.

Jumat, 13 Desember 2013

Artikel Khusus 02: The ENERGI PRICE and The ECONOMIC GROWTH Relationship

The challenge series

oleh: Catur Janhari, Chairy Wahyu Winanti, dan Irwan Wakhidiyanto




Ada 3 isu besar di artikel ini:
  1. Apakah pertumbuhan pemanfaatan energi menstimulus pertumbuhan ekonomi, atau hal sebaliknya? 
  2. Apakah “low energy price” selalu menarik investor yang menstimulus pertumbuhan ekonomi? 
  3. Adakah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hubungan energi price dengan pertumbuhan ekonomi?

TUJUAN DAN DEKLARASI MOTIF PENULISAN

Motif penulisan artikel ini adalah 
sebagai proses pembelajaran mahasiswa dalam rangka membangun kesadaran semua kalangan bahwa energi, ditinjau dari segi price, mempunyai hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi negara.
Disini kami belajar dan berbagi informasi dengan mengamati strategi dan kebijakan yang diterapkan beberapa negara sebagai contoh dari manajemen pemanfaatan energi dan aspek-aspek yang berhubungan dengan perekonomian yang dikelola secara terarah.
Hal ini akan menciptakan suatu perekonomian yang kompetitif dalam menarik investor sebagai modal dalam membangun kemakmuran dan kekuatan bangsa. 

PENGENALAN TEORI

Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan konsumsi energi, sehingga tingkat harga energi dan ketersediaannya menjadi penting untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi.
(baca: Why Energy PRICE and AVAILABILITY are Important for a Nation)
Harga energi yang tinggi akan menjadikan negara tersebut tidak kompetitif.
GDP merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. 
GDP diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu, biasanya per tahun
GDP menghitung total produksi barang dan jasa di suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan menggunakan sumber daya dalam negeri atau tidak.
Menurut Brue dan Campbell dalam bukunya, Economics: Principles, Problems, and Policies, 17th Edition, secara pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach), GDP terbentuk dari empat komponen penyusun yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini.
GDP = C + Ig + G + Xn
dimana:
     C : Pengeluaran konsumsi personal / rumah tangga
     Ig : Investasi domestik privat bruto
     G : Pembelian pemerintah
   Xn : Ekspor

Keempat faktor tersebut menggunakan energi dalam proses produksi dan atau pengirimannya.
Hal inilah yang menyebabkan adanya relasi antara harga energi dengan pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan tersebut akhirnya akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu negara.
Teori lain yang menjelaskan tentang keterkaitan energi dan pertumbuhan ekonomi melalui pendekatan output agregat dan penawaran agregat. 
Output agregat sebagai pendapatan nasional (Q) merupakan fungsi dari Modal (K) , Tenaga Kerja (L), Energi (E) dan Teknologi (T) dapat dinyatakan dalam persamaan:
Q = f (K, L, E; T)
Penawaran agregat merupakan jumlah barang yang ditawarkan dalam suatu perekonomian yang dapat dipengaruhi oleh variabel tenaga kerja (L), stok kapital (K) dan sumber daya alam (R). 
Permintaan agregat didefinisikan sebagai jumlah barang yang diminta dalam suatu perekonomian. Besarnya barang yang diminta tersebut dapat dipengaruhi variabel konsumsi (C), investasi (I), sektor pemerintah (G) serta neraca pembayaran (X-M) (Purnomo Purnomo Yusgiantoro, 2000)
Energi dalam penawaran agregat merupakan bagian dari input produksi yang dampak substitusinya satu sama lain menarik untuk dibahas. 

Penawaran agregat dalam sisi persediaan dari keseimbangan harga nasional dengan output agregat.

Menurut Stern dan Cleveland (2004), dengan melihat hubungan antara energi dan output agregat maka beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keterkaitan tersebut antara lain:
  • Substitusi/komplementer antara energi dan input lainnya
    (kapital, mesin, tenaga kerja).
  • Substitusi/komplementer yang terjadi antar input lainnya
    (selain energi: padat karya, padat modal, dan lain sebagainya)
  • Perubahan teknologi
    (inovasi, intensitas, efisiensi, dan lain-lain)
  • Pergeseran komposisi input energi
    (jenis, kualitas, dan lain-lain)
  • Pergeseran komposisi output
    (dis-aggregate output/sektoral)

PENGARUH HARGA ENERGI

Pengaruh dari kenaikan harga energi terhadap ekonomi makro pada negara-negara di dunia bervariasi bergantung pada ekonomi masing-masing juga pada struktur permintaan dan penawaran terhadap energi di tiap-tiap negara

Negara-negara yang rentan terpengaruh oleh kenaikan harga energi adalah negara-negara yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Paper IEEJ, 2012):
  • Importir minyak per GDP tinggi 
  • Kecenderungan marjinal untuk konsumsi dan investasi besar, kecenderungan import kecil 
  • Rasio ekspor terhadap GDP tinggi 
  • Level ekspor ke negara-negara pengekspor minyak tinggi 
Ini khususnya bagi negara-negara berkembang yang memproduksi selain minyak dan negara-negara Asia yang cukup bergantung pada ekspornya. 

Pada saat yang bersamaan, negara-negara berkembang di Eropa sedang menghemat penggunaan minyak dan menikmati pengembalian dana yang signifikan. 

Energi yang kompetitif dari segi ketersediaan, kualitas dan harga dapat mendorong percepatan investasi yang mendukung perekonomian suatu negara. 

Sebagai salah satu contoh dalam konteks makro yang melibatkan faktor energi dapat dinyatakan dalam skema pembahasan yang disusun oleh IHS Global.

Skema IHS Global


Pada kenyataannya, energi memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, terutama pada sisi ketersediaan dan harga energi.

Berdasarkan grafik Harga Minyak dan Pertumbuhan Ekonomi di bawah terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.


Harga Minyak dan Pertumbuhan Ekonomi (sumber: EIA)

USA

Perkembangan shale gas di USA dengan harga rata-rata 30% lebih rendah dari harga gas alam global dapat menarik sejumlah industri besar di Eropa untuk memindahkan fasilitas industrinya ke USA. Pembahasan mengenai fenomena tersebut telah didiskusikan dalam artikel 1 Seri The Challenge.
Harga energi yang murah sepertinya dapat menekan laju inflasi di Amerika. 
Hal ini dapat diamati pada tahun 2009 dimana perekonomian di Amerika jatuh karena sektor non industri seperti household credit booming, tetapi laju inflasi di AS tetap rendah meskipun secara inflasi global mengalami kenaikan akibat harga minyak dunia. 
Yang menarik dari perkembangan shale gas di USA adalah adanya incentive credit tax yang diberikan pemerintah federal USA.
NGPA section 29 Tax Credit berakhir pada akhir tahun 1992 dan menyebabkan jumlah unconventional gas well menurun drastis pada periode 1993 dan 1994 (Kuuskraa and Stevens 1995). 

Pergerakan Harga Gas

Faktor utama penyebab harga shale gas lebih kompetitif dengan adanya policy private land leasing dan open access gas pipeline
Dari trend perbandingan natural gas price, terlihat sejak tahun 2009 harga natural gas di USA yang didominasi oleh shale gas tetap stabil dan lebih rendah dibandingkan dengan Eropa dan Jepang yang didominasi oleh conventional natural gas.

IHS Global USA Macroeconomic Shale Gas Contribution

JERMAN

Ralf Wiegert, Direktur Perusahaan Analisis Global (IHS), mengatakan
“.....Saat ini, pasar energi yang kaku dan tidak diatur secara efisien dengan kenaikan harga melonjak hampir 10% dalam 12 bulan terakhir menyebabkan tingkat kompetitivitas dan ekonomi internasional Jerman berada dalam keadaan yang berisiko.” 
(MarketWatch dan FierceEnergy, Oktober 2013). 

MALAYSIA 

Berdasarkan working paper berjudul “Energy Intensities and the Impact of High Energy Prices on Producing and Consuming Sectors in Malaysia” yang disusun oleh Henrik Klinge Jacobsen pada Januari 2007, harga listrik mempengaruhi hampir seluruh sektor industri / komoditas di Malaysia.

KOREA SELATAN

Kebijakan pemerintah Korea Selatan dalam menetapkan tarif di bawah biaya pembangkitan dalam upaya membantu eksportir industri besar tetap kompetitif dan menahan inflasi membuat pertumbuhan industri di negara tersebut berkembang.

Tarif listrik yang murah dan permintaan yang tinggi membawa dilema paska tragedi “black-out” pada September 2011. 
Pada tahun 2013 kenaikan tarif listrik yang dilakukan KEPCO sekitar 5,4% yang merupakan kenaikan tarif tertinggi di Korea. 
Di sisi lain tuntutan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) membuat adanya kenaikan pajak impor batubara
Untuk mengurangi dampak terhadap industri dan inflasi, pemerintah Korea mengurangi pajak LNG, propane, dan kerosene untuk menjaga keseimbangan ekonomi. 
Pemerintah Korea Selatan juga memberlakukan kebijakan pengembangan EBT
Ini dilakukan dengan mengembangkam program kredit pajak R & D. Penurunan bea masuk sebesar 50 persen untuk semua komponen dan / peralatan yang digunakan dalam pembangkit listrik energi terbarukan. 
Pemerintah Korea juga memberikan subsidi hingga 60 persen kepada pemerintah daerah untuk instalasi fasilitas energi terbarukan dan menawarkan pinjaman bunga rendah (5,5 persen menjadi 7,5 persen) ke proyek-proyek energi terbarukan, termasuk masa tenggang 5 tahun diikuti dengan periode pembayaran 10 tahun. 
Dari sisi pengelolaan pembangkitan
pemberian insentif akan menekan biaya investasi awal sehingga harga energi dapat dikelola dengan prinsip "at the lowest possible cost". Dengan harga energi yang dijaga relatif stabil, produk-produk industri di Korea tetap kompetitif dari pesaing-pesaingnya. 

VIETNAM

Tarif listrik di Vietnam paling rendah dibandingkan dengan negara-negara lain (lihat grafik pada Artikel Khusus 06: Our ENERGY Conditions - A Year Before AFTA 2015).
Tarif rendah ini dikarenakan subsidi menyeluruh dari pemerintah Vietnam. 
Dipicu oleh kenaikan biaya bahan bakar dan kesulitan dalam mendapatkan investor untuk pembangunan pembangkit baru, sejak tahun 2011, tarif listrik telah dinaikan sebanyak 4 x dengan rata-rata 5%.
Kenaikan tarif listrik menambah beban baru bagi industri lokal tetapi kebutuhan pembangkit baru akan berguna bagi masa depan pertumbuhan ekonomi Vietnam.

BAGAIMANA INDONESIA?

Selama periode tahun 2007 – 2009, GDP Indonesia mengalami pertumbuhan yang menurun. 
Pada tahun 2009 tekanan terhadap perekonomian domestik sebagai dampak krisis global memasuki puncaknya dimana pada tahun tersebut pertumbuhan PDB Indonesia turun menjadi hanya 4,6%. 

Bandingkan dengan grafik Harga Minyak dan Pertumbuhan Ekonomi Dunia, pada periode yang sama harga minyak dunia mengalami kenaikan harga.
Nilai dan Pertumbuhan GDB Indonesia Tahun 2000-2010 (sumber: BPS)
 Pemakaian energi di Indonesia masih didominasi oleh energi fosil dengan bahan bakar minyak pada tahun 2011 terbesar dengan 46,77%. (sumber: ESDM)
Indonesia mempunyai potensial EBT yang dapat dikelola sebagai salah satu alternatif jangka panjang dalam membangun ketahanan energi yang mandiri dalam menghadapi segala faktor yang mempengaruhi penggunaan energi fosil konvensional yang berdampak terhambatnya pertumbuhan ekonomi


TANTANGAN

Dengan terlihatnya keterkaitan harga energi dan pertumbuhan ekonomi, lalu bagaimana kita menyiapkan ketersediaan energi pada tingkat harga yang kompetitif untuk keunggulan Negara dibandingkan negara-negara pesaing? 
Atau dengan kata lain bagaimana kita mampu menghadirkan energi pada harga yang kompetitif untuk mempertahankan pertumbuhan?
Kemudian apa saja pilihan cara untuk mengendalikan tingkat harga energi saat ini ?
Sementara itu penerapan AFTA secara penuh sudah semakin dekat. 
Kecukupan energi kita masih terbatas (baca kondisi energi Indonesia 1 tahun menjelang AFTA disini) . 
Di sisi lain sudah ada contoh kebijakan dan penerapan kebijakan dapat dipelajari dari sejumlah negara makmur di Asia yang tidak mempunyai sumberdaya alam termasuk sumber energi primer yang melimpah.

BAHAN DISKUSI

  1. Apa yang menstimulus pertama kali apakah pertumbuhan energi atau pertumbuhan ekonomi?
  2. Bagaiamana peranan kebijakan suatu negara terhadap perkembangan energi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi ? 
  3. Apakah secara makro  prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” dapat menarik investor asing untuk berinvestasi? 
  4. Mohon disharing dimana pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pemenuhan kebutuhan energi tanpa mengorbankan salah satu faktor tersebut dan disebutkan sumbernya?
  5. Apakah kebijakan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energi dan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” baik secara jangka pendek dan jangka panjang. Mohon diberi beberapa contoh pembelajaran dari negara lain.

KESIMPULAN DISKUSI (per 31 Desember 2013)

  1. Fakta menunjukkan bahwa harga energi berpengaruh bagi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
  2. Meski demikian, artikel ini dan diskusi yang terjadi belum menemukan bentuk pengaruh dan signifikansinya terutama bagi Indonesia sebagai negara berkembang sehingga ini masih membutuhkan kajian lebih lanjut.
  3. Hal yang menarik untuk diperhatikan lebih lanjut adalah harga energi yang rendah dapat menarik investor untuk memindahkan negara tujuan investasinya seperti yang terungkap dalam Artikel Khusus #01

REFERENSI

[1] Dampak Fluktuasi Harga Minyak Dunia Terhadap Perekonomian Indonesia
[2] The Economic and Employment Contributions of Shale Gas in the United States, IHS Global Insight
[3] RUPTL 2012-2015, PLN Publication
[4] Handbook of Energi & Economic Statistic Indonesia, 2012, Pusdatin ESDM
[5] Sepintas Belajar Teori Ekonomi Energi, Jokoparwata.wordpress.com
[6] Situs resmi www.tradingeconomics.com

++









Artikel Terkait

42 komentar:

  1. 1. Apa yang menstimulus pertama kali apakah pertumbuhan energi atau pertumbuhan ekonomi? Bagaiamana peranan kebijakan suatu negara terhadap perkembangan energi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya adalah pertumbuhan ekonomi yang menstimulus pertama kali, alasanya adalah bahwa dengan semakin naiknya pertumbuhan ekonomi suatu negara tentunya akan berdampak terhadap semakin meningkatnya juga tingkat daya beli masyarakatnya, dengan tingginya daya beli tersebut makan akan dapat berdampak juga terhadap pertumbuhan energi pada suatu negara tersebut terlebih lagi di negara berkembang seperti indonesia hal ini sudah kita rasakan, terkait dengan kebijakan suatu negara terhadap perkembangan energi, beberapa negara berkembang menurut saya kebijakannya lebih mengarahkan untuk menstimulus pertumbuhan ekonominya daripada pertumbuhan energinya karenanya bahwa pada suatu negara tersebut menganggap pertumbuhan ekonomi lebih penting dalam mengeskalasi perkembangan suatu negara.

      Hapus
    2. Menambahkan untuk negara berkembang mamang pertumbuhan ekonomi menjadi utama dikarenakan konsumsi energi paling banyak di rumah tangga seperti di indonesia namun apabila terjadi terus menerus maka negara tersebut dapat menjadi negara middle income trap yaitu negara kelas berkembang selama hanya terfokus pada pemenuhan energi pada sektor konsumsi. berbeda dengan negara-negara maju Fokus utama ada pada sektor produksi yang memberikan nilai tambah tinggi meski konsumsi energinya tinggi. sehingga pengaruh terhadap ekonomi adalah Pertumbuhan ekonomi akan tetap tumbuh meski terjadi defisit energi. Hal ini dikarenakan hubungan pertumbuhan ekonomi indonesia dan konsumsi energinya adalah uni-directional.
      Argianto Me13

      Hapus
    3. menambahkan pendapat pak argi, bahwa struktur pembentuk PDB khususnya Indonesia saat ini masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga(55%) berikutnya pembentukan modal tetap bruto (33%), yang menyebabkan konsumsi tinggi tentunya akibat kemampuan daya beli masyarakat, daya beli masyarakat dipengaruhi oleh pendapatan per kapita masyarakat itu sendiri. Tantangan Indonesia sebagai Negara kepulauan untuk mencapai level pendapatan per kapita menengah ke atas atau tinggi diperlukan usaha antara lain dengan peningkatan dan pemerataan infrastruktur dasar (energi, transportasi) serta industri padat karya.
      Ilham B, ME '13

      Hapus
    4. Hal yang menstimulus pertama kali di Indonesia menurut paper " “The relationship between energy consumption, energy prices and economic growth: Time series evidence from Asian developing countries” dari Department of Economics, The University of Queensland adalah pertumbuhan konsumsi energi.
      Konsumsi energi yang tinggi akan menggerakan pertumbuhan ekonomi.
      Oleh sebab konsumsi energi yang menstimulus pertumbuhan ekonomi, maka kebijakan pemerintah perlu kita perhatikan untuk kita tinjau lebih jauh misalnya harga energi yang tinggi sehingga tidak bisa dijangkau oleh masyarakat (BBM) yang mana akan membatasi penggunaan energi di lingkungan masyarakat Indonesia. Ketika konsumsi energi rendah, maka akan semakin rendah pula pertumbuhan ekonomi kita.

      Salam,
      William Maha Putra
      ME 14

      Hapus
    5. Pertumbuhan ekonomi yang menstimulus pertumbuhan energi, pertumbuhan ekonomi yang baik akan berupaya untuk menghasilkan
      banyak output baik untuk kepentingan konsumsi maupun untuk kepentingan ekspor, untuk memenuhi target output yang dihasilkan diperlukan adanya faktor-faktor produksi yang menjadi input dalam proses produksi, dimana salah satunya adalah energi. Energi merupakan salah satu input penting dalam proses produksi,semakin banyak target output yang dihasilkan maka akan semakin meningkat pula kebutuhan akan energi, sehingga terjadinya pertumbuhan ekonomi juga dapat meningkatkan konsumsi atau kebutuhan akan energi. Kebijakan pemerintah dalam menghadapi pertumbuhan energi dengan menambah pasokannya, kita masih cenderung ketergantungan dengan energi fossil terkait ketahanan energi pemerintah mencanangkan hemat energi dan menaikan TDL(dalam rangka mengurangi subsidi)

      Hapus
  2. 2. Bagaiamana peranan kebijakan suatu negara terhadap perkembangan energi dam dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barangkali sejumlah kalangan terjebak dalam pemikiran energi juga bisnis jangka pendek. Kita tahu alasan mengapa ada Utility Company.

      Sementara itu pertumbuhan bisnis belum tentu mendorong pertumbuhan ekonomi. Tetapi mungkin sebaliknya.

      Mari kita fikirkan kembali.

      Hapus
    2. Selain itu, barangkali harus dibedakan antara konsumsi energi dengan penggunaan energi.

      Analogi pengertian costs dengan expenses.

      Mungkin saja ini yang menyebabkan negara seperti Korea Selatan yang tidak punya sumber energi yang memadai produk2nya dapat bersaing dengan negara-negara lain.

      Hebatnya mereka bisa menjual produk2 tersebut ke negara-negara penghasil sumber energi primer dengan harga premium. Mereka menikmati economic value added yang tinggi dengan ini.

      Berapapun harga energi sejauh mereka mampu menjual produknya maka tidak ada masalah.....

      Langkah cerdik untuk ketahanan energi Negara nya.

      Hapus
    3. Sepakat, pak Fajar.

      Beberapa negara tidak terlalu mempermasalahkan impor listrik dari negara tetangga, terlebih apabila terdapat banyak jalur koneksinya. Sehingga listrik tersebut dapat digunakan untuk produksi, dimana industri-industri di dalam negara tersebut akan tumbuh. Produknya, yang telah memiliki nilai tambah, dapat dijual ke negara lain.

      Thailand misalnya, telah mempersiapkan banyak jalur interkoneksi dengan negara-negara tetangganya, seperti terlihat di artikel ini. Sepertinya Thailand tidak menggunakan listrik dari interkoneksi tersebut untuk konsumsi... Lebih banyak untuk produksi...

      Hapus
    4. Ada kajian yang menarik yang menunjukkan hubungan antara kebijakan energi suatu negara terhadap pertumbuhan ekonominya bisa di ukur dari intensitas energi di negara tersebut. Semakin tinggi intensitas energi di suatu negara berarti harga atau biaya yang tinggi untuk mengubah energi kepada PDB dengan kata lain energi negera tersebut mahal. Sedangkan semakin rendah intensitas energi energinya berarti harga atau biaya yang rendah untuk mengubah energi kepada PDB atau energinya ekonomis.

      Data menunjukkan bahwa intensitas energi Indoneisa pada tahun 2001 sebesar 521 SBM/milyar rupiah. Sedangkangkan pada tahun 2011 adalah 485 SBM/milyar rupiah. Hal ini mengindikasikan pemanfaatan energi di Indonesia belum efisien, perkembangannya lambat .Bila dibandingkan dengan beberapa negara maju yang konsumsi energi per kapitanya lebih tinggi, intensitas energi mereka lebih rendah dari Indonesia . Pada tahun 2009, intensitas energi Indonesia berkisar 0,24 KTOE/USD. Sedangkan Jepang, Jerman, Thailand, dan Malaysia pada tahun yang sama berturut-turut adalah 0,12; 0,12; 0,23; dan 0,22 KTOE/USD (IEA, 2010). Tingkat intensitas energi primer dihitung dengan membagi volume penggunaan energi nasional dalam Kilo Ton Oil Equivalent (KTOE) dengan nilai Produk Domestik Bruto. Kesimpulannya, kebijakan energi nasional sangat berpengaruh terhadap intensitas energi nasional yang mempengaruhi mahal tidak nya pertumbuhan pertumbuhan ekonomi nasional.

      Source: Kajian Indonesia Energy Outlook 2012

      Atas Siregar
      ME 2014

      Hapus
  3. 3. Apakah secara makro prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” dapat menarik investor asing untuk berinvestasi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Prinsip tersebut masih relevan untuk public utility, dimana dalam mengartikan "...at the lowest possible cost", maka cost tersebut berbeda dengan price yang harus dibayarkan konsumen. Risiko investor dan apa yang menarik mereka berinvestasi di perusahaan utilitas pada suatu negara, pernah kita bahas bersama di artikel pertama 01. Utility Organization.

      Namun dalam kaitannya dengan ROI, agar investor confident untuk menanamkan modalnya, dibutuhkan kebijakan (policy) yang merupakan ranah pemerintah seperti diungkapkan oleh Sanjaya Lall (Univ. of Oxford) dalam economic paper-nya yang berjudul "Attracting Foreign Investment: New Trends, Sources and Policies".

      Paper lainnya yang mengungkapkan hal ini adalah paper yang ditulis Kwaku Wiafe yang menjelaskan peranan good governance pada tingkat nasional dan sektoral dalam membentuk iklim yang kondusif untuk investasi ketenagalistrikan oleh pihak swasta.

      Bagus W., ME'13

      Hapus
    2. “to provide energy at the lowest possible cost” iya dapat menarik investor namun ada faktor lain untuk dapat menarikinvestor asing seperti ketersedian bahan baku, pertumbuhan ekonomi, dan biaya tenaga kerja yang rendah juga menjadi daya tarik untuk investor asing.

      Argianto ME13

      Hapus
    3. belum tentu pak, karena lasan investor asing berinvestasi bukan hanya soal lowest cost, tapi banyak hal yang perlu dipertimbangkan yang berkaitan dengan keselamatan investasi, semua harus dihitung dulu grafik selama hayat dikandung badanya, faktor politik suatu egara seperti pernah dijelaskan juga mempengaruhi, tren inflasi, GDP dan lain sebagainya

      Hapus
    4. menambahkan pendapat pak argi dan pak difi, dalam laporan Global Competitiveness 2013-2014, investor tertarik dalam menanamkan modalnya tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor antara lain kepemerintahan dan kelembagaan, ketersediaan infrastruktur, dan kondisi ekonomi makro, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendukung dalam kemudahan berbisnis.

      ilham b, ME '13

      Hapus
    5. Menurut saya, secara umum iya. Hal ini karena sesuai dengan prinsip ekonomi bahwa mencari keuntungan sebesar2nya dengan modal sekecil2nya. Dengan energi yang murah, maka cost untuk produksi pun akan menjadi lebih kecil. Dengan begitu maka keuntungan menjadi semakin besar atau produk yang dihasilkan dapat dijual dengan harga lebih murah dengan kulaitas tetap sehingga merajai di pasaran.

      Namun, jika ditinjau lebih dalam, banyak yang perlu dipertimbangkan sebelum berinvestasi di suatu negara. Suatu negara dinilai layak investasi apabila memiliki fundamental ekonomi yang kuat, stabilitas politik dalam jangka panjang, dan manajemen kebijakan pemerintah serta kebijakan moneter yang hati-hati. Sehingga menurut saya, cost atau energi murah adalah hal yang perlu diperhatikan namun tidak mendasar. (http://www.businessnews.co.id/ekonomi-bisnis/memaknai-kembali-makna-layak-investasi.php)

      Kita ambil contoh, ketika 'natural gas boom' di Amerika. Mengapa industri di Eropa 'berani' memindahkan investasinya secara berbondong-bondong jauh ke Amerika? Jawabannya adalah karena Amerika tergolong negara layak untuk investasi, serta terdapat kesempatan yang menggiurkan berupa harga energi gas yang mencapai 4 kali lebih murah dibandingkan di Eropa. Sebelumnya di tahun 2008, 2009, 2010, 2011, harga energi gas di Amerika sebenarnya sudah lebih murah dari Eropa, namun tidak seberapa. Sehingga dirasa tidak terlalu menggiurkan secara hitungan ekonomi untuk investor berpindah ke Amerika. Amerika dan Negara di Eropa contohnya Jerman, kedua negara tersebut layak untuk investasi, namun Amerika memiliki energi gas yang banyak sehingga jauh lebih murah. Tidak hanya jauh lebih murah, melainkan juga stabil dalam jangka waktu yang cukup lama. (http://www.washingtonpost.com/world/cheap-natural-gas-lures-eu-to-us-shores/2013/04/01/bd552492-9b25-11e2-9a79-eb5280c81c63_graphic.html)

      Mujahid Satrio Negoro E14 Kelompok 3

      Hapus
    6. Saya cenderung setuju dengan pendapat pak Argi, bahwa bahan baku, pertumbuhan ekonomi, biaya tenaga kerja memegang peranan penting suatu negara menjadi tujuan investasi bagi investor, namun tidak hanya hal tersebut saja yang membuat investor betah berinvestasi, kebijakan politik di suatu negara juga penting dan menjadi perhatian tersendiri, seperti halnya Amerika dengan kebijakan politiknya yang kuat, dollar juga relatif stabil membuat investor lebih tertarik berinvestasi di Amerika dari pada di Eropa. Meskipun kurs Euro lebih tinggi dari USD, namun USD lebih stabil. Saat terjadi krisis di Europe negara-negara yang menggunakan Euro sebagai mata uangnya kebanyakan collaps. Dalam pandangan saya hal tersebut turut menjadi perhatian investor sebelum berinvestasi. Mohon koreksi jika ada yang kurang tepat.

      Anandita Willy K, (ME'14)

      Hapus
    7. Saya cenderung setuju dengan pendapat pak Argi, bahwa bahan baku, pertumbuhan ekonomi, biaya tenaga kerja memegang peranan penting suatu negara menjadi tujuan investasi bagi investor, namun tidak hanya hal tersebut saja yang membuat investor betah berinvestasi, kebijakan politik di suatu negara juga penting dan menjadi perhatian tersendiri, seperti halnya Amerika dengan kebijakan politiknya yang kuat, dollar juga relatif stabil membuat investor lebih tertarik berinvestasi di Amerika dari pada di Eropa. Meskipun kurs Euro lebih tinggi dari USD, namun USD lebih stabil. Saat terjadi krisis di Europe negara-negara yang menggunakan Euro sebagai mata uangnya kebanyakan collaps. Dalam pandangan saya hal tersebut turut menjadi perhatian investor sebelum berinvestasi. Mohon koreksi jika ada yang kurang tepat

      Hapus
  4. 4. Mohon disharing dimana pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pemenuhan kebutuhan energi tanpa mengorbankan salah satu faktor tersebut dan disebutkan sumbernya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari artikel yang saya dptkan untuk menjawab pertanyaan diatas menyatakan bahwa hasil menunjukkan kausalitas dari PDB untuk konsumsi energi yang lebih menonjol di negara-negara OECD / maju daripada negara non-OECD/developing ( tetapi perbedaannya tidak begitu besar sebagai kausalitas dari energi terhadap PDB ) dengan PDB kausalitas energi yang ditemukan 57% dari negara-negara OECD dibandingkan dengan 47 % dari. Hal ini membuktikan bahwa negara maju sangat berpengaruh dalam hal penggunaan energy dalam pertumbuhan PDB, dimana pergerakan dalam hal penggunaan energy akan melibatakan sector-sektor ekonomi sehingga pertumbuhan produksi dapat ditingkatkan. Penggunaan energi memegang peran penting dalam hal keseluruhan aktivitas ekonomi, tercermin dari harga energi yang apabila naik akan memeperngaruhi barang lainnya. Hal ini juga mendorong kegiatan ekonomi meningkat.

      sumber :
      http://vanillacho12.wordpress.com/2013/11/20/teori-ekonomi-1-analisis-jurnal-2/

      Hapus
    2. Bukan bermaksud untuk mengkultuskan negara atau perusahaan tertentu, ada artikel menarik yang berkaitan dengan artikel ini, "How Energy Can Supercharge the U.S. Economy".

      Artikel tersebut memperlihatkan kebangkitan energi di Amerika menjadi katalis pertumbuhan ekonomi. Dengan potensinya yang ada, kebutuhan energi yang lebih besar sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi tersebut tetap dapat dipenuhi dengan potensi yang ada.

      Bagus, ME'13

      Hapus
    3. saya memperoleh sebuah artikel mengenai pertumbuhan ekonomi di India. India merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi no 4 didunia. Dari artikel tersebut saya mengetahui bahwa tingkat pertumuhan ekonomi yang meningkat dari tahun ke tahun juga meningkatkan konsumsi energi di India.

      India’s economic growth is driving its energy consumption

      Faridha E'14

      Hapus
    4. Saya memperoleh sebuah artikel mengenai pertumbuhan ekonomi di India. Pertumbuhan ekonomi di India meningkat dari tahun ke tahun, pertumbuhan ekonomi di India menjadikannya negara ke empat terbesar yang mengonsumsi energi.

      India’s economic growth is driving its energy consumption.

      Hapus
    5. Mungkin ada beberapa referensi yang kita bisa pelajari bersama :
      The relationship between energy consumption, energy prices and economic growth: Time series evidence from Asian developing countries” dari Department of Economics, The University of Queensland
      Energy consumption and GDP: causality relationship in G-7 countries and emerging markets http://plagiarism.repec.org/amiri-zibaei/amiri-zibaei4.pdf
      Energy Consumption and Economic Growth New Insights into the Cointegration Relationship

      http://www.rwi-essen.de/media/content/pages/publikationen/ruhr-economic-papers/REP_10_190.pdf
      Causality Relationship between Real GDP and Electricity Consumption In Romania http://www.ipe.ro/rjef/rjef4_10/rjef4_10_12.pdf

      Referensi-referensi di atas menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi sejalan dengan kebutuhan energi.

      Salam,
      William Maha Putra

      Hapus
    6. yuk teman-teman mari kita melihat di Artikel Khusus 3, di sana menjelaskan bagaimana sebenarnya konsumsi penggunaan energi berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, tidak perlu untuk berpikir ekonomi atau pemenuhan energi terlebih dahulu. Karena hubungan itu sejalan dengan konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi.

      Konsumsi energi dan pendapatan (PDB) memiliki keterkaitan yang erat dengan pertumbuhan konsumsi energi suatu Negara. Hal ini ditunjukkan dengan negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita juga mempengaruhi pertumbuhan konsumsi energi per kapita yang tinggi. Berikut ini menunjukkan salah satu data-data hubungan konsumsi energi dan GDP di US dan Malaysia. Di mana tabel dan grafik data di Malaysia dan di US menunjukkan adanya hubungan antara GDP dan konsumsi energi.
      Cek : http://www.sterndavidi.com/Publications/Growth.pdf, http://www.business-systems-review.org/BSR.Vol.2-Iss.1-Shaari.et.al..Energy.Economic.Growth.pdf

      Salam,
      William Maha Putra

      Hapus
  5. 5. Apakah kebijakan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energi dan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” baik secara jangka pendek dan jangka panjang. Mohon diberi beberapa contoh pembelajaran dari negara lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih Ingatkah pada tahun 2007 hingga 2010 merupakan tahun dimana pemerintah gencar-gencarnya melakukan sosialisasi penggunanan gas Liquefied Petroleum Gas (LPG/elpiji) bagi konsumsi rumah tangga dan industri kecil. Setiap tahunnya pemerintah menganggarkan dana lebih dari Rp 50 Trilyun untuk mensubsidi BBM: minyak tanah, premium dan solar. Dari ketiga jenis bahan bakar ini, minyak tanah adalah jenis bahan bakar yang mendapat subsidi terbesar, lebih dari 50% anggaran subsidi BBM digunakan untuk subsidi minyak tanah. maka pemerintah membuat kebijakan tentang konversi minyak ke gas untuk memberikan harga energi murah kepada masyarakat tanpa terlalu membebani subsidi yang semakin meningkat.
      Argianto ME13

      Hapus
    2. Menanggapi pak Argi, program pemerintah untuk mencabut subsidi minyak tanah dan beralih ke Gas memang dirasa tepat pada saat itu, namun seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan dalam negeri akan sumber energi gas juga semakin meningkat, membuat beberapa industri di Indonesia sempat kekurangan gas. Saya kira hal ini perlu dikaji ulang untuk kebijakan gas dalam negeri bagaimana membuat kebutuhan gas dalam negeri tercukupi, sehingga ketahanan energi dalam negeri juga tetap terjaga.
      Saya ambil contoh beberapa pembangkit listrik gas kita tidak mendapatkan cukup pasokan gas, sementara gas kita banyak yang di expor untuk mendapatkan nilai tambah "sesaat". Saya katakan sesaat karena sebenarnya dengan lebih banyak pemanfaatan gas dalam negeri dan kita menjualnya dalam bentuk lain (misalnya listrik, dan pupuk) lebih bisa memberikan nilai tambah dan ketahanan energi dalam negeri juga tetap terjaga, serta dengan terepnuhinya kebutuhan energi dalam negeri akan memacu pertumbuhan ekonomi.
      Saat ini kita sedang dihadapkan dalam dilema terkait gas ini sehubungan dengan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015, di satu sisi Indonesia kebutuhan energi (gas) dalam negeri meningkat di satu sisi Indonesia dengan akan diberlakukannya MEA 2015 dituntut untuk lebih meningkatkan pasokan gas demi tercukupinya kebutuhan energi ASEAN. Tentunya hal ini akan menjadi dilema tersendiri.
      Melihat kenyataan tersebut saya kira kita perlu belajar dengan China, dimana dengan memiliki cadangan batubara yang besar, dimanfaatkan banyak untuk pertumbuhan ekonomi dalam negerinya, banyak pembangkit bahan bakar batubara yang dibangun membuat ekonomi China menjadi kuat, dan harga energinya murah. Semoga kedepan terjadi perubahan yang lebih baik terkait pengelolaan di sektor energi ini di Indonesia.

      Anandita Willy K (ME'14)

      Hapus
  6. Menurut saya untuk jangka panjang, kebijakan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan energi "at the lowest possible cost" sambil menjaga pertumbuhan ekonomi kurang tepat. Data terbaru menunjutkkan anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji pada 2015 dipatok sebesar Rp 276 triliun. Naik dari posisi APBN-Perubahan 2014 yang sebesar Rp 246,5 triliun. Angka ini 80 persen dari Subsidi Energi 2015. Sementara itu, tarif dasar listrik terus dinaikkan secara berkala dan listrik untuk industri tidak ada lagi disubsidi. Ini artinya apa, pemerintah terus membiarkan penggunaan energi hanya untuk konsumsi bukan untuk produksi. Akibat ini, kita melihat harga produksi yang mahal membuang barang-barang produksi kita kalah bersaing dengan barang dari China.
    Sementara itu, harga BBM yang murah sehingga orang berlomba-lomba membeli kendaraan sendiri sehingga membuat jalan macet. Untuk jangka panjang hal ini juga membuat kerugian dalam pertumbuhan ekonomi. Kantor Menteri Koordinator Perekonomian mencatat, setiap tahun kerugian yang dialami penduduk wilayah jabodetabek sebesar Rp 5,5 triliun atau rugi sekitar 3-6 persen karena kemacetan atau inefisiensi sistem transportasi. Lalu lintas Jakarta macet selama sekitar 8-10 jam sehari. Sekretaris MTI Damantoro mengatakan penduduk Jakarta menghabiskan 60 persen waktunya di jalan karena terjebak macet.
    Kebijakan diatas sangat berbeda dengan diskusi kita diatas pemerintah selalu berusaha agar harga energinya selalu murah untuk produksi sehingga ekonomi negara itu terus tumbah. Kita lihat bahwa harga listrikndi US adalah harga listrik termurah di dunia, di Korea Selatan, pemerintah terus membuat kebijakan dan stimulus agar harga energinya masih ekonomis, dll.
    Oleh karena itu, menurut saya seharusnya pemerintah mengubah kebijakannya yaitu menghapus subsidi BBM untuk konsumsi dan terus menggalakan energy yang murah untuk produksi. Rencana Pemerintahan Jokowi-JK menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah benar. Tetapi seperti tanggapan para akademisi misalnya Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Adiningsih, Jokowi-JK harus bisa menaikkan harga BBM subsidi secara berkala masih bisa diterima masyarakat.

    Diolah dari berbagai sumber

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat Siang bang Atas,

      Ide tentang penghapusan subsidi untuk konsumsi dan mengalihkan untuk produksi seperti yang sudah dijelaskan oleh bang Atas memang dibutuhkan agar biaya subsidi dapat diredam dan dialihkan untuk yang lain. Nah permasalahannya, ketika subsidi BBM dicabut dan dialihkan kepada bidang produksi mengapa harga consumer goods ikut naik padahal consumer goods termasuk dalam bidang produksi?
      Sehingga yang ditakutkan masyarakat ketika subsidi BBM dicabut bukan kenaikan harga BBM tetapi kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari yang kenaikannya sangat signifikan.

      sumber : di sini

      Terima kasih

      Salam,
      Arief RD ME14

      Hapus
    2. Pengurangan subsidi telah menjadi isu akhir akhir ini. Namun, di samping sisi negatif dari kenaikan subsidi ini, ada dampak positif juga yang dihasilkan oleh pengurangan subsidi ini contohnya pengalihan APBN untuk sektor sektor pendidikan dan lain lain. APBN berasal dari rakyat yang dihimpun melalui pajak, cukai dan serangkaian pungutan lainnya. Dengan kata lain, APBN seharusnya dipakai untuk menyejahterakan rakyat sebesar-besarnya. Namun apabila anggaran subsidi tersebut terus naik dan terus membebani APBN, apakah itu dapat memberikan penjelasan bahwa itu dapat memberikan kesejahteraan kepada rakyat?
      Ditambah lagi, penggunaan subsidi BBM tidak lagi untuk kalangan orang menengah ke bawah melainkan untuk kalangan menengah ke atas.
      Hal ini perlu dikaji lebih lanjut masalah subsidi. Yuk, mari teman-teman kita membahas lebih mendalam bersama-sama apakah kebijakan pemerintah yang baru saja menaikkan bbm ini benar atau salah?

      Salam,
      William Maha Putra
      ME 14

      Hapus
    3. Ya...pengurangan subsidi atau kenaikan harga BBM oleh pemerintahan Jokowi-JK per tanggal 18 Nopember 2014 kemarin sangat menarik untuk kita diskusikan..Apakah hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan Indonesia tahun ini dan tahun depan?, menarik untuk disimak...Namun dari analisa sejumlah pengamat, pengaruh kenaikan BBM ini tidak akan berpengaruh besar terhadap koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut ketua OJK, dampak kenaikan harga BBM ke perbankan hanya 6 bulan kedepan. Dampak kenaikan BBM ini akan ada, tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia malah di prediksi lebih baik tahun depan. Menurut Menkeu, Bambang PS Brodjonegoro, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan melambat ke kisaran 5,1% dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2% akibat dampak kenaikan BBM ini. Sementara itu, menurut menteri PPN/Kepala Bappenas, Adrinof Chaniago, pengaruh kenaikan harga BBM Rp2.000/ liter adalah 2,27% terhadap inflasi dan 0,02% terhadap pertumbuhan ekonomi. Menarik untuk kita lihat realisasi pertumbuhan Indonesia tahun ini dan tahun depan.
      Source:
      http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/11/18/ojk-dampak-kenaikan-harga-bbm-ke-perbankan-hanya-6-bulan
      http://www.koran-sindo.com/read/926199/150/bbm-naik-pertumbuhan-ekonomi-melambat
      Atas Siregar
      ME 2014

      Hapus
    4. Selamat sore William & bang Atas,

      Kenaikan harga energi (BBM) bukan semata menyebabkan inflasi dan dampak lainya yang hanya dirasakan 6 bulan ataupun bentuk pencabutan subsidi BBM yang salah sasaran. Tapi dampak kenaikan harga energi ini lebih ke arah segala sektor, yang mana energi adalah sektor strategis yang sangat sensitif yang perubahan harganya dapat menimbulkan efek domino ke segala sektor.
      Contoh dalam hal GDP dan kondisi Indonesia mendekati Masyarakat Ekonomi Asean. Dengan naiknya harga energi, maka harga barang produksi dalam negri juga naik. Bila tidak diimbangi dengan insentif yang cukup dari pemerintah, maka daya saing produk Indonesia rendah di pasar international. Hal ini dapat menurunkan PDB Indonesia dari sisi ekspor dan dapat membuat pelaku ekonomi mikro gulung tikar karena mahalnya harga energi.
      Masalah subsidi yang tidak tepat sasaran, memang betul. Tetapi patut dicari jalan keluar lainnya yang tidak berimbas ke seluruh rakyat Indonesia. Sehingga tidak seperti membakar seluruh rumah demi memburu 1 ekor tikus.

      sumber 1
      sumber 2

      Terima kasih

      Salam,
      Arief RD ME 14

      Hapus
  7. Selamat siang,

    Sekedar menambahkan, untuk formula persamaan GDP pada artikel ini, menurut saya kurang lengkap, yaitu tidak dihitungnya komponen import sebagai faktor pengurang GDP. Atau memang ada pertimbangan tertentu dengan tidak memasukkan komponen import? Mohon pencerahannya.

    Sumber : GDP by Wiki bagian component of GDP by expenditure

    Terima kasih

    Salam,
    Arief RD ME14

    BalasHapus
  8. Selamat malam Arief,

    Formula persamaan GDP pada artikel ini sudah benar. yang dimaksud dengan "Xn" di dalam formula di artikel ini adalah "Net ekspor". Net ekspor dikalkulasikan dengan cara mengurangi ekspor dengan impor. Jadi hal ini akan sama ( Ekspor - Impor ) = Net Expor.
    Mungkin untuk lebih jelasnya, kita bisa membaca di http://www.investopedia.com/exam-guide/cfa-level-1/macroeconomics/gross-domestic-product.asp

    Salam,
    William Maha Putra
    ME 14

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan William, namun yang menjadi pertanyaan,dari komponen expor dan impor, komponen mana yang paling terpengaruhi oleh harga energi di suatu negara dan bagaimana perbandingan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut??

      Hapus
    2. Selamat sore William,

      Jika yang dimaksud oleh Xn di sini adalah Net Ekspor (Ekspor-Impor) maka tidak masalah. Karena lambang X di beberapa referensi (juga dari referensi yang anda sebutkan) tentang GDP menunjukan komponen ekspor, dan komponen Impor dilambangkan dengan M.
      Sehingga dapat disepakati bahwa X di sini adalah nett ekspor, di mana Nett Ekspor = ekspor - impor.


      Bang Atas,

      Tentunya ketika harga energi naik, yang akan terasa langsung adalah komponen eksopor. Kenaikan harga energi menyebabkan naiknya biaya produksi dari barang yang akan diekspor, sehingga menurunkan daya saing barang yang akan diekspor di pasar international. Ketika daya saing kita rendah karena harga kurang kompetitif, maka kita akan kalah dengan negara pengekspor lain yang harganya lebih kompetitif. Hal ini berdampak langsung dengan penurunan pendapatan ekspor kita.

      Terima kasih

      Salam
      Arief RD ME 14

      Hapus
    3. Menjawab pertanyaan manakah komponen yang lebih berpengaruh, menurut saya kedua komponen tersebut memiliki tingkat pengaruh yang sama terhadap harga energi. dan mengenai masalah hubungan terhadap pertumbuhan ekonomi. Mungkin bisa dilihat di paper "kontribusi Ekspor Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia"
      http://www.academia.edu/5769873/KONTRIBUSI_EKSPOR_IMPOR_TERHADAP_PERTUMBUHAN_EKONOMI_DI_INDONESIA

      paper ini menjelaskan bagaimana hubungan ekspor impor terhadap pertumbuhan ekonomi.

      Salam,
      William Maha Putra

      Hapus
  9. Ada wacana dari pemerintah tahun depan untuk mematok alokasi subsidi per liter BBM pada besaran tertentu. Dengan demikian beban subsidinya tetap, sedangkan harga jualnya akan mengikuti tren harga keekonomian bahan bakar.
    Bagaimana menurut teman-teman, apakah ini akan sangat mempengaruhi ekonomi kita? Mohon pencerahannya



    Salam,

    Ari D Putra
    ME 2014


    sumber : http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141225095900-78-20427/subsidi-tetap-rilis-pekan-depan-harga-bbm-ikuti-harga-pasar/

    BalasHapus
  10. Menanggapi komentar Pak Ari Dharmawan
    Perlu dipertanyakan bagaimana cara Pemerintah menghitung harga keekonomian? Jika perhitungannya dibuka luas dan bisa diakses oleh publik maka menurut saya langkah itu sudah cukup baik, namun jika harga keekonomian hitung-hitungannya tidak bisa diakses publik maka menurut saya harga yang sedang diterapkan tidak akan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.

    Perlu juga dipikirkan kebijakan khusus misalnya saat harga minyak dunia melambung tinggi, karena jika terjadi lonjakan harga BBM maka perekonomian negara akan terganggu, peningkatan inflasi sulit dihindari. Karena jika dibulan berikutnya harga BBM turun maka harga-harga kebutuhan pokok yang sudah terlanjur naik akan sulit untuk turun lagi. Namun jika ini dilakukan secara konsisten dan terdapat pengaturan harga terpusat dari Pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok dan harga-harga sektor yang terkait kepentingan orang banyak misalnya tarif angkutan umum seperti Bus, maka secara bertahap diharapkan masyarakat akan tidak terlalu berpengaruh terhadap fluktuasi harga BBM.

    http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141231122916-85-21603/perubahan-harga-bbm-akan-diumumkan-tiap-awal-bulan/

    BalasHapus
  11. Menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh Pak Ari, berbagai pihak mendesak Pemerintah untuk menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) dan memberlakukan harganya mengikuti tren harga keekonomian didasarkan harga pasar internasional khususnya premium dan solar, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
    a. Penerapan kebijakan harga BBM didasarkan mekanisme pasar saat ini akan mendapat dukungan cukup memadai dari pelaku usaha dalam kondisi penurunan harga minyak dunia sehingga harga jual keekonomian BBM di dalam negeri sangat rendah dibandingkan dengan harga eceran yang berlaku saat ini dengan usulan penerapan system floating untuk penetapan harga BBM yang mengacu kepada harga pasar internasional khususnya premium dan solar.
    b. Subsidi BBM telah memberikan sinyal harga (price signal) yang salah bagi rumah tangga maupun sektor industri selama ini sehingga alokasi sumber daya tidak efisien menyebakan Indonesia merupakan pengguna boros energi (high energy intensity). Oleh karena itu, langkah Pemerintah memberlakukan harga jual BBM mengikuti tren harga keekonomian sangat tepat untuk mengurangi berbagai distorsi ekonomi akibat subsidi harga BBM yang demikian tinggi.
    c. Penerapan kebijakan harga BBM didasarkan mekanisme pasar merupakan bentuk depolitisasi komoditi BBM sehingga kebijakan ekonomi di masa mendatang, khususnya kebijakan fiskal diharapkan tak lagi terbelenggu oleh persoalan politis harga BBM di dalam negeri.
    d. Penerapan kebijakan harga BBM didasarkan mekanisme pasar akan memberikan ruang fiskal (fiscal space) yang lebih longgar Pemerintah dalam mendorong stimulasi ekonomi dan menyediakan pelayanan sosial (pendidikan dan kesehatan) dengan kualitas yang memadai serta dapat mengurangi ketidakpastian (uncertainty) di sisi fiskal.
    e. Penetapan harga BBM didasarkan mekanisme pasar akan mengurangi efek sesaat dimana masyarakat dan para pelaku usaha akan terbiasa dan lebih mampu dalam beradaptasi dengan realitas baru terkait perkembangan harga minyak internasional dan diharapkan akan merespon perubahan harga minyak melalui sikap berhemat, mengembangkan teknologi baru yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan serta mencari alternatif substitusi.

    BalasHapus

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajemenenergi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.