.

Sumur Minyak

Saat ini Indonesia memiliki 1.100 lapangan minyak (sumur minyak) yang sudah beroperasi. Sebanyak 3 ribu lapangan minyak lainnya menunggu untuk dieksplorasi.

Panas Bumi Kamojang

Usulan JB Van Dijk pada tahun 1918 untuk memanfaatkan sumber energi panas bumi di daerah kawah Kamojang, Jawa Barat, merupakan titik awal sejarah perkembangan panas bumi di Indonesia.

Bendungan Saguling

Bendungan Saguling adalah waduk buatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat pada ketinggian 643 m di atas permukaan laut. Waduk ini merupakan salah satu dari ketiga waduk yang membendung aliran sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat.

Rig Pengeboran

Rig pengeboran adalah suatu bangunan dengan peralatan untuk melakukan pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah.

Senin, 26 November 2012

CDC

Charge Discharge

oleh: Azwani Dadeh (azwanidadeh@gmail.com)

Abstrak

Charge discharge atau lebih sering disingkat dengan CDC adalah teknik untuk melakukan efisiensi bahan bakar minyak (BBM) dengan mengkonversi catu daya site BTS (Base Transceiver Station) dari dua genset menjadi satu genset dan baterai berikut rectifier pada remote area dimana catu daya dari PLN sulit diperoleh.

Berdasarkan data aktual, dengan teknik CDC ini menyebabkan penghematan pemakaian bahan bakar hingga sebesar 75% dibanding teknik sebelum nya. Teknik ini diimplementasikan pada lebih dari 500 site BTS di sebuah operator di Indonesia. Sebuah upaya efisiensi energi yang signifikan menuju green ICT. Payback period sebesar 18 bulan dengan penghematan sebesar lebih dari 40 juta dolar AS dalam kurun waktu 4 tahun.

Informasi Teknis

Metode konvensional yang dilakukan untuk remote area adalah menggunakan dua unit generator set (genset) yang bekerja secara bergantian selama 7 x 24 jam sepanjang tahun. Sistem seperti ini dikenal sebagai sistem double genset. Metode ini memberi tekanan yang cukup besar pada keuangan mengingat tingginya biaya operasional yang harus ditanggung oleh Perusahaan di tengah persaingan antar operator telekomunikasi yang semakin ketat.

Inovasi sistem CDC didukung dengan kejelian dan kecermatan menghitung durasi aktif dan non-aktif genset lalu merancang sistemnya. CDC tidak memerlukan teknologi yang canggih untuk mengefisienkan penggunaan BBM di site. Cukup dengan menggunakan controller atau bahkan dengan timer pun sistem ini sudah bisa beroperasi dengan baik.

Skema diagram CDC seperti pada gambar berikut.

Sistem Double Genset dan Sistem Charge Discharge

Genset aktif akan mencatu beban (BTS, radio microwave, DC fan dan perangkat lainnya) dan di saat yang sama men-charge baterai. Ketika baterai sudah penuh, genset akan berhenti bekerja dan beban dicatu oleh baterai (discharge). Untuk mencapai efisiensi pemakaian bahan bakar yang tinggi diusahakan membuat durasi aktif genset sesingkat mungkin, akan tetapi masih mampu men-charge baterai yang sanggup mencatu beban cukup lama.

Pada umumnya, konfigurasi double genset yang digunakan adalah 2x20 kVA atau 2x17kVA dan beban total rata-rata sebesar 2.000 watt. Dengan melakukan teknik modelling ditemukan waktu charge dan discharge yang  paling efisien yaitu sebesar 6 jam dan18 jam sehari. Kapasitas baterai yang dibutuhkan adalah sekitar 860 Ah dan kapasitas rectifier sekitar 12,000 Watt. Data selengkapnya pada tabel berikut.

Data Teknis Sistem Charge Discharge

Payback Period

Perhitungan biaya operasional (opex) dihitung berdasarkan biaya operasional genset per jam. Untuk kasus site dengan double genset, dimana setiap genset aktif selama 12 jam per hari, maka biaya per jamnya adalah USD 4.36 dan biaya ini sudah termasuk bahan bakar dan pemeliharaan rutin serta biaya transportasi untuk pemeliharaan.

Jika genset aktif selama 6 jam per hari maka biayanya hanya USD 3.97 per jam. Perbedaan ini disebabkan menurunnya biaya biaya transport dan pemeliharaan.

Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa setiap bulannya akan terjadi penghematan sebesar USD 1.4 juta. Dengan investasi total sebesar 25.4 juta dolar AS, maka biaya investasi tersebut akan tergantikan dengan penghematan yang terjadi selama 18 bulan atau 1.5 tahun. Sehingga sisa 2.5 tahun berikutnya adalah total penghematan yang bernilai sekitar USD 40 juta.

Penutup

Selain di  www.manajemenenergi.org.tulisan yang sama juga dimuat di  www.manajementelekomunikasi.org dan beberapa media lain. Penulis terbuka untuk diskusi secara online. Terima kasih.

Jumat, 16 November 2012

Masih perlukah?


Kebijakan Feed-in Tariff untuk Teknologi Photovoltaic

oleh: Ashadi
   
Salah satu potensi energi terbesar yang dimiliki Indonesia adalah energi sinar matahari, yang dapat dikonversikan menjadi energi listrk melalui teknologi PV (panel surya). Hanya saja, harga perangkat PV system hingga kini dianggap masih mahal dan ada pihak yang beranggapan bahwa teknologi ini memerlukan kebijakan FIT (feed-in tariff) agar dapat eksis di Indonesia.

Apa betul begitu? Mungkin tidak

Kebijakan FIT merupakan kebijakan yang mengatur skema (teknis, tarif, dan umum) penjualan listrik dari masyarakat yang memproduksi listrik (pemilik PV system dalam hal ini) kepada pemilik jaringan listrik (dalam hal ini pemerintah yang diwakili PLN). Pada skema FIT ini, masyarakat diproyeksikan akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yaitu dapat memproduksi listrik untuk digunakan sendiri dan kelebihan (excess) produksi listrik dapat dijual untuk memperoleh pendapatan guna mempersingkat jangka waktu pengembalian modal ataupun return on investment (ROI).

Gambar 1. Skema jaringan untuk mekanisme feed-in-tariff

Gambar di atas menunjukkan bagaimana mekanisme FIT ini bekerja. Kebijakan FIT ini sendiri telah diterapkan di lebih dari 50 negara di dunia, termasuk terakhir di Malaysia, dan secara umum terbukti berhasil meningkatkan instalasi PV System di berbagai negara tersebut.

Bagi Indonesia ini merupakan sebuah perubahan besar dalam paradigma ketenagalistrikan nasionalnya. Jika selama ini masyarakat hanya diposisikan sebagai konsumen pasif maka dengan paradigma baru tersebut masyarakat akan bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen aktif pada saat bersamaan (prosumer). Pada posisi ini sebagian masyarakat akan melepas ketergantungan listrik dari PLN yang selama ini bertindak sebagai pemasok tunggal.

Tetapi kebijakan FIT yang diharapkan tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Terlalu banyak pihak yang terkait. Perlu penyesuaian sejumlah undang-undang, peraturan, investasi baru untuk perubahan infrastruktur dan waktu serta tenaga untuk mengatasi pro dan kontra pasti terjadi. Maka dari itu pemikiran ini FIT ini sebaiknya bisa kita kesampingkan terlebih dahulu.

Lalu apa?

Tantangan yang harus dijawab oleh para engineer yang juga mempelajari manajemen di bidang energi adalah menemukan cara untuk menghasilkan listrik dengan biaya pokok produksi (BPP) di bawah harga pasar menggunakan teknologi solar cell atau sel surya. Dengan begitu, energi matahari yang tersedia dapat dimanfaatkan dalam nilai yang ekonomis meski tanpa adanya kebijakan FIT. Untuk kita pikirkan bersama, bahwa potensi energi matahari kita yang begitu melimpah (~5 kWh/m2/day) disamping masih ada sekitar 33% rakyat Indonesia belum memiliki akses listrik.

Mari kita jawab bersama. Bersama kita pasti bisa !!

Sabtu, 10 November 2012

Perkembangan 1 Abad Harga Minyak Mentah Dunia

Periode 1861 - 2011

Perkembangan harga minyak bumi yang biasa kita ikuti mengacu pada harga spot per barel (159 liter) baik WTI / mentah ringan yang diperdagangkan di New York Mercantile Exchange atau Brent yang diperdagangkan pada Intercontinental Exchange. Secara umum disebutkan permintaan minyak dunia bergantung pada kondisi makroekonomi global dan harga minyak yang tinggi memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Di masa lalu, tingkat harga minyak mentah dunia juga pernah mengalami perkembangan harga seperti yang terjadi pada tahun-tahun terakhir ini.
Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia
Gambar 1 di atas menunjukkan perkembangan harga minyak mentah sejak tahun 1861 sampai dengan 2011 yang bersumber dari  Wikipedia.

Gambar 2. Kejadian Seputar Kenaikan Harga Minyak
Gambar 2 menunjukkan kejadian-kejadian diseputar lonjakan harga minyak di pasar dunia.(sumber: WTRG Economics).

Apakah harga minyak dunia akan kembali seperti semula? Ini adalah pertanyaan yang sering ditanyakan masyrakat umum pada berbagai kesempatan.

Bagaimana menurut Anda? Dan bagaimana mengantisipasi perkembangan yang tidak diinginkan?