugikan kepentingan negara maka dapat diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada koperasi dan badan usaha lainnya berdasarkan izin usaha penyediaan tenaga listrik. Sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985
      usaha penyediaan tenaga listrik dapat meliputi usaha pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan distribusi tenaga listrik dan menurut geografis.

      Pemerintah mempunyai keterbatasan finansial untuk pendanaan sektor tenaga listrik sehingga peran swasta sangat diharapkan dan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 dimungkinkan adanya izin bagi swasta selain dimungkinkan pembelian tenaga listrik bagi PKUK dan PIUKU.

      Sumber : Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional



      Hapus
    7. Demi tujuan untuk meningkatkan suplai ketenagalistrikan negeri ini, pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan berbagai program, salah satunya adalah Proyek elektrifikasi 10.000 MW di Jawa dan Bali yang dimulai pada 2006 yang merupakan target pemerintah Indonesia untuk mencapai rasio elektrifikasi sebesar 76 persen pada 2015 dan 93 persen pada 2025. hanya saja seperti kita ketahui masih ada masalah dalam realisasinya.

      lalu ada Kebijakan energi nasional yang dibuat pada 2006 menyatakan perlunya melakukan diversifikasi sumber energi (energy mix) untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Pentingnya energi alternatif sangat terlihat di sini. Tenaga surya, air, angin, dan panas bumi merupakan beberapa sumber daya Indonesia yang dapat dikembangkan menjadi energi ramah lingkungan. Namun, besarnya dana yang diperlukan masih menjadi penghalang bagi terwujudnya proyek-proyek ini.

      Melihat keadaan yang terjadi, penerapan kebijakan dapat dilakukan untuk menjamin keamanan energi yang memenuhi ketiga komponen di atas. Investasi untuk energi yang dapat diperbarui sangat diperlukan Indonesia, terutama dalam rangka mengurangi ketergantungan energi dari sumber eksternal. Kemitraan sektor publik dan swasta pun dapat menjadi kunci penting di sini.

      Belajar dari Singapura yang telah melakukan privatisasi terhadap sektor energi sejak 6–7 tahun yang lalu, pihak swasta menjalankan seluruh aktivitas terkait energi, termasuk penentuan tarif bagi konsumen perusahaan. Di sisi lain, pemerintah Singapura melakukan pengendalian tarif energi di tingkat rumah tangga. Efisiensi perusahaan swasta dapat membantu akses energi pada seluruh masyarakat dengan harga yang terjangkau, karena dikendalikan oleh pemerintah.

      Meskipun demikian, sebelum dapat mencapai keadaan seperti itu, berbagai peraturan harus ditegakkan dan diterapkan secara tegas untuk menjamin keamanan energi nasional, seperti regulasi yang membatasi konsumsi domestik, regulasi yang mengatur penyimpanan energi, dan pembuatan kebijakan yang pasti mengenai penetapan harga oleh pemerintah.

      Kebijakan yang mengatur pengelolaan energi oleh perusahaan-perusahaan pun harus dibuat dengan jelas dan diberlakukan sama terhadap perusahaan swasta maupun perusahaan negara. Penguatan mekanisme pasar untuk menentukan harga pun menjadi aspek penting di masa depan, khususnya untuk mengurangi anggaran pemerintah dalam memberi subsidi untuk sektor energi.

      Terakhir, pengembangan sektor penelitian dan pengembangan bagi para ilmuwan terkait sumber energi alternatif harus menjadi pertimbangan. Dengan begitu, pada akhirnya, penyelenggaraan pemerintahan yang optimal dan berkomitmen penuh terhadap isu ini adalah hal yang utama untuk mengatasi kerawanan energi di masa depan.

      sumber

      Hapus
    8. Apa problem sebenarnya terjadi di sisi supply? Siapa yang harus bertanggungjawab jika kelak terjadi defisit besar yang merugikan masyarakat luas?

      Mari kita merenung sejenak mengapa pada era dahulu hal ini tidak terjadi? Faktor kualitas SDM di sisi operator, regulator, pengguna atau semuanya? (mari terbuka, tidak membela diri atau saling menyalahkan)

      Persoalan tidak selesai di atas kertas.

      Hapus
    9. Perkembangan sektor kelistrikan di Indonesia mengalami kemajuan pesat selama dua dekade terakhir. Antara 1982-1989, kapasitas terpasang PLN tumbuh 15 persen per tahun dan meningkat 10 persen per tahun antara 1990-1998. Bahkan di masa krisis pertumbuhan ekonomi negatif 15 persen, tetap tumbuh 4 persen per tahun.

      Krisis moneter memang berdampak pada kinerja PLN. Pendapatan dalam rupiah terus menurun. Utang dalam dolar dan melambungnya harga peralatan membuat PLN terancam bangkrut. Hasil pembicaraan pemerintah dengan IMF melahirkan Keputusan Presiden No. 37/1997 mengenai penundaan 27 proyek pembangkit listrik swasta dalam berbagai tahapan.

      Kondisi keuangan PLN saat itu memang hancur. Ini akibat akumulasi krisis ekonomi dan warisan persoalan KKN di masa lalu akibat pembelian listrik oleh swasta. Akhirnya, reformasi kelistrikan tak bisa dielakkan. Agustus 1998, pemerintah merancang konsep reformasi kelistrikan. White Paper ini menekanan empat hal: restrukturisasi keuangan, kompetensi, transparansi, dan partisipasi swasta yang lebih efisien. Bidang yang direstrukturisasi adalah pemecahan dan restrukturisasi PLN; pengenalan kompetisi: penetapan tarif, perbaikan harga, dan penghapusan subsidi; rasionalisasi dan perluasan partisipasi sektor swasta; redefenisi peran pemerintah; dan penguatan hukum dan kerangka peraturan.

      (sumber : http://cyberjob.cbn.net.id/cbprtl/Cybernews/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=Cybernews|0|0|2|265

      Adam ME 2013

      Hapus
    10. Sisi supply yang terjadi pada saat ini hanya bergantung dari salah satu energi seperti minyak, gas dan batubara. Ketergantungan supply terhadap salah satu energi (BBM) mengakibatkan investor tidak tertarik untuk berinvestasi di energi terbarukan meskipun terjadi penurunan produksi pada minyak.
      Menurut saya, untuk saat ini, ini adalah waktu yang tepat bagi kita semua untuk mengkaji dan mengembakan energi panas bumi. Energi panas bumi pun diyakini akan membantu dari sisi supply.
      Pertimbangan energi terbarukan panas bumi adalah :
      1. Potensi panas bumi di Indonesia yang besar
      2. Peningkatnya pertumbuhan ekonomi serta bertambahnya jumlah penduduk, mengakibatkan kebutuhan Indonesia akan energi (energy demand) terus meningkat pesat, namun demikian kebutuhan energi ini tidak diimbangi dari sisi penyediaan energinya (energy suply) sehingga pemanfaatan energi terbarukan untuk listrik khususnya yang berasal dari panas bumi perlu ditingkatkan.
      3. Untuk penyediaan energi di masa depan tidak bisa lagi mengandalkan energi fosil yang selain cadangannya terbatas dan tidak diperbaharui juga dapat menimbulkan masalah lingkungan.
      4. Panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang apabila dikembangkan sebagai energi listrik, selain sebagai sumber energi yang ramah lingkungan, juga dimanfaatkan secara berkelanjutan.
      Yuk, mari teman-teman renungkan bagaimana alternatif-alternatif lain sehingga kita tidak mengandalkan suatu energi yang terbatas pada sisi supply.

      William Maha PutrA-ME 2014

      Hapus
    11. Ada beberapa langkah yang dilakukan pemerintah saat ini untuk bidang energi.
      1. Langkah intensifikasi : Upaya pemerintah meningkaktan ketersediaan cadangan energi utama (Energi fosil). Pemerintah perlu melakukan langkah ini seperti upaya eksplorasi wilayah baru energi fosil, peningkatan produksi energi fosil dengan metode metode tertentu.
      2 Langkah diversifikasi : Upaya yang dilakukkan dengan penganekaragaman penggunaan energi alternatif (panas bumi, hydro, solar cell)
      3. Langkah konservasi : Pengembangan infrastruktur energi, mekanisme pasar, pelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat, pemerbedayaan fungsi koordinasi.

      Langkah-langkah inilah yang dilakukan untuk meningkatkan suplai di ketenegalistrikan

      Salam,
      William Maha Putra

      Hapus
    12. Indonesia setiap hari mengalami defisit bahan bakar minyak (BBM) saat ini mencapai 608.000 barel per hari (bph). Kekurangan itu hampir 50 persen dari total konsumsi BBM dalam negeri yang mencapai 1,26 juta bph.Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), defisit BBM ini beriringan dengan tingginya impor BBM dan peningkatan konsumsi nasional yang tidak disertai dengan penambahan kilang baru. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6 persen, sementara kebutuhan akan BBM meningkat sekitar 8 hingga 9 persen per tahun. Setidaknya Indonesia membutuhkan dua kilang baru guna mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM.

      Ketika kita sudah menghadap defisit yang cukup besar di tahun 2014, inilah waktunya pemerintah dan masyarakat luas untuk bergegas melirik alternatif alternatif energi untuk menghadapi dan mengatasi defisit yang telah mencapai 50% dari total konsumsi BBM dalam negeri. Defisit dapat terjadi terus menerus seiring dengan peningkatan konsumsi energi. Semakin cepat mengembangkan alternatif, semakin cepat pula kita dapat mengurangi angka defisit.

      Salam.
      William Maha Putra

      Sumber :
      http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/03/27/indonesia-defisit-bahan-bakar-minyak-hampir-50-persen

      Hapus
    13. Berdasarkan RUPTL 2013 - 2022 strategi kita di bidang energi khususnya dari sisi suplai ketenagalistrikan antara lain adalah :
      1. Rencana jangka Pendek
      Dalam jangka pendek dimana kapasitas pembangkit PLN masih terbatas karena proyek-proyek pembangkit belum sepenuhnya selesai, pemerintah, dalam hal ini PLN telah dan akan memenuhi permintaan tenaga listrik dengan menyewa pembangkit sebagai solusi sementara.

      2. Rencana Jangka Panjang

      Pada tahun-tahun berikutnya dimana penambahan kapasitas pembangkit
      dan transmisi diharapkan telah selesai dan reserve margin telah mencukupi, maka penjualan akan dipacu untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembangkit listrik.

      Sumber : RUPTL PLN 2013-2022

      Hapus

    14. Melanjuti pernyataan saudari Dewi mengenai RUPTL 2013-2022, saya ingin mengajak kita bersama-sama meninjau isi RUPTL 2013-2022. Di dalam RUPTL 2013-2022, kita akan membangun kapasitas pembangkit selama 10 tahun mendatang (periode 2013 – 2022) untuk seluruh Indonesia adalah 59,5 GW atau rata-rata bertambah 6 GW per tahun. PLTU batubara akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu mencapai 38 GW atau 63,8%, sementara PLTGU gas dengan kapasitas 5 GW atau 8,4% dan PLTG/MG sebesar 3,7 GW atau 6,2%. Untuk energi terbarukan, yang terbesar adalah PLTA sebesar 6,5 GW atau 11,0% dari kapasitas total, disusul oleh panas bumi sebesar 6,0 GW atau 10,2%. Pembangkit lain sebesar 0,3 GW atau 0,5% antara lain berupa pembangkit termal modular, PLTS, dan PLTB.

      Ada hal yang menarik di sini, di mana energi terbarukan hanya menduduki 21.2 % pada tahun 2022. sedangkan batubara, gas dll menempati ~ 78%.
      Apa yang menyebabkan masih tingginya proyeksi pembangkit batubara, gas, dll RUPTL di tahun 2022? Mengapa 10 tahun ke depan, kita tidak memberikan slot lebih untuk energi terbarukan, padahal akhir akhir ini pemerintah sudah memfokuskan ke energi terbarukan?
      Mungkin ada yang bisa membantu.

      Salam,
      William Maha Putra

      Hapus
    15. Sedikit menanggapi komentar pak william. Memang Indonesia kaya akan potensi EBT, dan kita tahu dari data yang disebut di atas bahwa penggunaan EBT bisa dikatakan masih minim dibandingkan dengan energi fosil, dari beberapa bahan yang saya baca dapat saya simpulkan mengapa penggunaan EBT dan bahkan perencanaan EBT di Indonesia masih rendah:
      1. Laju demand energi di Indonesia tergolong tinggi, sehingga dibutuhkan supply energi yang mampu cepat dibangun, dan saat ini investor lebih tertarik untuk berinvestasi dibidang energi fosil.
      2. Harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia masih sangat rendah, sehingga EBT masih belum bisa sepenuhnya bersaing.
      3. Biaya investasi pembangunan EBT yang relatif masih tinggi menimbulkan masalah finansial pada penyediaan modal awal.
      4. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih terbatasnya studi dan penelitian yang dilakukan.
      5. Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.
      6. Kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya sangat bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak tentu.
      7.Kebijakan yang mampu mendorong transfer teknologi dalam membantu menciptakan keamanan pasokan energi di dalam negeri belum kondusif.
      8. Ada dikotomi seolah olah EBT dan energi fossil merupakan 2 hal yang tidak bisa berjalan seiring, padahal kenyataannya 2 hal tersebut bisa berjalan beriring (artikel khusus 4, http://www.manajemenenergi.org/2013/12/artikel-khusus-04-environmental-issues.html)

      Sumber:
      http://energibarudanterbarukan.blogspot.com/2014/09/2-kondisi-ebt-di-indonesia.html
      https://www.academia.edu/9682868/Energi_baru_terbarukan

      Hapus
    16. Dalam jangka pendek, pemenuhan kebutuhan tenaga listrik dilaksanakan melalui sewa pembangkit sebagai temporary solution oleh PT. PLN (Persero) mengingat keterbatasan kapasitas pembangkit saat ini dan tahun-tahun berikutnya dimana penambahan kapasitas pembangkit dan transmisi diharapkan telah selesai, dan reserve margin telah mencukupi sehingga penjualan akan dipacu untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembangkit listrik.

      Pengembangan kapasitas pembangkit tenaga listrik dilaksanakan secara optimal dengan berprinsip pada biaya penyediaan listrik terendah (least cost) dengan tetap memperhatikan tingkat keandalan yang wajar dalam industri tenaga listrik. Least cost dicapai melalui minimalisasi net present value dalam semua biaya penyediaan listrik (investasi, bahan bakar, operasi dan pemeliharaan serta energy not served). Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan, pengembangan panas bumi dan tenaga air tidak mengikuti kriteria least cost sehingga proses perencanaannya sebagai fixed plant yang tetap memperhatikan balance of supply and demand dan besar cadangan yang tidak berlebih serta status kesiapan pengembangannya.

      Pengembangan transmisi umumnya dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero) kecuali beberapa transmisi terkait dengan pembangkit yang dikelola oleh pihak swasta (Independent Power Producer/IPP) sesuai dengan Power Purchase Agreement (PPA) yang dilaksanakan oleh IPP. Selain itu, pengembangan juga dilakukan melalui skema bisnis build lease transfer dan power wheeling. Power wheeling bertujuan untuk optimalisasi jaringan transmisi dan distribusi, peningkatan utilisasi jaringan transmisi atau distribusi sebagai salah satu bentuk efisiensi dalam skala nasional dan mempercepat pertumbuhan kapasitas pembangkit nasional untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Perencanaan transmisi membutuhkan persiapan sangat panjang mengingat kebutuhan tanah yang luas, kendala dalam proses pembebasan tanah serta fungsi transmisi sebagai super infrastructure dari sistem tenaga listrik sehingga framework perencanaan kapasitas transmisi dilakukan untuk jangka panjang.

      Fokus pengembangan dan investasi sistem distribusi secara umum diarahkan pada 4 (empat) hal, yaitu perbaikan tegangan pelayanan, perbaikan SAIDI dan SAIFI, penurunan susut teknis jaringan dan rehabilitasi jaringan tua. Kegiatan selanjutnya berupa investasi perluasan jaringan untuk melayani pertumbuhan dan perbaikan sarana pelayanan. Pemilihan teknologi meliputi jenis tiang dan saluran, sistem jaringan, perlengkapan termasuk penggunaan tegangan 70 kV sebagai saluran distribusi ke pelanggan besar ditentukan oleh manajemen unit melalui analisis dan pertimbangan keekonomian jangka panjang dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih baik, yang tetap memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) yang berlaku.

      Hapus
    17. Selamat malam,

      Untuk menghindari msalah defisit, alangkah baiknya jurus-jurus yang telah dipelajari bersama di mata kuliah Ekonomi Pembangunan Tenaga Listrik diaplikasikan.
      Dimulai dari memetakan dan memproyeksikan jumlah dan karakteristik beban di masa yang akan datang. Kemudian penyusunan merit order dari pembangkit-pembangkit listrik yang ada, supaya semakin efisien. Jika jumlah pembangkit listrik yang ada tidak mencukupi tentunya dibuat alternatif untuk membangun pembangkit listrik, apakah PLTU, PLTA, dll. Kemudian ditinjau risiko-risiko yang mungkin muncul serta mitigasinya. Setelah semua data dirasa akurat maka dapat dihitung Direct Unit Comparison antar alternatif.

      Terima kasih

      Salam,
      Arief RD ME 2014

      Hapus
    18. Kebijakan energi ketenagalistrikan yang ada memiliki kekurangan dan harus diperbaiki yang berorientasi kepada keamanan dan kemandirian energi sesuai dengan tujuan Kebijakan Energi Nasional. Strategi pengelolaan ketenagalistrikan untuk menuju keamanan dan kemandirian energi antara lain :
      a. Pengusahaan ketenagalistrikan tetap dilakukan oleh negara dan apabila pengusahaannya dilakukan oleh pihak swasta, maka kontrol penuh harus dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
      b. Penambahan kapasitas ketenagalistrikan melalui pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi gas dan panas bumi serta pelaksanaan konservasi energi untuk penggunakan bahan bakar fosil.
      c. Penentuan tarif dasar listrik dilaksanakan melalui subsidi silang dengan memperhatikan keekonomian masyarakat dan kemampuan masyarakat di setiap daerah.
      d. Program konservasi dan konversi energi dititikberatkan kepada penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

      Hapus
  4. 4. Jika yang menjadi kendala saat ini adalah pada sisi penyediaan, kira-kira apa permasalahan yang timbul yang mengakibatkan terbatasanya energi di Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika bicara saat ini, Indonesia tidak kekurangan energi baik Energi fosil, Gas bahkan enrgi terbaharukan, karena diperkirakan untuk cadangan gas kita masih cukup untuk 30 tahun kedepan, batubara hingga 50 tahun kedepan dan minyak bumi hingga belasan tahun kedepan. http://www.greenersmagz.com, yang menjadi kendala saat ini adalah kurangnya Infrastruktur dalam penyaluran energi tersebut.

      Hapus
    2. @pak Arif.
      Bagaimana kita menjelaskan bahwa tidak terjadi kekurangan energi di pusat-pusat pertumbuhan di negeri ini dengan statement yang disebutkan?

      Kita sama-sama tahu bagaimana terjadi defisit di Sumatera dan Kalimantan. Sementara kedua pulau itu adalah penghasil sumber energi primer utama?

      Mari kita buka buku referensi :)

      Hapus
    3. Kurangnya infrastruktur adalah salah satu faktor kendala dalam penyaluran energi di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara konsisten, namun disisi lain masih terdapat 25% masyarakat Indonesia masih belum mendapatkan akses terhadap energi, khususnya listrik. Kedua kondisi tersebut membutuhkan pasokan energi yang lebih tinggi, dimana kemajuan ekonomi harus diimbangi dengan penyediaan energi yang cukup serta penyaluran energi yang lebih baik dan luas dalam mengatasi permasalahan akses terhadap energi listrik.

      Tingginya laju konsumsi energi mengakibatkan ketimpangan antara laju pengurasan sumber daya energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) dengan kecepatan untuk menemukan cadangan baru, sehingga diperkirakan dalam waktu yang tidak lama lagi cadangan energi fosil akan habis dan Indonesia akan sangat bergantung kepada energi impor. Di sisi lain, energi terbarukan yang potensinya sangat besar, saat ini pemanfaatannya masih relatif kecil, dan pemanfaatan energi fosil masih mendominasi dari konsumsi energi nasional.
      keyword

      Hapus
    4. Salah satu diantara beberapa permasalahan yang timbul yang mengakibatkan terbatasanya energi di Indonesia yaitu salah satunya maraknya penyelundupan BBM ke luar negeri
      sehingga tingkat permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan nyata di sektor transportasi, industri, dan rumahtangga, maraknya kegiatan pengoplosan BBM yang merugikan negara dan konsumen umum.

      sumber : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53581/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf?sequence=3

      Hapus
    5. Krisis energi yang terjadi di Indonesia dewasa ini sangat dipengaruhi faktor kesalahan pola kebijakan energi yang ditetapkan. Paradigma kebijakan energi yang diterapkan selama ini berlandaskan pada konsep ketahanan energi. Pokoknya bagaimana hanya bertahan sebisanya mencukupi kebutuhan penggunaan energi. Pemerintah kurang fokus mengatur bagaimana energi itu diproduksi dan dari mana berasal.

      Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/10/21/energi-terbarukan-menuju-kedaulatan-energi-602453.html

      Hapus
    6. Sedikit menambahkan perspektif, Keterbatasan pasokan listrik membuat konsumsi listrik di Indonesia cukup rendah. Bahkan, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asean, Indonesia termasuk yang terendah.

      Masih rendahnya konsumsi listrik Indonesia perlu dilihat dari berbagai sisi. Selain terbatasnya pasokan listrik karena kapasitas pembangkit yang belum mencukupi kebutuhan, konsumsi listrik Indonesia juga masih didominasi oleh konsumen rumah tangga. yang berarti, sebagian besar listrik masih digunakan untuk hal yang bersifat konsumtif, bukan produktif.

      Data PLN menunjukkan, pada akhir triwulan I 2011, kelompok rumah tangga menjadi penyerap listrik terbesar dengan konsumsi 15.248,77 gigawatt hour (GWh). Selanjutnya, pelanggan kelompok industri menyerap listrik 13.063,96 GWh. Kemudian, pelanggan bisnis mengonsumsi 6.726,23 GWh dan sisanya, 2.358,98 GWh, diserap oleh kelompok lain-lain. karena sebagian besar listrik digunakan untuk kegiatan konsumtif, maka efek ke perekonomian menjadi kurang. Berbeda jika listrik digunakan untuk kegiatan produktif, akan ada nilai tambah sehingga mendorong perekonomian,

      Karena itu diperlukan langkah strategis dari pemerintah. Salah satunya dengan mendorong penguatan bagi PLN untuk bisa meningkatkan kapasitas pasokan listrik. yang berarti, dana untuk mengembangkan sektor kelistrikan harus cukup.

      Ada yang mengatakan bahwa selama ini dana pemerintah lebih banyak tersedot untuk subsidi. Karena itu, harus ada pengalihan dana dari subsidi untuk mengembangkan infrastruktur listrik.

      Menurut Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran, pemerintah dapat menerapkan Tarif listrik progresif. Dengan tarif listrik progresif, maka subsidi diberikan untuk pemakaian dalam jumlah tertentu. Semakin banyak listrik yang dikonsumsi, maka porsi subsidi akan berkurang. "Dengan tarif listrik progresif ini, maka masyarakat yang biasanya boros listrik juga akan terpacu untuk bisa berhemat,"

      sumber

      Hapus
    7. @ P Fajar, betul sekali pak di sumatra penghasil energi primer seperti sumur gas yang berada di sumatra utara, namun dikarenakan kurangnya infrastruktur pipa penyaluran maka pembangkitpun kekurangan Gas dan ini terjadi sudah cukup lama dan tidak hanya dipulau sumatra namun hingga ke pulau jawa.
      sumber : http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51f12dbd5d53a/pasokan-gas-belum-sesuai-permen-esdm
      http://www.beritasatu.com/ekonomi/147981-kendala-infrastruktur-gas-jadi-ancaman-krisis-listrik.html
      http://www.investor.co.id/energy/produksi-gas-terhambat-ketiadaan-infrastruktur/71340
      http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b75895709518/perlu-ada-kepastian-harga-gas-untuk-pln
      dll

      Hapus
    8. Mari kembali ke buku referensi.

      Tarif penentu ketertarikan investor untuk berinvestasi. Ada yang masih ingat?

      Jika tarif dinaikkan maka konsekuensi-konsekuensi logisnya perlu dipertimbangkan matang-matang (baca kembali: Artikel Khusus 01 dan Artikel Khusus 02, dan Comparing Alternatives.

      Hapus
    9. Berdasarkan ( Artikel Khusus 01 ) http://www.manajemenenergi.org/2013/11/studi-kasus-02-why-energy-price-and.html, "Ketersediaan energi saja ternyata tidak menarik bagi pemodal. Buktinya sejumlah industri terkemuka Eropa memindahkan fasilitas industrinya ke Amerika Serikat memanfaatkan keuntungan ekonomis dari rendahnya harga energi di negeri Paman Sam", dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa ketersediaan energi bukanlah faktor utama yang mendorong para investor untuk berinvestasi, selain itu ada faktor harga.
      Sedangkan menurut artikel ( Comparing Alternatives ) http://www.manajemenenergi.org/2013/09/05-comparing-alternatives.html, bahwa Sesuai dengan rule yang ada di principle 2 maka base alternatives yang akan dipertimbangkan adalah investasi dengan modal yang paling sedikit.

      Hapus
    10. Berdasarkan hasil pembacaan , saya berpendapat bahwa sebenarnya pembuat kebijakan memiliki peranan penting dalam dunia energi. Pembuat kebijakan energi tidak hanya memperhatikan pengaruh dalam negeri (nasional) melainkan harus memperhatikan pengaruh internasional terhadap permintaan energi ( energy demand). Hal ini menuntut pembuat kebijakan energi mengambil tanggung jawab dalam merancang kebijakan energi yang efisien dengan memperhatikan pengaruh dalam negeri maupun luar negeri .Kebijakan yang menyebabkan pergeseran dari energi yang kurang efisien dan polusif menjadi energi yang efisien akan menciptakan suatu stimulus terhadap pembangunan ekonomi (Costantini dan Martini, 2010). Ditambah lagi, ini sangat penting bagi perusahaan energi di mana membutuhkan informasi yang akurat mengenai permintaan energi (energy demand) agar dapat memprediksi kebutuhan yang akan datang dan ikut ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan konsumsi energi (energy consumption).

      Yang mungkin akan menjadi pertanyaan dan bahan renungan adalah apakah kebijakan energi di Indonesia telah mampu mempengaruhi sektor pembangunan ekonomi secara signifikan atau tidak.

      Sumber :
      http://plagiarism.repec.org/amiri-zibaei/amiri-zibaei4.pdf
      (http://www.rwi-essen.de/media/content/pages/publikationen/ruhr-economic-papers/REP_10_190.pdf)

      http://www.ipe.ro/rjef/rjef4_10/rjef4_10_12.pdf

      Salam,
      William Maha Putra ME 14

      Hapus
    11. Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan, tersebar dan tidak meratanya pusat-pusat beban listrik, rendahnya tingkat permintaan listrik di beberapa wilayah, tingginya biaya marginal pembangunan sistem suplai energi listrik (Ramani,K.V,1992), serta terbatasnya kemampuan finansial, merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam skala nasional.

      Seperti yang kita tahu, bahwa Ketergantungan terhadap minyak masih dominan mencapai 49,7% . sementara pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) masih sekitar 6%. Pembangunan yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa juga menjadi masalah dalam penyediaan energi terutama listrik, mengingat sebagian besar sumber daya energi justru berada di luar pulau Jawa. Akibatnya pusat-pusat beban di luar Jawa masih relatif kecil dan cenderung memiliki kurva beban yang sangat berbeda antara beban dasar dan beban puncak.

      Walaupun secara umum regulasi yang ada sudah baik, kondisi ini
      masih belum mampu mendorong investor untuk mengusahakan
      pembangkitan tenaga listrik energi terbarukan, karena pada wilayah
      tertentu harga beli PLN masih belum mencapai keekonomian
      pembangkit energi baru dan terbarukan

      sumber :
      http://prokum.esdm.go.id/
      http://www.energi.lipi.go.id/

      Hapus
    12. Indonesia memang memiliki sedikit kendala di sisi penyediaan, izinkan saya mengambil contoh gas bumi. Bahwa

      Indonesia sebenarnya memiliki potensi bahan bakar fosil berupa gas bumi yang cukup melimpah (103 TSCF,

      Statistik gas bumi 2012) dan terbesar di ASEAN, namun hingga kini Indonesia masih kekurangan gas bumi untuk

      pembangkit, dan sebagai bahan baku pupuk. Di saat yang sama pula Indonesia menyuplai gas ke negara-negara

      tetangga, jika dilihat sekilas sungguh ironis di saat Indonesia kekurangan gas justru Indonesia expor ke negara

      tetangga. Namun jika kita runut lebih dalam, faktor bisnis lah yang membuat semua ini terjadi. Dahulu saat harga

      penyediaan energi tidak sebesar sekarang dan demand energi juga masih rendah, Indonesia menjadikan sumber

      energi (gas alam, minyak bumi, batubara) sebagai komoditi penyumbang APBN terbesar (saat ini terbesar setelah

      pajak), sementara Indonesia sendiri memiliki target besaran APBN yang harus dicapai. Di saat demand energi

      semakin besar, dan alokasi sumber energi untuk dalam negeri sudah jebol jadilah Indonesia terpaksa harus impor

      juga untuk jenis komoditi yang sama. Sehingga tidak heran jika saat ini Indonesia yang dipandang memiliki cadangan

      gas yang besar justru banyak pembangkitnya di dalam negeri yang kekurangan gas. Oleh karenanya hemat kami

      paradigma bahwa sumber energi fosil merupakan komoditi penghasil APBN sedikit demi sedikit harus diubah dan

      lebih meningkatkan expor dalam bidang komoditi lain. Sumber energi tidak lagi untuk komoditi yang dijual langsung

      namun digunakan untuk meningkatkan ekonomi Masyarakat dengan penyediaan energi yang murah.

      Sumber :
      http://www.merdeka.com/uang/pln-masih-kekurangan-gas-untuk-pembangkit-listrik.html
      http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/17/140505826/Gas.Bumi.Pasar.Domestik.vs.Pasar.Ekspor
      http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/06/17/1500128/Pemerintah.Bakal.Larang.Ekspor.Gas.Bumi

      Hapus
  5. Pertumbuhan menjadi penting untuk menjaga keberhasilan yang telah dicapai pada periode sebelumnya.

    Masih ingat dalam ingatan kita berbagai gejolak sosial sebagai dampak dari "hilangnya" pertumbuhan ekonomi di berbagai negara? Dampak buruknya tentu tidak sama dari satu negara dengan -negaranegara lain.

    Penurunan pertumbuhan memberi dampak yang lebih buruk bagi negara yang lemah dan memiliki rasio hutang luar negeri yang tinggi dan kerumitan tersendiri untuk penanganannya.

    BalasHapus
  6. sepakat dengan Pak Fajar,, penurunan pertumbuhan memberi dampak yang lebih buruk bagi negara yang belum kuat ekonominya. Dampak krisis global di Indonesia setidaknya memunculkan 2 persoalan mendasar pertama; semakin bertambahnya angka kemiskinan akibat ketidakmampuan Negara dalam melahirkan kebijakan atau program-program yang tepat dalam arti program yang mampu memberikan perbaikan hidup rakyat, disamping ketidakmampuannya juga dalam mengelola dan menjaga kekayaan yang dimiliki dalam memajukan kesejahteraan rakyat . Kedua; Penambahan angka pengangguran akibat dari pemutusan hubungan kerja disamping sempitnya lapangan kerja di Indonesia (lapangan kerja tidak mampu menampung tingginya angkatan kerja).

    BalasHapus
  7. Ada hal menarik pada artikel diatas :
    "Penambahan kapasitas pembangkit rata-rata 4% per tahun, Beban puncak tumbuh rata-rata 5% pada periode yang sama"

    dengan kondisi diatas maka akan ada suatu saat dimana beban.kapasitas yang menyebabkan sisi supply overload.

    Bagaimana mitigasi terkait ini?

    BalasHapus
  8. Jika kendala ada di sisi penyediaan, maka hal ini dapat menimbulkan isu di ketahanan energi nasional. beberapa faktor yang menyebabkan kendala adalah :

    1. Estimasi perencanaan penyediaan pasokan energi yang tidak presisi
    2. Kehandalan infrastruktur penyediaan energi yang kurang handal
    3. Harga energi yang "tidak mendukung"
    4. Ketergantungan pasokan energi pada satu jenis bahan bakar


    Sumber :
    http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Energy%20Security.pdf

    BalasHapus
  9. Untuk mereview lebih lanjut mengenai peryataan Saudara Danis, berikut ini saya lampirkan Kajian ESDM - Mengenai Supply dan Demand di Indonesia.
    Berdasarkan rekomendasi kajian tersebut hal yang perlu diperhatikan adalah :
    Kebijakan harga energi (BBM, listrik, dan lainnya) perlu dievaluasi secara menyeluruh. Harga energi yang diberlakukan di bawah harga keekonomiannya menyebabkan subsidi yang diberikan semakin membebani anggaran pemerintah

    kewajiban DMO 25% perlu ditingkatkan menjadi lebih besar mengingat kebutuhan minyak bumi nasional ke depan akan semakin meningkatseiring dengan rencana pembangunan beberapa kilang minyak serta kebutuhan untuk meningkatkan stok (cadangan strategis) minyak bumi nasional.

    Rendahnya pembangunan infrastruktur energi di Indonesia terlihat dari perkembangan jumlah dan kapasitas infrastruktur energi selama beberapa tahun terakhir yang berjalan lebih lambat daripada pertumbuhan konsumsi energi itu sendiri, serta alokasi anggaran infrastruktur yang semakin menurun di dalam porsi APBN

    http://prokum.esdm.go.id/Publikasi/Hasil%20Kajian/ESDM%20SDE.pdf
    Mari kita kaji lebih lanjut,

    Salam,
    William

    BalasHapus
  10. Salam Energi,

    Berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih disadari bahwa pertumbuhan ekonomi masih terpusat di kawasan barat Indonesia khususnya di daerah perkotaan. Sementara untuk daerah pedesaan masih kurang tersentuh oleh pemerintah. Sebenarnya potensi di daerah cukup besar apabila bisa digali lebih dalam seperti potensi pariwisata, perkebunan, kerajinan tangan serta industri kecil.

    Sayangnya potensi ini terhambat dengan tidak/belum adanya jaringan listrik di daerah pedalaman yang kita tahu mampu menggerakkan roda perekonomian di daerah. Pemerintah harus tanggap akan kondisi ini dengan menyediakan jaringan listrik di daerah pedalaman. Bila pembangkit kapasitas besar tidak/belum ekonomis dibangun maka cukuplah pembangkit kapasitas kecil yang menggunakan EBT seperti PLTS, PLTB atau PLTMH.

    Saya mengapresiasikan usaha dari beberapa departemen seperti Kemenakertrans yang mau membangun pembangkit listrik di daerah transmigran atau pelosok yang belum tersentuh listrik dengan harapan bahwa daerah tersebut bisa tumbuh perekonomiannya di suatu hari nanti.

    BalasHapus

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajemenenergi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.