The challenge series
oleh: Arif Budiman, Dedy Rachmansyah, Elif Doka Marliska, Indrawan Nugrahanto
Pertanyaannya adalah dalam kondisi apa penggunaan biofuel masih dianggap layak ?
Pernyataan Motivasi dan Tujuan Penulisan
Motivasi penulisan artikel ini adalah membangun awareness mahasiswa di bidang manajemen energi dengan perhatian pada biofuel sebagai salah satu sumber energi.Tujuan yang ingin dicapai mengetahui karakteristik sumber energi ini.
PENGENALAN
BAHAN BAKAR HAYATI ATAU BIOFUEL
adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi dari kayu dari tanaman hutan yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar. (sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel).
BAGAIMANA BIOFUEL HADIR?
Tebu digunakan pertama kali sebagai bahan bakar etanol yang merupakan biofuel di akhir 1920-an dan awal 1930-an.Perang Dunia ke-II menyebabkan harga minyak bumi menjadi tinggi dan merupakan kebutuhan perang sehingga etanol menjadi alternatif yang sering digunakan untuk campuran pada bahan bakar mobil.
Setelah perang berakhir harga minyak bumi kembali turun hingga penggunaan etanol ikut menurun.
Biofuel kembali menjadi alternatif setelah terjadi krisis minyak pada tahun 1973.
Hingga saat ini Biofuel dijadikan sebagai alternatif dalam pemenuhan energi sebagai campuran ataupun pengganti bahan bakar minyak karena beberapa masyarakat dunia menyadari bahwa sumber daya fosil suatu saat akan habis.
![]() |
Gambar 1. Produksi Biofuel Dunia hingga Tahun 2011 |
BAGAIMANA PERKEMBANGAN BIOFUEL SAAT INI ?
Perkembangan Biofuel mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia.![]() |
Gambar 2. Perbandingan
harga dunia dan peningkatan Produksi Biofuel Dunia (sumber http://www.theoildrum.com/node/2431) |
Dari Gambar 2 di atas terlihat bahwa hingga tahun 2006 perubahan harga minyak dunia memiliki hubungan searah dengan prosentasi perubahan produksi biofuel
Pada saat harga minyak dunia stabil dan rendah maka produksi biofuel akan menurun dan sebaliknya saat harga minyak mulai naik maka biofuel akan kembali dilirik sebagai alternatif bahan bakar dan produksinya akan meningkat.Saat harga minyak relatif tinggi saat ini, Biofuel menjadi kembali popular untuk dikembangkan.
Namun bagaimana dengan kondisi yang akan datang ?
BIOFUEL YANG AKAN DATANG ?
Hukum ekonomi menyatakan harga suatu barang akan turun jika supply berlebih atau demand-nya turun.
Seperti juga harga minyak dunia akan turun jika sumber minyak baru ditemukan sehingga supply melimpah atau penguna minyak yang jumlahnya menurun.
Tahun 2010 Amerika Serikat menemukan shale gas.
Sebagai sumber energi, shale gas dianggap lebih bersih daripada batubara. Shale gas juga dianggap mampu menurunkan biaya produksi karena kemungkinan produksi shale gas akan memicu penurunan harga gas alam secara signifikan.
Produksi shale gas yang besar juga akan membantu meningkatkan ketahanan energi dan membantu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil konvensional yang mahal yaitu minyak bumi dan batubara.
Namun di satu sisi shale gas juga memiliki kekurangan.
Meski dianggap lebih bersih daripada batubara, shale gas masih memiliki emisi karbon yang signifikan bila dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya.
Proses fracking untuk memperoleh shale gas juga masih dianggap sebagian pihak membahayakan lingkungan khususnya karena memerlukan air dengan jumlah yang besar serta penggunaan bahan-bahan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.
Selain itu, produksi shale gas telah memicu penurunan harga beberapa sumber energi lainnya.
Harga batubara turun drastis dari harga US$ 192 per metrik ton pada Juni 2008 menjadi US$ 96 per metrik ton pada September 2012.
Laporan OPEC juga menyebutkan bahwa permintaan minyak mentah dunia pada 2014 diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 250 bph dari permintaan tahun 2013 atau sebesar 29,61 juta bph.
Turunnya permintaan minyak mentah ini diperkirakan juga akan diikuti dengan penurunan harga minyak mentah dunia.
Penggunaan dan pengembangan energi terbarukan juga akan terancam karena murahnya harga-harga sumber energi yang berasal dari minyak mentah, batubara dan gas alam (sumber : http://www.businessinsider.com/cancerous-pollution-fears-plague-americas-natural-gas-revolution-2010-1).
Jika melihat trend Biofuel yang sangat terpengaruh oleh harga bahan bakar fosil, tentu saja produksi biofuel hampir bisa dipastikan akan turun terutama di Amerika Serikat karena konsumen akan beralih ke shale gas yang lebih murah.
Di Amerika Selatan dan Amerika Tengah terjadi penurunan produksi Biofuel setelah penemuan Shale Gas pada tahun 2010 .
![]() |
Gambar 3. Produksi Biofuel
Dunia (sumber: http://www.geoexpro.com/article/Lower_Oil_Prices_Good_or_Bad/ d8ebdb1b.aspx ) |
BIOFUEL MASIH LAYAKKAH ?
Keunggulan Biofuel yang tidak bisa ditandingi oleh bahan bakar fosil hingga saat ini adalah ia digolongkan sebagai renewable energy
Artinya ketersediaannya dapat diperbaharui.
Tetapi Biofuel bukan tanpa kelemahan
Utamanya adalah harga yang mahal (dibanding nilai kalor yang dihasilkan dengan bahan bakar fosil) dan diperlukan ketersediaan lahan yang besar untuk memenuhi kebutuhan energi.
![]() |
Gambar 4. Perbandingan harga Biodisel dengan
solar di USA (sumber : EIA “Biofuels Issues and Trends”) |
Tetapi dalam jangka waktu yang panjang di saat energi fosil menjadi langka maka Biofuel akan menjadi primadona dalam pemenuhan energi.
Bagaimana Indonesia ?
Berdasarkan ketersediaan sumber daya alam, Indonesia cukup potensial menjadi Arab Saudi-nya Biofuel.Pemerintah melalui Perpres (Perpres No 5 tahun 2006) untuk mewujudkan optimalisasi penyediaan bahan bakar dengan berbasis energi baru terbarukan (EBT) dimana diantaranya meningkatkan penggunaan bahan bakar energi nabati (biofuel) yaitu biodiesel dan bioethanol.
Tetapi pengembangan Biofuel di Indonesia juga akan terancam karena Indonesia diperkirakan memiliki potensi shale gas sebesar 1000-2000 tcf.
Disini ada potensi Indonesia menjadi negara dengan potensi shale gas terbesar di dunia (sumber http://m.kompasiana.com/post/read/580465/3)
MENGAPA BIOFUEL BERTAHAN?
![]() |
Gambar 5. Turunan Biofuel |
Bagaimanapun bahan bakar alternatif Biofuel tidak harus dikesampingkan begitu saja.
Saat ini dunia merespon dengan melakukan penelitian terhadap alternatif teknologi dan juga bahan baku utama dalam pembuatan jenis Biofuel yang baru yaitu dengan 2nd Generation.
Terlepas dari pertimbangan prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” dalam penyediaan energi alasan utama penggunaan produk tanaman pada bahan bakar adalah alasan iklim.
Dibandingkan produk minyak bumi, biofuel melepaskan lebih sedikit gas CO2 ke atmosfir. Tetapi ada konflik kepentingan disini.
Namun sampai sekarang Komisi Uni Eropa menyebut bahwa emisi gas rumah kaca dalam produksi komponen organik tidak cukup dipertimbangkan.
Pada saat ini Komisi Uni Eropa mendorong penggunaan biofuel generasi ke dua, mereka berupaya mencari solusi bagi konflik “Tanki Bensin atau Piring Makanan“, salah satunya dengan mempromosikan penggunaan sisa tanaman dan selulosa untuk biofuel.
Alasan kenapa biofuel generasi ke dua ini akan sangat menjanjikan di masa depan adalah perkiraan bahwa cadangan minyak bumi yang terbatas, sementara bahan baku untuk biofuel terus tumbuh. Jika proporsi aditif organik yang bekelanjutan meningkat, maka secara keseluruhan akan meningkatkan kegiatan transportasi yang lebih bersih.
(sumber Dirk Kaufmann, Masa Depan Biofuel, Lingkungan, Rubrik Media Center Belajar Bahasa Jerman, 2012.
Editor : Yuniman Farid/Andi Budiman)
BAHAN DISKUSI
- Adakah pendapat yang mendukung atau membantah bahwa Biofuel akan menggantikan bakar fosil?
- Adakah pendapat yang mendukung atau membantah bahwa prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” dalam penggunaan Biofuel sulit untuk dicapai dalam jangka waktu yang pendek?
- Bagaimana untuk jangka waktu panjang ?
KESIMPULAN DISKUSI (per 31 Desember 2013)
- Biofuel, yang ketersediaan sumbernya dapat diperbaharui sehingga digolongkan sebagai renewable, masih merupakan subsitusi bagi bahan bakar minyak berbasis fosil. Jenis bahan bakar dari sumber nabati ini diperlukan perannya saat harga BBM tinggi dan kehilangan pamor saat harga BBM kembali normal.
- Selain itu penggunaan Biofuel dari sumber nabati dalam skala besar dengan teknologi yang ada kini dapat menimbulkan isu negatif pada harga dan ketersediaan pangan pangan dunia serta upaya pelestarian hutan akibat konversi lahan.
++
- Diperlukan teknologi yang lebih baik untuk menjadikan biofuel lebih ekonomis dan menepis isu-isu negatif yang menyertainya.
PEMIKIRAN ANGKATA BERIKUTNYA (ME-2014)
oleh:
Hery Wahyudi Wibowo, Augtiaji Awang Baskoro, Muhammad Syofuan Karnadi, Praditya Adi Nugroho
Sejauh ini tidak menarik.
Padahal Indonesia dikenal sebagai penghasil CPO (crude palm oil – minyak sawit) terbesar di dunia. CPO merupakan salah satu bahan baku penting bagi biodiesel.
Peraturan Presiden (Perpres) No.5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional terlihat tidak banyak membantu.
Akibatnya terjadi krisis energi yang menghambat pertumbuhan ekonomi di sejumlah daerah bahkan di daerah-daerah yang dikenal sebagai penghasil minyak bumi, gas dan CPO.
Secara agregat tentu menyandera pertumbuhan ekonomi nasional kita.
BAHAN DISKUSI 2014
- Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah isu biofuel masih valid untuk saat ini?
- Negara-negara mana saja yang menjadi pengguna biofuel terbesar di dunia?
- Apa manfaat penggunaan biofuel bagi Negara-negara tersebut?
- Negara mana saja yang menjadi penghasil biofuel terbesar saat ini?
- Berapa kapasitas produksi biofuel Indonesia per 2014 dan apakah tingkat produksinya (dalam %) sudah optimum? Mengapa?
- Apa betul penggunaan biofuel dapat menurunkan efek rumah kaca dan menurunkan biaya energi? Mengapa demikian?
- Jika harus menulis ulang Peraturan Presiden di atas, hal apa saja yang harus diperhatikan? Mengapa demikian?
1. Adakah pendapat yang mendukung atau membantah bahwa Biofuel akan menggantikan bakar fosil?
BalasHapusBerikut kajian yang dilakukan ESDM terkait Biofuel dan perkembangannya di Dunia ESDM dari kasian tersebut terlihat concern tiap negara dalam menggembangkan bahan bakar ini dan potensi yang akan menggantikan bahan bakar konvensional dengan bahan bakar yang ramah lingkungan
HapusPada bulan Agustus 2007 , Departemen Pertanian Amerika Serikat ( USDA ) mensponsori sebuah konferensi global, ' Biofuels Pertanian : Penelitian dan Ekonomi ' di University of Minnesota (Minneapolis , MN , USA ) untuk membahas masalah ini . Standar teknologi saat ini dan output pertanian tidak cukup untuk menggantikan bahan bakar fosil seluruhnya . [1]
HapusSelain itu, biofuel yang awalnya dianggap sebagai solusi tidak hanya untuk ketergantungan Eropa pada impor energi, tetapi juga sebagai cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari transportasi jalan, saat ini mulai diragukan. Perhitungan karbon yang tidak sesuai (yang berarti gagal untuk memperhitungkan efek karbon dari Perubahan Pemanfaatan Lahan Secara tidak Langsung) menghasilakn konsumsi biofuel lebih merusak iklim daripada bahan bakar fosil yang digantikan. Lebih buruk lagi , pengalihan lahan pertanian dari produksi pangan untuk memproduksi tanaman energi telah mendorong kenaikan harga pangan dan diperparah dengan kelaparan global .
Bahkan saat Uni Eropa memperkenalkan Renewable Energy Directive pada tahun 2009 , para pembuat kebijakan berdebat tentang apakah biofuel yang sebenarnya lebih baik untuk perubahan iklim daripada bahan bakar fosil . Sejak itu, telah terjadi perdebatan politik dan ilmiah yang luas tentang bagaimana menghitung emisi karbon yang dihasilkan dari tambahan ILUC (Indirect Land Use Change) , ( perpindahan produksi pertanian ketika lahan yang digunakan untuk memproduksi makanan diubah untuk memproduksi biofuel ). [2]
Tantangan ini pada akhirnya hanya dapat dipenuhi oleh solusi ilmiah dan teknologi baru yang memungkinkan peningkatan produksi biofuel tanpa memiliki dampak negatif pada lingkungan, suplai makanan, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa biofuel tidak dapat menggantikan bahan bakar fosil dalam jangka pendek. [1]
Sumber:
[1] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2246417/
[2] http://www.rtcc.org/2013/05/03/why-biofuels-are-not-a-sensible-solution-to-climate-change/
Chairy, ME'13
Salah satu penemuan besar pertama dalam teknologi biofuel dikembangkan menggunakan produk jagung dan gandum. Hal ini menciptakan kontroversi di antara banyak kalangan yang berbeda dalam komunitas sosial ilmiah. Kritik telah menyatakan bahwa tanaman yang digunakan dalam produksi makanan tidak boleh berpaling ke bahan bakar karena potensi kerusakan itu bisa menyebabkan pada pasokan pangan dan meningkatkan harga pangan, terutama karena saat ini ada lebih dari miliar orang kelaparan di dunia.
HapusPara peneliti telah sejak lebih terfokus pada menciptakan biofuel yang berasal dari tanaman yang biasanya tidak memiliki nilai nyata dalam pasokan pangan global. Kebanyakan penelitian biofuel di Amerika Serikat sekarang sedang dilakukan dengan menggunakan switchgrass (Panicum virgatum), adalah sejenis rumput dari Amerika Utara, di mana tumbuh secara alami dari Kanada ke selatan ke Amerika Serikat dan Meksiko.
Keuntungan switchgrass utama adalah bahwa mereka dapat tumbuh dengan cepat di hampir semua iklim, dan tidak memerlukan kondisi tanah yang sangat subur seperti banyak tanaman lain lakukan. Meskipun dua keuntungan penting ini satu pertanyaan masih perlu dijawab, yaitu di mana tanaman ini akan tumbuh. Mereka akan membutuhkan daerah pertanian yang sangat besar untuk memberikan porsi yang signifikan dari pasokan bahan bakar dunia. Para pemerhati lingkungan takut bahwa wilayah hutan yang luas mungkin ditebang untuk mengakomodasi pertumbuhan bahan biofuel, dan karena itu akan menciptakan masalah deforestasi yang lebih besar.
Saat ini biofuel masih menjadi kontraversi di kalangan komunitas Ilmiah, namun biofuels ke depan pasti memiliki potensi besar untuk menggantikan bahan bakar fosil di beberapa bagian dunia, tetapi hanya di bawah beberapa kondisi yang ketat, terutama yang tidak mengganggu pasokan makanan, dan bahwa mereka tidak menimbulkan masalah deforestasi.
Sumber : http://www.our-energy.com/news/are_biofuels_capable_to_replace_fossil_fuels.html
Samuel LB. Parura # ME UI 20133
Ada. Salah satunya adalah short study dengan topik "Substitution of biofuels for fossil fuels" yang dilakukan oleh Energy Research Architecture (ERA). Studi ini menunjukkan bahwa penggantian bahan bakar fosil dengan biofuel tergantung pada banyak faktor. Dimana pada studi tersebut dilakukan analisis baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang.
HapusReferensi lainnya adalah tulisan ilmiah "Can Biofuels Replace Fossil Energy Fuels?" dalam International Journal of Transdisciplinary Research Vol. 1 No. 1, 2006, hal. 50-87.
Bagus W., ME'13
Prospek pemanfaatan biofuel, baik dalam bentuk Bio-diesel sebagai bahan
Hapusbakar pengganti ataupun campuran minyak solar atau
Automobile Diesel Oil
(ADO), maupun dalam bentuk Bio-ethanol sebagai bahan bakar pengganti
ataupun campuran bensin atau premium pada sektor transportasi ditentukan
berdasarkan hasil Model MARKAL (
Market Allocation
), yaitu suatu model optimasi
penggunaan energi berdasarkan biaya terendah. Sumber energi terbarukan
biofuels diperkirakan akan menarik secara ekonomi pada harga minyak mentah
tinggi, yaitu 60 $/barrel. Sebagai tantangan adanya kebutuhan biofuel pada
harga minyak mentah tinggi tersebut, antisipasi penyiapan lahan untuk media tumbuh bahan baku biofuel. untuk harga minyak saat ini mencapai 96 $/barel nampaknya biofuel dapat digunakan untuk mengantikan bahan bakar fosil. referensi
Argianto ME13
Biofuel dianggap akan menggantikan bahan bakar fosil karena adanya kekhawatiran akan persediaan bahan bakar fosil yang terus berkurang. Bahkan hal ini sudah terjadi di industri penerbangan. Perusahaan maskapai dari Cina (Air Cina) dan Jerman (Lufthansa) telah mulai menggunakan biofuel sebagai bahan bakar pesawat terbang yang mereka miliki.
HapusSumber : http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4821-biofuel-untuk-penerbangan-sipil-masa-depan.html
Irham, ME'13
Bagi yang mendukung, apakah perubahan atau transisi ini diperlukan.? dan Mengapa.?
HapusBahan bakar minyak nabati mentah yang digunakan pada mesin diesel buatan Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayur. Namun karena pada saat itu produksi minyak bumi berlimpah dan murah, maka BBN untuk mesin diesel tersebut secara perlahan-lahan diganti dengan minyak solar dari minyak bumi. Selain itu BBN yang didominasi oleh trigliserida memiliki viskositas dinamik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Viskositas bahan bakar yang tinggi akan menyulitkan pengaliran bahan bakar ke ruang bakar sehingga dapat menurunkan kualitas pembakaran dan daya mesin. Oleh karena itu, untuk penggunaan BBN secara langsung mesin diesel harus dimodifikasi terlebih dahulu, misalnya dengan penambahan pemanas BBN untuk menurunkan viskositas.
HapusIndrawan Nugrahanto ME13
Menanggapi pak Difi Nuary.
HapusReferensi yang baik untuk publikasi. Tetapi kenyataan di lapangan tidak demikian. Tidak ada jatropha yang digadang-gadang itu di lapangan. Bahkan peneliti dari Wageningen University, negeri Belanda, sengaja datang ke negeri ini dan pulang dengan kecewa dan tangan hampa.
Begitu juga dengan molasses. Mungkin hanya bisa terlaksana jika swasembada gula 2014 yang didengung-dengungkan pada awal tahun pemerintahan ini bisa direalisasikan. Nyatanya tidak mampu.
Memaksakan biofuel jelas akan berhadapan dengan isu pangan. Sementara fakta menunjukkan bahwa isu biofuel hanya valid jika harga minyak sedang tinggi (lihat Gambar 2 di artikel ini)
Beban subsidi BBM saat ini sekitar 300 triliun sedikit demi sedikit harus dikurangi dan subsidi dialihkan pada bahan bakar nabati (BBN). Data KESDM tahun 2011 untuk biodiesel dengan target 1.3 juta/tahun barrel hanya dapat direalisasikan sebesar 336 ribu barrel dan lebih parah lagi adalah pemanfaatan bioetanol, target 694 ribu barrel/tahun dengan realisasi 0 %. Hal ini menunjukkan harga biofuel (BBN) dipasaran tidak dapat bersaing dengan bahan bakar fosil baik untuk keperluan industri maupun transportasi massa. Kebijakan harga (pricing policy) akan membuat margin yang baik dan diharapkan dapat membantu produsen BBN tetap tumbuh baik secara regional maupun international.
HapusPemilihan kota atau daerah yang tepat sebagai model penerapan kebijakan pemanfaatan BBN sekaligus dapat memudahkan instalasi teknologi biofuel (SPBU), karena tidak semua daerah dengan siap melaksanakan kebijakan tersebut. Kondisi demografi dan geografi wilayah Indonesia merupakan aspek pertimbangan yang kerap dilupakan dimana budaya kesadaran akan pentingnya hemat energi belum secara merata dipahami. Kota atau daerah sadar energi dan mampu memanfaatkan energi alternatif dengan baik salah satu cara untuk merangsang daerah-daerah lain untuk dapat ikut serta.
Selanjutnya adalah tetap dilakukan kajian terkait potensi bahan baku lain (generasi ke-2) seperti rumput laut, mikroalga sejauh ini belum dioptimalkan, agar bahan baku generasi pertama (sawit, singkong, jagung) yang umumnya digunakan sebagai pangan tidak mengganggu kestabilan bahan pangan. Transisi ini diharapkan dapat memperkuat keterjaminan pasokan energi (energy security) sambil mengurangi dan akhirnya meredam kebutuhan akan bahan bakar fosil dan memperbesar lapangan pekerjaan berbasis perkebunan untuk menyongsong perekonomian berbasis fosil (fossil-based economy) menuju perekonomian berbasis hayati (bio-based economy).
Sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/01/30/bioenergi-alternatif-vs-evaluasi-529189.html
HapusPro Biofuel, Indonesia Harus Mulai Beralih Gunakan Bahan Bakar Selain Minyak Bumi
Dalam artikel BPPT ini disebutkan bahwa Wilayah NKRI ini sesungguhnya sangat luas dan potensial untuk bisa dikembangkan menjadi beberapa area industri Bahan Bakar Nabati yang berkelanjutan dan terintegrasi dari industri hulu sampai ke hilir. Negeri kita ini juga subur untuk dikembangkan beberapa tanaman penghasil energi (biofuel), utamanya kelapa sawit, khususnya di Sumatera dan Kalimantan. “Saat ini lahan sawit sudah mencapai sekitar 9 juta hektar dari keseluruhan potensi kecocokan lahan untuk sawit seluas 45 juta hektar. Jadi, peluang masih sangat terbuka untuk budi daya tanaman kelapa sawit ini untuk bahan bakar biodiesel,” ungkap Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material BPPT, Unggul Priyanto pada sesi jumpa pers Pemanfaatan Energi Terbarukan Untuk Mengurangi Impor BBM, Jakarta
Sumber: http://www.bppt.go.id/index.php/teknologi-informasi-energi-dan-material/1778-pro-biofuel-indonesia-harus-mulai-beralih-gunakan-bahan-bakar-selain-minyak-bumi
2. Adakah pendapat yang mendukung atau membantah bahwa prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” dalam penggunaan Biofuel sulit untuk dicapai dalam jangka waktu yang pendek?
BalasHapusArtikel nya.html
Hapusdari artikel berikut diperlihatkan bahwa energi yang berasal dari biofuel membutuhkan biaya yang besar untuk bahan baku seperti kelapa sawit dan lain sebagainya, sehingga prinsip lowest possible cost blm bisa diterapkan pada sistem ini
Saat ini Ethanol digunakan sebagai bahan bakar dengan campuran Gasolin E10 (10 % Volum ethanol) karena etanol kurang efisien daripada bensin (gasoline). Lebih sedikit energi yang dihasilkan dari etanol daripada jumlah yang sama bensin. Untuk lebih tepat, menggunakan biofuel sebagai pengganti bahan bakar fosil sama saja kita membakar lebih banyak bahan bakar untuk menempuh jarak yang sama. Disampin itu saat ini beberapa mesin tidak dirancang untuk penggunaan gasoline E10.
HapusSehingga penggunaan biofuel masih sulit untuk mendukung prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” dalam jangka waktu yang pendek.
http://seckinesen.hubpages.com/hub/Can-Biofuels-Replace-Fossil-Fuels
Samuel Parura # ME UI 2013
Sdikit tambahan pertanyaan lg ya, apakah ada yang bisa menjelaskan mengenai Bio Base Economy.? dan Bagaimana kaitanya dengan Indonesia untuk dapat mewujudkan BBE
Hapus3. Mengembangankan biofuel yang lebih ramah lingkungan dan bersifat terbarukan. Biofuel dalam waktu dekat mungkin tidak dapat menggantikan sepenuhnya energi fosil, Namun biofuel tetap akan menjadi sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pengembangan biofuel melalui penggunaan produk samping industri pertanian atau sampah menjadi energi melalui pembakaran langsung atau dikonversi menjadi biofuel tidak saja menyediakan energi alternatif terbarukan namun juga dapat membuka lapangan kerja baru
Hapusindrawan nugrahanto ME 13
Isu klasik.
HapusSetuju dengan pak Samuel Parura. Mesin-mesin kini sepertinya memang tidak dirancang untuk penggunaan biofuel.
Siapa yang akan bertanggungjawab jika terjadi kerusakan mesin atau komponen?
Campuran etanol pada kendaraan berbahan bakar bensin biasa hanya diperbolehkan dalam kadar yang rendah. Hal ini dikarenakan sifat korosif alkohol (etanol) terhadap material logam di dalam mesin dan ruang bakar. Hal ini seperti yang pernah terjadi juga di Sao Paulo, Brazil. [1]
HapusOleh karenanya, mesin-mesin kendaraan pun harus dikonfigurasi ulang agar memiliki rasio kompresi yang tinggi. Sehingga dapat memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh etanol. Joseph (2007) menyebutkan, untuk kandungan ethanol kurang dari 5%, hampir semua mesin kendaraan bensin saat ini dapat menerima. Namun kandungan E5-E10, memerlukan modifikasi pada karburatornya (ruang bakar). Sedangkan E10-E25 membutuhkan mesin yang didesain khusus, tidak hanya karburatornya, namun juga injeksinya, pompa bahan bakarnya, alat tekanan bahan bakar, filter, sistem pengapian, sistem evaporatif, tangki BBM dan konverter katalistik. [2]
Sehingga, beberapa mobil yang tidak mendesain mesinnya secara khusus memberikan peringatan tertentu, misalnya pada saluran/tempat pengisian bensin.
Sumber:
[1] Kucinski, B., "All is Not Running Well Smoothly for Alcohol Plan", Sao Paulo: The Straits Timers.
[2] Joseph (2007). "Sustainable biofuels: Prospects and Challenges" dimuat dalam The Royal Society (2008) pp. 35-36"
klik disini.
Hapuspada artikel tersenut disebutkan bahwa
Biodiesel, juga memiliki kualitas mirip dengan petroleum-based biodiesel yang dapat digunakan pada kendaraan bermesin diesel tanpa perlu modifikasi. Bahkan tidak mengurangi performa mesin.
Indonesia saat ini melakukan import minyak dan gas (http://www.kemendag.go.id/) untuk memenuhi kebutuhan energinya termasuk juga bahan bkar solar. Sebenarnya jika kita lihat kebijakan pencampuran Biofuel yaitu Biodiesel (Peraturan Menteri ESDM No. 25 Tahun 2013) sebagai campuran untuk bahan bakar Biosolar di Indonesia ternyata memiliki efek yang baik bagi finansial di Indonesia. Logikanya jika kita menggunakan Biodiesel sebagai campuran untuk Biosolar maka akan terjadi penurunan jumlah impor solar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan penurunan jumlah import maka kita akan menambah positif bagi neraca perdagangan kita, berdasarkan kalkulasi dari Ditjen Energi Terbarukan dan Konservasi Energi, KESDM, penghematan yang dapat diperoleh melalui pencampuran biodiesel tersebut adalah sebesar 784 juta USD pada tahun 2013. Selain itu dengan menggunakan Biodiesel dari produk dalam negeri maka seluruh siklus ekonomi dari produk Biodiesel akan dinikmati di dalam negeri sendiri termasuk bertambahnya lapangan kerja, penghasilan dari pajak, dll. Jika hal tersebut dihitung maka masih menjadi mungkin apabila biofuel memenuhi prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” dalam jangka waktu yang pendek untuk Indonesia.
Hapus3. Bagaimana untuk jangka waktu panjang ?
BalasHapus(September, 2012) Baru-baru ini Royal Australian Navy (RAN) menandatangani pernyataan kerjasama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk mengeksplorasi peningkatan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Perjanjian ini akan memungkinkan RAN untuk mengakses teknologi biofuel yang dikembangkan di Amerika Serikat dan melanjutkan pekerjaan dengan armada Amerika pada operasi bersama , mencapai tujuan bersama sebuah '' armada hijau besar '' pada tahun 2016 .
HapusIni tidak untuk keuntungan ekonomi jangka pendek . Penelitian terbaru oleh RAND Corporation menunjukkan bahwa skenario di mana biofuel secara langsung mengurangi biaya militer sangat tidak mungkin . Peneliti RAND James Bartis menyimpulkan bahwa '' menunggu terobosan teknis utama , jet terbarukan dan bahan bakar kelautan akan terus menjadi jauh lebih mahal daripada bahan bakar berbasis minyak bumi '' .
Namun biaya ekonomi jangka pendek bukan satu-satunya hal yang perlu dipertimbangkan dalam pipa biofuel . Biaya strategi , personel , operasional , dan lingkungan juga harus membentuk perencanaan Pertahanan untuk memastikan kemandirian energi.
Volatilitas harga minyak dan lokasi terkonsentrasi cadangan minyak bumi dunia , terutama di daerah yang menderita masalah pemerintahan , berarti bahwa pasukan pertahanan Amerika dan Australia bergantung pada pasar eksternal dan aktor .Spiking harga minyak membawa perhatian ditambahkan bila didorong oleh kepentingan politik dari negara-negara penghasil minyak .
Mengembangkan biofuel dan mengendalikan produksi mereka cenderung untuk menyediakan akses yang lebih dapat diandalkan untuk bahan bakar. Membangun industri biofuel dalam negeri berpotensi menghasilkan manfaat ekonomi bagi kedua Australia dan Amerika Serikat, asalkan produksi tanaman untuk biofuel manufaktur dibuat ekonomis. Lebih jauh lagi, pengembangan sumber energi terbarukan untuk supai daya peralatan militer secara dramatis akan mengurangi risiko operasional dan meningkatkan ketahanan pertahanan dalam zona pertempuran .
Sumber:
http://www.canberratimes.com.au/federal-politics/biofuels-are-a-longterm-solution-for-a-longterm-problem-20120907-25jo5.html
Chairy, ME'13
Berdasarkan IEA Roadmap, pada tahun 2050, biofuel termasuk biomass akan berkontribusi 7,5% dari kebutuhan energi listrik. Prospek biofuel sangat menarik dengan perkembangan teknologi traget pengurangan investasi dan O&M cost berdasarkan IEA pada tahun 2030.capital cost akan turun sebesar 20% dengan efisiensi meningkat 5% .
HapusO&M biofuel dari sumber yang sama berkisaran 2.5%-6.5% dari capital costnya.
Dalam jangka panjang, produksi ethanol untuk campuran premium menjadi E10-Gasolin atau E25-Gasoline lebih menarik dan bisa memenuhi keekonomian (kompetitif) dengan prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” adalah melalui proses produksi ethanol dari low rank coal menggunakan teknologi (Gasification Plant + Methanol Plant + Acetic Acid Plant & Ethanol Plant). Adanya peluang ini oleh karena coal yang tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan sebagian besar merupakan Low Rank Coal.
HapusNamun demikian, disadari bahwa proses konversi batu bara menjadi Ethanol bukanlah suatu proses yang sederhana, tetapi merupakan suatu industri kimia yang terintegrasi (integrated chemical complex) dan untuk mewujudkannya memerlukan Investasi yang sangat besar. Untuk itu diperlukan kajian yang komprehensif dan mendalam guna mengetahui kelayakan teknis dan keekonomiannya.
Samuel Parura # ME UI 2013
Dalam beberapa dekade mendatang, peranan minyak-lemak nabati dalam
Hapusperekonomian akan sepenting dan seperkasa minyak bumi dewasa ini Setujukan anda dengan statement diatas.?
Di antara sekian banyak sumber energi alternatif terbarukan, biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN) merupakan sumber energi yang paling menjanjikan sebagai substitusi BBM fosil. Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari hasil pengolahan biomassa oleh karena itu biofuel sering disebut pula energi hijau karena asal-usul dan emisinya yang bersifat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan peningkatan pemanasan global secara signifikan. Biofuel yang popular dewasa ini adalah biodiesel dan bioetanol. Biodiesel diperuntukkan bagi mesin diesel, diperoleh dari hasil esterifikasi-transesterifikasi atau transesterifikasi langsung minyak atau lemak sedangkan bioetanol sebagai aditif atau substitusi premium dibuat dari proses hidrolisis, fermentasi dan distilasi biomassa berpati. Teknologi pengolahan biomassa menjadi biodiesel dan bioetanol tergolong mudah (low technology) begitu pula dengan production cost nya yang relatif rendah sehingga konversi biomassa menjadi biodiesel dan bioetanol dapat diterapkan di manapun dan oleh siapapun.
HapusSebagai negara yang pernah merasakan krisis energi hebat dan menyadari dampak buruk emisi BBM fosil, Indonesia telah melakukan langkah-langkah kongkrit baik berupa kebijakan maupun tindakan nyata di lapangan, walaupun untuk langkah yang terakhir masih mengalami banyak kendala. Menurut cetak biru Energi Nasional, pada tahun 2025 peranan energi hijau (energi surya, bayu,air dsb) akan ditingkatkan menjadi 4,4% dengan porsi biofuel sebanyak 1,335%. Kebutuhan akan biofuel yang sangat besar ini akan menjadi tantangan bagi pemerintah, masyarakat, pengguna energi dan pemangku kepentingan lain, khususnya dari sektor pertanian yaitu bahwa mereka tidak hanya akan memproduksi bahan makanan, namun juga harus memproduksi energi serta mengatur tata niaganya. Bagi masyarakat peningkatan porsi pemakaian biofuel ini harus dibarengi pula dengan peningkatan kesadaran tentang arti penting dan peranan biofuel,yaitu sebagai substitusi BBM fosil yang ramah lingkungan murah berunjuk kerja tinggi dan terbarukan.
Indrawan Nugrahanto ME 13
Menanggapi pak Indrawan Nugranhanto.
HapusBBN tidak akan pernah mensubsitusi BBM fosil. Berapa besar bahan baku yang diperlukan untuk tujuan ini? Apakah kita akan mengorbankan pangan hanya demi energi? Rasanya tidak.
Dalam skala tertentu dan target pasar tertentu mungkin itu bisa dicapai. Misalnya untuk masyarakat yang tinggal di pedalaman dimana limbah kelapa sawit atau limbah perkebunan lain tersedia dalam jumlah yang mencukupi.
Tapi tidak untuk skala besar.
Pak Samuel, sepengetahuan kami gasifikasi batubara akan menghasilkan gas Methane (CH4 atau C = 1). Untuk menghasilkan Ethanol tersebut (C = 2), apakah dilakukan suatu reaksi kimia lagi ya? Atau pabrik gasifikasi batubara tersebut tetap menghasilkan methane kemudian proses reaksi untuk menjadi Ethanol dilakukan di kilang minyak?
HapusMohon pencerahannya.
Sedikit tambahan, Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap pengembangan biofuel terutama biodiesel untuk jangka panjang, akan tetapi pemerintah tetap bergerak pelan dan juga berhati-hati dalam mengimplementasikan payung hukum pendukung bagi produksi biodiesel. Pemerintah memberikan subsidi bagi biodiesel, bio-premium, dan bio-pertamax dengan level yang sama dengan bahan bakar fosil, padahal biaya produksi biodiesel melebihi biaya produksi bahan bakar fosil.
HapusDari artikel yang saya baca, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional menyebutkan pengembangan biodiesel sebagai energi terbarukan akan dilaksakan selama 25 tahun, dimulai dengan persiapan pada tahun 2004 dan eksekusi sejak tahun 2005. Periode 25 tahun tersebut dibagi dalam tiga fasa pengembangan biodiesel. Pada fasa pertama, yaitu tahun 2005-2010, pemanfaatan biodiesel minimum sebesar 2% atau sama dengan 720.000 kilo liter untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak nasional dengan produk-produk yang berasal dari minyak castor dan kelapa sawit.
Fasa kedua (2011-2015) merupakan kelanjutan dari fasa pertama akan tetapi telah digunakan tumbuhan lain sebagai bahan mentah. Pabrik-pabrik yang dibangun mulai berskala komersial dengan kapasitas sebesar 30.000 – 100.000 ton per tahun. Produksi tersebut mampu memenuhi 3% dari konsumsi diesel atau ekivalen dengan 1,5 juta kilo liter. Pada fasa ketiga (2016 – 2025), teknologi yang ada diharapkan telah mencapai level ‘high performance’ dimana produk yang dihasilkan memiliki angka setana yang tinggi dan casting point yang rendah. Hasil yang dicapai diharapkan dapat memenuhi 5% dari konsumsi nasional atau ekivalen dengan 4,7 juta kilo liter. Selain itu juga terdapat Inpres Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain. Hal-hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam penyediaan dan pengembangan bahan bakar nabati. (Rahayu, 2006)
Hingga Mei 2007, Indonesia telah memiliki empat industri besar yang memproduksi biodiesel dengan total kapasitas 620.000 ton per hari. Industri-industri tersebut adalah PT Eterindo Wahanatama (120.000 ton/tahun – umpan beragam), PT Sumi Asih (100.000 ton/tahun – dengan RBD Stearin sebagai bahan mentah), PT Indo BBN (50.000 ton/tahun – umpan beragam), Wilmar Bioenergy (350.000 ton/tahun dengan CPO sebagai bahan mentah), PT Bakrie Rekin Bioenergy (150.000 ton/tahun) dan PT Musim Mas (100.000 ton/tahun). Selain itu juga terdapat industri-industri biodiesel kecil dan menengah dengan total kapasitas sekitar 30.000 ton per tahun, seperti PT Ganesha Energy, PT Energi Alternatif Indonesia, dan beberapa BUMN.
sumber
Pemerintah sudah merancang agar pemakaian biofuel bisa mencapai 5% dari total kebutuhan energi nasional. keuntungan jangka panjang apabila ini dapat dikembangkan adalah
Hapus1. Pasokan yang cukup berlimbah, sehingga berbagai macam tumbuhan dapat menjadi biofuel. sehingga biofuel bisa menjadi salah satu energi alternatif selain BBM
2. Ramah Lingkungan.
3. Perkembangan biofuel ini bersifat padat karya sehingga perkembangan biofuel ini dapat membantu menciptakan lapangan kerja dan pendapatan baru bagi petani. Hal ini akan memberikan efek ke GDP.
4. Harga biofuel ini akan lebih stabil dan lebih murah dibandingkan harga BBM.
Kendala dalam perkembangan ini adalah investor yang belum mau mengembangkan bahan bakar ini harga keekonomiannya dianggap masih terlalu tinggi daripada harga BBM bersubsidi.Sehingga memang dapat disimpulkan pemberian subsidi yang berlebihan kepada BBM bukan hanya akan meningkatkan anggaran APBN pemerintah tetapi juga menghambat perkembangan biofuel karena harganya menjadi tidak ekonomis.
Salam,
William Maha Putra
ME 014
Q1.2014
BalasHapusLalu, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah isu biofuel masih valid untuk saat ini?
Banyak pelaku bisnis yang tertarik untuk menggalakan biofuel , namun kenapa hal ini menjadi samar seiring ditelan waktu. Ada beberapa faktor yang menguat banyak pelaku bisnis yang memulai untuk melepaskan bisnis dibidang biofuel ini. Kebutuhan nasional untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per tahun. Akan tetapi keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan berbagai industri lain. Kepala Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati Alhilal Hamdi juga menyatakan, keterbatasan salah satu bahan bakar utama biofuel, yaitu etanol untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar menjadi kendala utama. Etanol yang tersedia, jadi rebutan dengan dengan industri lain. Etanol di Indonesia masih digunakan untuk industri alkohol atau industri lain seperti rokok dan plastik.Demikian pula dengan bahan baku biofuel lain yaitu Crude Palm Oil (CPO), produksinya saat ini masih lebih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku minyak goreng di dalam negeri, dibanding untuk pembuatan biodisel.
HapusSelain itu salah satu kendala pengembangan biofuel di Indonesia adalah persoalan harganya yang masih terlalu tinggi dibandingkan harga bahan bakar fosil. Padahal, pada awalnya pemanfaatan biofuel tersebut diharapkan bisa menjadi sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan untuk menggantikan keberadaan fosilfuel yang harganya semakin lama semakin melonjak.
Harga jual biofuel yang mahal itu juga berpengaruh pada tingkat konsumsi di dalam negeri. Sementara untuk masuk ke pasar ekspor, produk biofuel terganjal tingginya biaya masuk impor yang ditetapkan sejumlah negara tujuan yang besarnya mencapai 30 persen.
PT Bakrie Rekin Bio Energy, perusahaan patungan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dan PT Rekayasa Industri, terpaksa mengundurkan rencana produksi 100.000 ton biodiesel yang semula ditargetkan bisa terealisasi akhir 2008.
Beberapa produsen biofuel berharap pemerintah mau membantu para pelaku industri biofuel di dalam negeri dengan memberikan insentif berupa subsidi atas penjualan biodisel di pasar domestik. Sebab jika subsidi itu diberikan, harga jual biodisel di pasar domestik otomatis bisa menjadi lebih murah dibandingkan fosilfuel.
Dengan demikian, tingkat konsumsi biodisel di dalam negeri pun pasti akan meningkat, seiring banyaknya konsumen yang beralih dari penggunaan fosilfuel ke biofuel.
Adi Waskito ME'14
Sumber : http://bahanbakarminyak.wordpress.com
Biofuel, saat ini memang terbukti masih belum kompetitif jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil, kecuali untuk harga etanol dari tebu.
HapusHal tersebut disebabkan karena harga biofuel yang masih sangat bergantung dengan harga minyak dunia dan harga gula (etanol tebu). IRENA memprediksi harga biofuel akan kompetitif pada saat harga minyak dunia berada diatas angka USD 130/bbl, dan atau harga emisi karbon yang turut diperhitungkan sebagai biaya eksternalitas. Pengembangan teknologi, seperti proses ligno-cellulosic biofuel diperkirakan dapat bersaing dengan harga bahan bakar fosil dengan catatan harga minyak dunia berada pada kisaran USD 60-70/bbl ("Production of Liquid Biofuel", IRENA, Januari 2013).
Untuk Indonesia sendiri, selain permasalah diatas, juga mempunyai beberapa penghalang lain yang juga harus segera dicarikan solusi jangka panjangnya, yaitu antara lain:
1. Sebaran produsen biofuel yang belum merata di tanah air (masih terkonsentrasi di Indonesia Barat), sehingga biaya infrastruktur,
distribusi dan harga yang meningkat (Reuters dan The Jakarta Post).
2. Perlu adanya kepastian investasi di Indonesia, mengingat hal tersebut adalah salah satu prasyarat investor mau menanamkan modalnya.
Walaupun fakta-fakta diatas menunjukkan besarnya tantangan yang dihadapi, akan tetapi pengembangan biofuel sebagai bahan bakar alternatif kedepannya masih tetap dimungkinkan. Isu biofuel masih tetap valid.
Untuk Indonesia, pengembangan biofuel sepertinya akan lebih fokus kepada pengembangan biodiesel. Hal tersebut terlihat dengan trend pengembangan bioetanol yang menuju arah negatif. Berbeda dengan pengembangan biodiesel terus meningkat.
Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penggunaan biodiesel (B100) pada sektor transportasi meningkat, dari semula pada angka 0,06% pada 2006, meningkat pada level 5,57% pada 2013 (Biofuel Annual Jakarta 2014, Figure 1, GAIN-USDA).
Keyakinan akan pertumbuhan positif produksi biodiesel juga didukung dengan semangat Pemerintah Indonesia mendukung pengembangan energi ini dengan dikeluarkannya mandat target penggunaan biofuel yang termaktub dalam Permen ESDM No.25 Tahun 2013, yang menargetkan nilai kandungan biofuel 10-25% pada akhir 2015, dan mencapai 25-30% pada akhir 2025.
Selain itu, Pemerintah juga melakukan sejumlah kebijakan pendukung, antara lain:
1. Peningkatan subsidi untuk biofuel, dari sebelumnya IDR 2.000 per liter, menjadi IDR 3.500 per liter.
2. Persyaratan untuk blending biofuel dengan solar non subsidi yang dijual diseluruh SPBU, baik milik dalam negeri (Pertamina) ataupun swasta (Shell, Total & Petronas), dan penerapan sanksi atas pelanggaran tersebut.
3. Peraturan yang mensyaratkan perusahan tambang batubara dan mineral lainnya untuk menggunakan minimal 2% biofuel untuk konsumsi bahan bakar mereka.
-muhammad syofuan karnadi-
Menurut saya banyak faktor penyebab isu biofuel ini makin redup. Pertama, harga biofuel masih belum kompetitif jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil seperti yang dibicarakan diatas. Adanya shale gas murah di Amerika menjadi contoh kenapa biofuel ini makin ditinggalkan. Kedua, terjadi pertentangan antara bahan pangan yang menjadi biofuel seperti kedelai lebih ekonomis dijadikan konsusmi pangan dan biofuel terutama saat terjadi krisis pangan terjadi di Eropa.
HapusYang paling penting adalah yang ketiga, yaiut makin adanya kesadaran bahwa alih funsi lahan untuk penanaman bahan biofuel seperti kelapa sawit sebagai penghasil CPO justru berbahaya bagi lingkungan. Awalnya memang biofuel ini ditujukan juga untuk mengurangi pencemaran udara akibat penggunaan energi fosil, namun yang terjadi banyak alih fungsi hutan yang justru menjadi sumber CO2 yang mencemari bumi. Sehingga kita dengar kebijakan Uni Eropa mengenai “biodiesel anti dumping duties” atau biaya masuk antidumping (BMAD) yang banyak di protes oleh pengusaha- pengusaha CPO. Ini membuat industri biofuel makin menjerit dan tidak ekonomis.
Source: http://www.mediaperkebunan.net/index.php?option=com_content&view=article&id=535:pasar-cpo-global-masih-stagnan&catid=2:komoditi&Itemid=26
Atas Siregar
ME 2014
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, dalam konferensi pers Indonesia Initiatives on Energy Farming & Sustainable Aviation Biofuel and the ISPO/ RSPO Standard di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa, 26 Agustus 2014. Mengatakan pemerintah menargetkan penggunaan bioavtur mulai 2016. Pemerintah menargetkan dua persen total konsumsi avtur untuk maskapai bisa dipenuhi dengan bioavtur.
HapusUntuk mendukung hal ini Pertamina sedang mengkaji sumber minyak nabati yang akan digunakan sebagai campuran bioavtur. Untuk sementara, sawit sedang dikaji sebagai sumber bioenergi karena produksinya banyak.
konsumsi avtur per tahun mencapai 5 juta kiloliter, semuanya diperoleh dari impor. Penggunaan bioenergi diharapkan bisa menghemat dua persen impor avtur.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/08/26/090602307/2016-Bioavtur-Mulai-Dikenalkan
Praditya AN
Masih valid karena Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, dalam konferensi pers Indonesia Initiatives on Energy Farming & Sustainable Aviation Biofuel and the ISPO/ RSPO Standard di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa, 26 Agustus 2014.
HapusMengatakan pemerintah menargetkan penggunaan bioavtur mulai 2016. Pemerintah menargetkan dua persen total konsumsi avtur untuk maskapai bisa dipenuhi dengan bioavtur.
Untuk mendukung hal ini Pertamina sedang mengkaji sumber minyak nabati yang akan digunakan sebagai campuran bioavtur. Untuk sementara, sawit sedang dikaji sebagai sumber bioenergi karena produksinya banyak.
konsumsi avtur per tahun mencapai 5 juta kiloliter, semuanya diperoleh dari impor. Penggunaan bioenergi diharapkan bisa menghemat dua persen impor avtur.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/08/26/090602307/2016-Bioavtur-Mulai-Dikenalkan
Menurut saya, issue biofuel masih valid untuk saat ini apalagi ditambah oleh keinginan pemerintah dalam MEMR (indonesian Ministry of Energy and Mineral Resoruces) Regulation No 25 tahun 2013. Dalam regulasi ini menjelaskan bagaimana adanya program diversifikasi konsumsi biofuel di Indonesia (bukan di sektor transportasi saja). Namun, tantangan yang akan dihadapi oleh perkembangan biofuel ini adalah infrastruktur pengembangan biofuel, price index formulation untuk biofuel dan kurangnya motivasi pemerintahan untuk memotong subsidi fuel.
HapusBerikut ini saya lampirkan USDA Foreign Agricultural Services mengenai Biofuel di Indonesia.
http://gain.fas.usda.gov/Recent%20GAIN%20Publications/Biofuels%20Annual_Jakarta_Indonesia_6-27-2014.pdf
Salam,
William Maha Putra
ME14
Jika dilihat dari harga crude oil sekarang yang sudah dibawah $60 apakah isu biofuel masih menarik?
HapusUntuk kondisi di Indonesia yang masih rawan pangan setidaknya untuk beberapa tahun ke depan saya sendiri lebih setuju jika bahan pangan difokuskan untuk kebutuhan pangan sedangkan sebagai sumber energi masih bisa digunakan potensi-potensi lain yang ada di Indonesia.
Pemanfaatan biofuel yang dipaksakan akan menyebabkan masalah lain seperti membukaan hutan untuk lahan pertanian yang berakibat pada berkurangnya produksi oksigen dan diperparah dengan metode pembukaan lahan yang pada umumnya dengan cara membakar hutan.
Bahasan dibawah melihat potensi biofuel dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sudut pandang orang dengan latar belakang non energi.
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/02/29/%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BF%EF%BB%BFfood-vs-fue-439227.html
Kedepannya jika kondisi ketahanan pangan Indonesia sudah lebih baik, misalnya dengan indikator tidak ada lagi desa rawan pangan di Indonesia maka pengembangan biofuel bisa menjadi prioritas.
Q2.2014
BalasHapusNegara-negara mana saja yang menjadi pengguna biofuel terbesar di dunia?
Negara pengguna Biofuel dapat dilihat di dalam ini dari tahun 2007 – 2011 yang dilakukan oleh IEA Government. Berdasarkan dari data tersebut, negara pengguna biofuel adalah :
Hapus1. United States ( Usage : 898.9 thousand barrels per day)
2. Brazil (Usage : 377 Thousand Barrels per day)
3. Germany (Usage : 73 Thousand Barrels per day)
Sumber http://www.eia.gov/cfapps/ipdbproject/IEDIndex3.cfm?tid=79&pid=79&aid=2
William Maha Putra
Manajemen Energi 2014
Brazil (21%) dan Amerika Serikat (4%) adalah pengguna utama dari bioethanol di dunia ("Production of Liquid Biofuels", IEA-ETSAP and IRENA, Januari 2013).
HapusSedangkan untuk biodiesel, pengguna terbesarnya adalah negara-negara Uni Eropa, dengan urutan sebagai berikut:
1. Prancis, 2390 juta liter pada 2008, meningkat menjadi 2500 juta liter pada 2012, dan diprediksi akan tetap pada angka 2500 juta liter pada 2015,
2. Jerman, 3060 juta liter pada 2008, turun menjadi 2810 juta liter pada 2012, dan diprediksi akan terus turun menjadi 2270 juta liter pada 2015,
3. Italia, 810 juta liter pada 2008, meningkat menjadi 1620 juta liter pada 2012, dan diprediksi turun menjadi 1220 juta liter pada 2015.
("EU Biofuels Annual 2014", GAIN-FSDA).
Jika kita amati trend penggunaan biodiesel di Uni Eropa, terlihat bahwa terjadi stagnansi dan cenderung menurun. Sebenarnya apakah yang menyebabkan stagnansi dan turunnya konsumsi masyarakat Uni Eropa terhadap biodiesel???
Berdasarkan dari laporan ESDM, Biofuel telah dikembangkan oleh negara-negara maju saat ini seperti Amerika Serikat, Brazil, Korea Selatan, India dan Jepang yang mana negara-negara tersebut telah melakuakan penelitian yang intensif untuk mengembangkan biofuel. Indonesia perlu mencontoh perkembangan biofuel di negara-negara ini.
HapusTeman-teman, bisa membaca artikel menarik dari ESDM :
http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terbarukan/3055-perkembangan-biofuel-dibeberapa-negara.html
Semoga bisa membantu.
Salam,
William Maha Putra
ME 014
http://mcgroup.co.uk/uc/2013/05/Global-Biodiesel-Production-in-2013.jpg
HapusBerdasarkan sumber diatas
Global Biodiesel Production in 2013
USA 14,3%
Brazil 11,3%
Germany 9,4%
Indonesia 8,6%
France 7,8%
Other countries 48,5%
Menurut sumber
http://www.bigpictureagriculture.com/wp-content/uploads/2013/08/13.png
2012 Global Biofuels Production by Nation from BP Statistical Review of World Energy 2013
US 45%
Brazil 22%
Germany 5%
Argentina 4%
France 3%
China 3%
Others 18%
13 negara di benua Amerika memiliki mandat atau target di tempat atau sedang dipertimbangkan, 12 di Asia-Pasifik, dan 10 di Afrika.
HapusSelain Uni Eropa, mandat pencampuran utama yang akan mendorong permintaan global yang ditetapkan di AS, China dan Brasil - yang masing-masing telah menetapkan target - atau, dalam kasus Brasil, sudah ada - pada tingkat di kisaran 15-20% pada tahun 2020-2022
Q3.2014
BalasHapusApa manfaat penggunaan biofuel bagi Negara-negara tersebut?
dengan menggunakan biofuel yang merupakan energi terbarukan setidaknya memberikan impikasi positif terhadap ketahanan energy negara tersebut. selain itu membuka peluang investasi yang dapat menggerakkan perekonomian dan perkembangan teknologi tepat guna untuk mendapatkan energy yang berkualitas dengan harga yang layak.
HapusSaya setuju dengan pendapat Bpk.Hery, terutama penekanan pada poin penggerakan perekonomian dan peluang investasi baru. Belajar dari Brazil yang telah berhasil memanfaatkan biofuel sebagai alternatif energi disana. Brazil telah memanfaatkan biofuel sejak tahun 1925, menggunakan tebu sebagai sumbernya. Program ini didukung penuh oleh pemerintah Brazil, dengan penggunaan tebu sebagai sumber bioetanol yang konsumsinya mencapai 13 Miliar Liter (atau setara dengan 40% penggunaan total bensin), banyak dibuka lahan tebu baru di Brazil, yang menyerap tenaga kerja yang besar, dengan perkembangan lahan 5,44 juta hektar dan berkembang sebanyak 6% setiap tahun.
HapusKeberhasilan tersebut, bisa diaplikasikan juga di Indonesia, mengingat potensi Indonesia yang beragam untuk bahan dasar biofuel, salah satu contohnya pemanfaatan Pohon Jarak Pagar, sebagai salah satu sumber yang nantinya akan diolah menjadi Biodiesel, pohon jarak pagar mempunyai usia hidup sepanjang 50 Tahun, dan dapat hidup dalam kondisi yang kering. yang berarti peluang untuk terbukanya investasi jangka panjang terhadap tanaman ini sangat besar. Menurut salah satu artikel yang saya pelajari, saat ini terdapat 13 Juta hektar lahan kering di Indonesia, yang kemungkinan dapat dimanfaatkan.
Selain dari segi agrikultur, investasi dibidang pengolahan biodiesel dan pembangkit listrik tenaga biofuel juga bisa menjadi sorotan dan peluang, apabila kedepannya perkembangan biofuel sebagai energi alternatif bisa berhasil diterapkan, dan peluang investasi seperti ini, selain bisa menggerakan ekonomi suatu negara secara massal, tidak menutup kemungkinan akan terbukanya peluang bagi investor asing akan masuk ke Indonesia utk menanamkan modal pada proyek pengembangan & pemanfaatan biofuel ini
Augtiaji Awang Baskoro, ME 2014
Saya setuju dengan Saudara Aji di mana mengambil pembelajaran dari Brazil. Brazil dan US memang negara penghasil ethanol yang terbesar di dunia, masing masing bisa memproduksi sekitar 30 persen dari ethanol dunia. Apalagi ditambah kedua negara tersebut sekarang melakukan kerjasama di bidang pengembangan biofuel. Pengembangan biofuel kedua tersebut akan memberikan dampak signifkan.
HapusYuk, mari kita lihat mengenai kajian pengembangan biofuel "Belajar Biofuel dari Negara Lain dan Posisi Indonesia terhadap Biofuel"
http://www.iei.or.id/publicationfiles/Belajar%20dari%20Pengembangan%20Biofuel%20di%20Negara%20Lain.pdf
Setelah membaca artikel tersebut, Mari kita tinjau lebih jauh, bagaimana posisi Indonesia sekarang? Apakah memang masih belum optimal?
Salam,
William
Biofuel di Amerika Serikat telah didukung oleh 26 negara bagian dalam bentuk peraturan negara bagian, sementara 4 negara bagian, yaitu Minnesota, Hawaii, Montana, dan Oregon saat ini telah menerapkan E-10 (bioetanol). Bahan baku yang digunakan adalah seperti jagung. Sejak tahun 1979, Amerika Serikat telah menerapkan insentif pajak terhadap pengguna biofuel dalam bentuk Federal Excise Tax Exemption, dan saat ini sedang meningkatkan penggunaan Fuel Flexible Vechicles, dan memberikan insentif terhadap pembangunan SPBU.
HapusBrazil telah mengembangkan bioetanol yang bersumber dari tebu dengan melakukan ujicoba pada kendaraan sejak tahun 1925, dan dikembangkan dalam periode cukup lama dengan dukungan penuh dari pemerintah dalam bentuk regulasi dan insentif, dan saat ini pengembangan biofuel di Brazil telah menggunakan mekanisme pasar. Dari seluruh produksi tebu, perbandingan untuk pemanfaatan sebagai gula dan bioetanol adalah sekitar 50:50.
Perkembangan biofuel di Korea Selatan, terutama biodiesel, telah dilakukan semenjak tahun 2002 dan diperkirakan konsumsinya meningkat sekitar 0,5% per tahun. Dalam mempromosikan biodiesel, pemerintah Korsel pada tahun 2007 telah memberikan tax exemption. Sementara bahan baku untuk biodiesel sekitar 77,3% berasal dari kedelai dan sisanya berasal dari waste oil’. Pemerintah Jepang telah melakukan R&D yang intensif dalam bidang biofuel, dan melakukan standarisasi melalui penerapan E-10 dengan mengacu pada standar di negara Eropa.
Lengkapnya bisa dibaca disini
http://www.esdm.go.id/berita/323-energi-baru-dan-terbarukan/3055-perkembangan-biofuel-di-beberapa-negara.html?tmpl=component&print=1&page=
Manfaat Etanol
Hapus1) Hal ini dapat digunakan dalam armada mobil yang ada, ditambahkan ke bensin sampai dengan 10% dari tangki.
2) Mobil baru dapat berjalan pada campuran 20% etanol dengan gas, dan hanya sedikit perubahan yang diperlukan untuk mobil baru untuk berjalan pada campuran etanol dan bensin, sampai dengan 85% etanol, yang dikenal sebagai E85.
3) Transportasi: Hal ini dapat diangkut dengan mudah dan menggunakan pompa bensin yang sama.
4) Surplus Jagung: ini adalah penggunaan yang baik untuk surplus produksi jagung.
5) Pemanasan Global: pembakaran bahan bakar fosil melepaskan CO2, kontributor utama pemanasan global. Etanol memiliki potensi untuk secara signifikan mengurangi emisi CO2 kita.
6) Polusi & masalah kesehatan yang terkait: Etanol membakar lebih bersih daripada bensin, dan akan mengurangi masalah seperti asma dan beberapa jenis kanker.
7) Hubungan Luar Negeri / Ketergantungan pada Minyak Asing: banyak ekonomi kita bergantung pada pasokan terus minyak dari negara-negara dengan pemerintah yang tidak stabil.
8) "Puncak Minyak": Minyak bukan merupakan sumber daya terbarukan; itu akan semakin langka dan akhirnya menjadi terlalu mahal untuk mengekstrak. Konsep ini dikenal sebagai "Puncak Minyak", dan sementara ada banyak perdebatan tentang kapan akan tiba, beberapa analis percaya kita bisa dekat dengan, atau sudah melewati puncak kami ekstraksi minyak.
http://eartheasy.com/article_biofuels.htm
Q4.2014
BalasHapusNegara mana saja yang menjadi penghasil biofuel terbesar saat ini?
Berdasarkan data yang dirilis IRENA dalam "Production of Liquid Biofuel", Januari 2013, diketahui bahwa biofuel yang paling banyak diproduksi saat ini adalah bioethanol (80%) dan biodiesel (20%).
HapusPada 2011, produsen bioethanol terbesar adalah Amerika Serikat (63%) dengan bahan dasar jagung, Brazil (24%) dengan bahan dasar tebu, dan disusul oleh Cina (2.5%).
Sedangkan untuk produsen biodiesel terbesar pada 2011 adalah Uni Eropa (43%), Amerika Serikat (15%), Brazil dan Argentina (13%).
Pertanyaan selanjutnya adalah, dimanakah posisi Indonesia???sebagai gambaran, biodiesel dapat dihasilkan dari minyak sayuran, turunan dari kacang kedelai, minyak sawit, bunga matahari, jatropha, serta dari lemak hewan atau minyak bekas. Indonesia adalah produsen minyak sawit (CPO) terbesar di dunia.
Merujuk kepada dokumen "EU Biofuels Annual 2014", diketahui bahwa negara-negara produsen biodiesel terbesar di Uni Eropa pada 2014 adalah :
Hapus1. Jerman (3250 juta liter pada 2008, 2950 juta liter 2012, dan diprediksi menjadi 3180 juta liter pada 2015),
2. Benelux (430 juta liter pada 2008, 1360 juta liter pada 2012, dan diprediksi menjadi 1990 juta liter pada 2015)
3. Prancis (2000 juta liter pada 2008, 1870 juta liter pada 2012, dan diprediksi menjadi 1930 juta liter pada 2014)
Sebagai informasi tambahan, biodiesel yang ada di Eropa sebagian besar adalah impor dan Indonesia adalah tiga (3) besar importir biodiesel ke eropa dengan nilai ekspor rata-rata 150 juta liter pada 2012, dan turun ke kisaran 50 juta liter pada 2013 sebagai akibat dari kebijakan anti dumping yang diterapkan oleh Uni Eropa.
Jika ditelaah lebih jauh, jumlah ekspor biodiesel indonesia ke Uni Eropa adalah sekitar 2% dari total produksi pada 2013.
Bersumber dari Kajian berikut. , Negara-negara pada benua amerika seperti Brazil dan Amerika Serikat menjadi produsen dan konsumen terbesar bioethanol yang produksinya 700.000 barel per hari, sementara itu biodisel produksinya hanya sekitar 75.000 barel per hari.
Hapus2.Brazil memproduksi sebesar 320.000 barel per hari.
3.Jerman, Spanyol dan Swedia. Sementara itu Honggaria, Lithuania dan republik Czech adalah negara baru produsen bioethanol.
4. Di Asia bioethanol mulai berkembang di beberapa negara antara lain India, Thailand, China, Malaysia dan Indonesia.
Sedangkan untuk Top 5 Penghasil biofuel didunia per tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1.United States,34 Bil Liter (Ethanol) dan 2 Bil Liter (Biodiesel)
2.Brazil, 27 Bil Liter (Ethanol), 1.2 Bil Liter (Biodiesel)
3.Prancis, 1.2 Bil liter (Ethanol) , 1.6 Bil Liter (Biodiesel)
4.Jerman,0.5 Bil Liter (Ethanol), 2.2 Bil Liter (Biodiesel)
5.China, 1.9 Bil Liter (Ethanol), 0.1 Bil Liter (Biodiesel)
bersumber dari : F.O. Licht, World Ethanol and Biofuels Report.
Augtiaji A Baskoro
ME 2014
Sumber : http://top5ofanything.com/index.php?h=1e917a4d
http://en.wikipedia.org/wiki/Biofuels_by_region
http://www.datacon.co.id/Biofuel2008Ind.html
Q5.2014
BalasHapusBerapa kapasitas produksi biofuel Indonesia per 2014 dan apakah tingkat produksinya (dalam %) sudah optimum? Mengapa demikian?
Berdasarkan data yang dirilis TEMPO, 13 November 2013, diketahui bahwa industri pengolahan bahan baku biodiesel di tanah air mempunyai kapasitas terpasang 5.6 juta kiloliter per-tahun. Sementara kapasitas terpasang untuk bioethanol sebesar 416 ribu kiloliter per-tahun.
HapusAkan tetapi, produksinya masih belum optimal. Pada 2012, realisasi produksi biodiesel hanya mencapai 2.2 juta kiloliter (39.2% dari kapasitas).
Pada 2013, produksi biodiesel meningkat menjadi 2.45 juta kiloliter (Indonesia Biofuel Annual 2014 - GAIN), atau 43.7% dari kapasitas terpasang. Terjadi peningkatan produksi sebesar 250 ribu kiloliter dari tahun sebelumnya.
Merujuk kepada data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa produksi biofuel (biodiesel) belum optimal (<50% dari kapasitas terpasang).
Ada beberapa alasan yang menyebabkan tingkat produksi yang rendah tersebut, antara lain:
1.Harga patokan yang merujuk kepada Mean Of Platt Singapore (MOPS)
Akibatnya, produsen lebih memilih untuk ekspor daripada suplai kebutuhan dalam negeri. Akibat suplai bahan baku terbatas, produksi biofuel-pun terkendala.
2.Produksi bahan baku yang masih terkonsentrasi di Sumatera dan Jawa
akibatnya, produsen masih dikenakan biaya tambahan untuk transportasi. Sebaga referensi, Pertamina membeli bahan baku dengan metode Cost, Insurance and Freight - CIF, dimana penyedia barang/jasa
berkewajiban untuk mengantarkan barang sampai dengan lokasi pembeli. Hal tersebut kemudian menjadi penyebab peningkatan biaya
dalam proses produksi bahan baku biodiesel.
Untuk tahun-tahun mendatang, apakah ada solusi jangka panjang untuk masalah produksi biofuel dalam negeri ini???apakah masalah terdahulu sudah diselesaikan???apakah ada masalah lain, selain yang disebutkan diatas???
Selain permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya terdapat empat kendala atau permasalahan yang membayangi upaya peningkatan porsi biofule khususnya biodiesel dalam penggunaan energi di dalam negeri.
HapusPertama, konsistensi dan koordinasi lintas pemerintah dalam mendorong pemanfaatan biodiesel lemah. Contohnya adalah perbedaan kebijakan yang diambil oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Perindustrian. Di satu sisi, Kementerian ESDM mendorong penggunaan biodiesel. Sementara di sisi lain, Kemenperin mendorong produksi mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car/LCGC).
Kedua, harga biodiesel. Sebelumnya biodiesel disubsidi oleh pemerintah karena harga yang lebih tinggi dibanding solar. Akan tetapi, saat ini subsidi tidak lagi diberikan. Selain itu, PT Pertamina (Persero) saat melakukan tender biodiesel, selalu menggunakan patokan Mean Of Plats Singapore (MOPS) dalam menentukan harga biodiesel. Sehingga, produsen biodiesel yang mau jual ke Pertamina, pasti rugi. Ini jadi persoalan dalam pemanfaatan biodiesel. Seharusnya, di negara manapun yang maju dalam biodiesel-nya, pemerintah harus beri insentif, subsidi. Di Indonesia, pemerintah belum mau memberi subsidi sehingga menggunakan MOPS. Padahal, ini dua pasar yang berbeda. Satu pasar solar, satu pasar biodiesel
Ketiga, minimnya creating demand. seharusnya pemerintah membuat kebijakan seperti mewajibkan industri otomotif mengembangkan teknologi FFV (Flexi Fuel Vehicle). Teknologi tersebut memungkinkan penggunaan dua jenis bahan bakar sekaligus yaitu biodiesel dan nonbiodiesel.
Keempat, masalah infrastruktur. SPBU yang menyediakan biodiesel hingga 10 persen baru dapat ditemukan di beberapa tempat.
Pada tahun 2012 ke 2013 Biofuel naik dari 2,2 ke 2,45 dan jika kita membicarakan pada tahun 2014 Total produksi biofuel (bahan bakar nabati) Indonesia secara keseluruhan ditargetkan mencapai empat juta kiloliter (KL) di akhir tahun 2014. Tetapi diasumsikan baik produksi domestik maupun ekspor, masing-masing hanya bisa mencapai di angka 2 juta kiloliter. DIharapkan pada tahun 2015 akan mencapai angka 8,8 juta kiloliter.
HapusSumber: http://gain.fas.usda.gov/Recent%20GAIN%20Publications/Biofuels%20Annual_Jakarta_Indonesia_6-27-2014.pdf
Dimas, ME 2014
Total produksi biofuel (bahan bakar nabati) Indonesia secara keseluruhan ditargetkan mencapai empat juta kiloliter (KL) di akhir tahun 2014.
HapusKetua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Paulus Tjakrawan menyampaikan, produksi domestik biofuel Indonesia hingga Oktober 2014 mencapai 1,59 juta KL, sementara untuk ekpornya mencapai 1,3 juta KL.
Total produksi biofuel (bahan bakar nabati) Indonesia secara keseluruhan ditargetkan mencapai empat juta kiloliter (KL) di akhir tahun 2014.
Sumber:
http://m.news.viva.co.id/news/read/563026-aprobi--total-produksi-biofuel-capai-4-juta-kl
Jadi untuk produksi domestik sudah tercapai 79,5% data sd oktober 2014, dan untuk produksi ekspor telah tercapai 65%. Namun jika dilihat secara keseluruhan sampai oktober 2014 telah tercapai 72,25% dari targert 2014.
Q6.2014
BalasHapusApa betul penggunaan biofuel dapat menurunkan efek rumah kaca dan menurunkan biaya energi? Mengapa demikian?
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan dalam wujud apapun yang dihasilkan dari bahan organic. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung oleh tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industry, komersial, domestik atau pertanian. Beberapa sumber bahan biofuel adalah sawit, jarak, jagung, tebu singkong.
HapusBiofuel dapat menurunkan pemanasan global karena gas polutan yang dihasilkan oleh biofuel lebih sedikit dan dapat merawat mesin karena mengandung kandungan unsur deterjen terutama minyak sawit. Rendahnya polutan yang dihasilkan oleh biofuel ini dapat mengurangi laju pemanasan global.
Contoh dampak penggunaan Biofuel yang berhubungan dengan pemanasan global :
· Biopertamax menghasilkan 0,44 % CO2 dari total volume (pertamax biasa 0,81 % CO2, premium 1,22 % CO2).
· Biodiesel/biosolar konsentrasi 5 % – 30 % dapat mengurangi emisi sampai 80 % CO2 dan emisi hidrokarbon.
· Bioetanol yang dicampur dengan premium dapat meningkatkan oktan dan mengurangi emisi CO2 40 % - 80 % dan menekan senyawa sulfur sehingga mengurangi resiko terjadinya hujan asam.
William Maha Putra
Manajemen Energi 2014
saya sepakat dengan apa yang dikatan oleh pak William, Pemanfaatan sumber daya energi yang berasal dari hayati/biofuel secara tidak langsung dapat mengurangi efek gas rumah kaca dikarenakan emisi yang dihasilkan oleh biofuel lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fosil.
HapusNamun, ada sudut pandang lain yang ingin saya tambahkan disini, yaitu Industri perkebunan kelapa sawit skala besar telah menimbulkan berbagai permasalahan yang sangat besar bagi masyarakat dan lingkungan hidup di Indonesia, dan juga bagi dunia jika dikaitkan dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Perkebunan kelapa sawit skala besar merupakan salah satu kontributor terbesar pelepasan gas rumah kaca Indonesia akibat penggundulan hutan, pembakaran lahan dan pengeringan lahan gambut yang dilakukan dalam proses pembangunan perkebunan. Oleh karenanya, biofuel yang berasal dari minyak sawit tidak akan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca, sebaliknya, malah akan meningkatkan emisi gas rumah kaca.
dilematis memang, tergantung dari mana kita melihat dan seperti apa yang pak fajar bilang, "selalu ada trade-off" :)
sumber : http://www.walhi.or.id/publikasi/kebijakan-biofuel-uni-eropa-jebakan-bagi-indonesia-dan-iklim-global
Penggunaan Biofuel dapat mengurangi efek rumah kaca, mengambil contoh pada salah satu varian Biofuel yaitu Biodiesel. Biodiesel mempunyai bilangan Cetane yang bervariasi diantara 46-52, dimana solar, mempunyai bilangan Cetane yang bervariasi antara 45-48 maksimal, terlebih lagi sekarang sedang dikembangkan Dimethyl Ether yang mempunyai bilangan cetane sebesar 55-60, yang akan sangat berpotensi bilang dikembangkan menjadi alternatif bahan bakar. Bilangan cetane ini mempengaruhi mudah atau tidaknya suatu bahan bakar terbakar didalam mesin, dimana semakin tinggi bilangan cetane, maka akan semakin mudah terbakar, sehingga semakin aman emisi gas buangnya, karena bahan bakar tsb akan terbakar sempurna, sehingga senyawa sulfur, carbon dan nitrogen yang terdapat didalam senyawa gas buangnya akan lebih rendah, dan pastinya akan lebih "environtmental friendly".
HapusSebagai perbandingan dari segi bilangan cetane.
Dimethyl Ether : 55-60
Biodiesel : 46-52
Biosolar : 48-51
Solar : 45-48
(Source : http://yamatoikwan.blogspot.com/2013/11/angka-setana-pada-solar-cetane-number.html)
Melihat contoh dari pemanfaatan Biofuel dan penerapannya pada mesin diesel dalam bentuk Biodiesel yang lebih ramah lingkungan, tidak menutup kemungkinan penggunaan biofuel lainnya baik untuk Pembangkit atau mesin non-diesel, akan menciptakan efek yang sama ataupun lebih baik, sehingga kerusakan lingkungan akibat emisi gas buang, dapat ditekan.
Augtiaji A Baskoro, Manajemen Energi 2014
Efek rumah kaca disebabkan meningkatnya kadar gas rumah kaca yaitu H20, CO2, Metana, nitrogen oksida dan CFC. Sebagian besar gas ini terutama CO2 dan nitrogen oksida di hasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil melalui penggunaan biofuel , secara tdk langsung produksi gas rumah kaca dapat berkurang.
Hapusseperti yang dijelaskan oleh komentar sebelumnya, memang benar penggunaan biofuel dapat menurunkan efek rumah kaca jika metode perbandingannya adalah volume bahan bakar yang digunakan (galon to galon). namun jika diperbandingkan secara keseluruhan termasuk komponen produksinya (selain pembebasan lahan gambut untuk dibuat ladang kelapa sawit sebagai produsen biofuel, seperti yang dijelaskan oleh Pak Danish), pemrosesan biofuel tetap membutuhkan fossil fuel. seperti untuk merubah jagung menjadi ethanol membutuhkan nitrogen fertilizer yang digerakkan oleh pembangkit tenaga gas. meningkatkan produksi dalam hal produksi biofuel tidak serta merta menurunkan harga karena berbanding lurus dengan kebutuhan akan lahan (sumber disini . dengan permasalahan bahan pokok biofuel juga merupakan bahan pokok makanan (sumber disini , sehingga dapat menaikkan harga biofuel karena tingginya demand. Dari penelitian yang dilakukan, cost dapat ditekan jika biofuel diberikan insentif pajak, subsidi dan program energy improvement, sumber disini . Biofuel akan menjadi lebih murah lagi jika bahan pokok pemrosesan adalah cangkang sawit yang merupakan proses second generation, dan diikutkan dalam program CDM sehingga dapat memberikan nilai tambah
HapusPenggunaan biofuel secara besar-besaran pada akhirnya akan menyebabkan pemanasan global atau efek rumah kaca. Penyebab terbesarnya adalah bukan dari penggunaan biofuel itu, tetapi konversi lahan atau pembakaran hutan sebagai lahan untuk memproduksi biofuel tersebut. Pembakaran hutan menimbulkan pencemaran CO2 ke udara, konversi lahan mengakibatkan berkurangnya hutan yang menjadi paru-paru dunia.
HapusContoh kasusnya, minyak kelapa sawit yang diproduksi di Indonesia dan Malaysia terus mengalami peningkatan untuk memenuhi kebutuhan biodiesel demi pencapaian target Uni Eropa sehingga pemerintah berencana mengembangkan industri kelapa sawit, dengan perkiraan peningkatan luas perkebunan kelapa sawit dari 11 juta hektare menjadi 28 juta hektar di tahun 2020
Oleh karena itu, banyak LSM di Indonesia termasuk WALHI mendesak Parlemen Uni Eropa untuk mengubah kebijakan konsumsi sawit untuk bahan bakar nabati (biofuel). Mereka berpandangan Keputusan Parlemen Uni Eropa terhadap target penggunaan biofuel di Eropa akan menentukan besar kecil perampasan tanah dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya, konversi hutan dan masalah-masalah sosial di negara produsen. Direktur Eksekutif Nasional Walhi Abetnego Tarigan mengatakan peningkatan penggunaan biofuel telah menciptakan ancaman meningkatnya kerusakan lingkungan dan konflik sosial di perkebunan-perkebunan di negara selatan khususnya Indonesia.
Atas Siregar
ME 2014
Source:http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/09/11/msy615-lsm-desak-uni-eropa-revisi-kebijakan-biofuel
Melanjutkan pernyataan Bang Atas, saat ini Indonesia sudah meninggalkan pasar Uni Eropa. Ekspor ke Uni Eropa tahun lalu mencapai satu juta Kilo Liter (KL) dan tahun ini akan turun di bawah 500 ribu KL. Lebih lanjut lagi, pengurangan volume ekspor ini ditopang kebijakan mandatori biodiesel sebesar 10 persen (B10) yang mulai berjalan pada tahun ini. Fokus utama kenapa meninggalkan pasar eropa adalah pengenaan pajak impor biodiesel di Uni Eropa yang sangat tinggi menjadi pertimbangan utama untuk mengalihkan pasar Uni Eropa kepada negara lain. Indonesia akan keluar untuk tidak melanjutkan ekspor biodiesel secara bertahap.
HapusSumber : http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/07/24/pajak-impor-tinggi-eksportir-biodiesel-mulai-tinggalkan-pasar-eropa
Q7.2014
BalasHapusJika harus menulis ulang Peraturan Presiden di atas, hal apa saja yang harus diperhatikan? Mengapa demikian?
Progam kebijakan energi pemerintah untuk lebih banyak menggunakan biodiesel tidak disertai dengan pembangunan infrastrukur untuk produksi biodiesel sendiri.
HapusAkibatnya konsumsi biodiesel tidak diimbangi produksi dalam negeri yang cukup sehingga import bahan bakar kembali terjadi yang menyebabkan nilai Rupiah melemah.
Jika progam ini dilanjutkan tanpa diimbangi produksi yang cukup menurut Kementrian ESDM diperkirakan tahun 2016 Indonesia akan kekurangan pasokan biodiesel sekitar 2 milyar liter.
Sumber .
Selain meninjau kembali mengenai infrastruktur, pemerintah harus mengkaji ulang mengenai harga biodiesel. Karena menurut perusahaan biodiesel, harga tersebut kurang kondusif. Ketidakkondusifan tersebut dikarenakan formula harga MOPS (Mean Oil Platt Singapore atau harga rerata transaksi bulanan minyak di pasar Singapura) solar maksimal yang dipakai PT Pertamina (persero) tidak memperhitungkan harga CPO yang menjadi bahan baku biodiesel. Sebenarnya, produsen tidak keberatan jika Pertamina memakai MOPS solar asalkan hanya ditujukan kepada biodiesel bersubsidi atau Public Service Obligation (PSO).
HapusSeperti diketahui, sekarang ini harga CPO sudah di kisaran US$ 880 per ton ditambah dengan biaya olah sebesar US$ 150 per ton sehingga total biaya pokok produksi mencapai US$ 1.050 per ton. Biaya transportasi masih ditanggung oleh produsen. Sedangkan, harga MOPS solar sekitar US$ 888,3 per ton. Dengan harga seperti ini harganya sudah melebihi MOPS.
Sehingga, perlu adanya pengkajian ulang mengenai harga biodiesel.
Salam,
William
Sumber http://www.beritasatu.com/ekonomi/199056-tekan-impor-bbm-pemerintahan-baru-diharapkan-kembangkan-energi-biodiesel.html
Saya setuju dengan saudara William. Menurut sumber dibawah, pemerintah harus mengkaji harga biofuel ini karena hingga kini belum banyak produsen sawit mau masuk ke sektor biofuel karena harga yang ditawarkan pemerintah belum memberikan keuntungan yang baik. APROBI melihat sebetulnya masih ada peluang untuk meningkatkan penggunaan biofuel di Indonesia seperti campuran biofuel untuk solar subsidi. Peningkatan campuran biofuel pada solar dari 10 persen saat ini menjadi 20 persen, bisa meningkatkan penggunaan biofuel menjadi 6-7 juta ton dari 3-3,5 ton saat ini. Peningkatan ini akan menghemat devisa hingga USD 6 miliar per tahun selain akan memberikan peluang tenaga kerja di dalam negeri. Sehingga pemerintah perlu melihat lagi harga biofuel ini.
HapusAtas Siregar [ ME 2014 ]
Source: http://www.agrofarm.co.id/read/sawit/794/aprobi-minta-tingkatkan-penggunaan-biofuel-di-solar-bersubsidi/#.VJ69yDABg
Selain pembangunan infrastruktur, perlu adanya insentif pajak sehingga dapat mengurangi cost yang dapat menekan harga jual. dengan demikian harga bahan bakar nabati dapat kompetitif dengan bahan bakar fuel. Dalam Perpres 5/2006 tersebut sudah ada sasaran terhadap energy mix namun dalam kebijakan utama (Undang-undang 30/2007 tentang Energi) belum ada sanksi jika sasaran tersebut tidak tercapai atau tidak dilaksanakan.
BalasHapusMenurut saya, kebijakan infrastruktur perlu kita tinjau kembali. Kebijakan infrastruktur memegang peranan penting dalam sistem perekonomian. Semakin baik infrastruktur di Indonesia, maka semakin baik pula ekonomi suatu negara, begitu pula sebaliknya. Pemerintah sejak dahulu terus menggiatkan perhatian publik terhadap infrastruktur, namun yang menjadi kendalanya adalah proses implementasi strategi dan kebijakan tersebut sehingga efektif di lapangan. Kebijakan pemerintah dalam upaya pembangunan perekonomian bangsa harus didukung oleh semua elemen masyarakat tanpa terkecuali sehingga tercipta sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
BalasHapusSalam,
William Maha Putra
ME 14
Salam Energi,
BalasHapusMelanjutkan pembicaraan mengenai biofuel....
Rancangan fasilias produksi biodiesel (INBT 2008)
Indonesia adalah penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia dengan produksi CPO sebesar 8 juta ton pada tahun 2002 dan akan menjadi penghasil CPO terbesar di dunia pada tahun 2012. Dengan mempertimbangkan aspek kelimpahan bahan baku, teknologi pembuatan, dan independensi Indonesia terhadap energi diesel, maka selayaknya potensi pengembangan biodiesel merupakan potensi pengembangan biodiesel sebagai suatu alternatif yang dapat dengan cepat diimplementasikan.
Walaupun pemerintah Indonesia menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap pengembangan biodiesel, pemerintah tetap bergerak pelan dan juga berhati-hati dalam mengimplementasikan hukum pendukung bagi produksi biodiesel. Pemerintah memberikan subsidi bagi biodiesel, bio-premium, dan bio-pertamax dengan level yang sama dengan bahan bakar fosil, padahal biaya produksi biodiesel melebihi biaya produksi bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan Pertamina harus menutup sendiri sisa biaya yang dibutuhkan.
Sampai saat ini, payung hukum yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk industri biofuel, dalam bentuk Keputusan Presiden ataupun Peraturan Perundang-undangan lainny, adalah sebagai berikuti:
1. Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijaksanaan Energi Nasional
2. Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang Pengadaaan dan Penggunaan Biofuel sebagai Energi Alternatif
3. Dektrit Presiden No. 10/2006 tentang Pembentukan team nasional untuk
Pengembangan Biofuel
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional menyebutkan pengembangan biodiesel sebagai energi terbarukan akan dilaksakan selama 25 tahun, dimulai dengan persiapan pada tahun 2004 dan eksekusi sejak tahun 2005. Periode 25 tahun tersebut dibagi dalam tiga fasa pengembangan biodiesel. Pada fasa pertama, yaitu tahun 2005-2010, pemanfaatan biodiesel minimum sebesar 2% atau sama dengan 720.000 kilo liter untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak nasional dengan produk-produk yang berasal dari minyak castor dan kelapa sawit.
Fasa kedua (2011-2015) merupakan kelanjutan dari fasa pertama akan tetapi telah digunakan tumbuhan lain sebagai bahan mentah. Pabrik-pabrik yang dibangun mulai berskala komersial dengan kapasitas sebesar 30.000 – 100.000 ton per tahun. Produksi tersebut mampu memenuhi 3% dari konsumsi diesel atau ekivalen dengan 1,5 juta kilo liter. Pada fasa ketiga (2016 – 2025), teknologi yang ada diharapkan telah mencapai level ‘high performance’ dimana produk yang dihasilkan memiliki angka setana yang tinggi dan casting point yang rendah. Hasil yang dicapai diharapkan dapat memenuhi 5% dari konsumsi nasional atau ekivalen dengan 4,7 juta kilo liter. Selain itu juga terdapat Inpres Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain. Hal-hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam penyediaan dan pengembangan bahan bakar nabati. (Rahayu, 2006)
Hingga Mei 2007, Indonesia telah memiliki empat industri besar yang memproduksi biodiesel dengan total kapasitas 620.000 ton per hari. Industri-industri tersebut adalah PT Eterindo Wahanatama (120.000 ton/tahun – umpan beragam), PT Sumi Asih (100.000 ton/tahun – dengan RBD Stearin sebagai bahan mentah), PT Indo BBN (50.000 ton/tahun – umpan beragam), Wilmar Bioenergy (350.000 ton/tahun dengan CPO sebagai bahan mentah), PT Bakrie Rekin Bioenergy (150.000 ton/tahun) dan PT Musim Mas (100.000 ton/tahun). Selain itu juga terdapat industri-industri biodiesel kecil dan menengah dengan total kapasitas sekitar 30.000 ton per tahun, seperti PT Ganesha Energy, PT Energi Alternatif Indonesia, dan beberapa BUMN.
Salam,
Heru Wijayanto
ME-2014