Seri Ekonomi Pembangkitan
oleh: Kelompok 2
I. Biaya Bahan Bakar (Fuel Cost)
Biaya bahan bakar menyatakan hubungan antara tiga variabel, yaitu:- energi kalor dari bahan bakar
- energi listrik yang dibangkitkan
- biaya pembelian bahan bakar
Pembahasan tentang biaya bahan bakar berkaitan erat dengan efisiensi (hubungan antara input dan output) dari pembangkit.
Dalam pembangkitan, istilah efisiensi pembangkit dikenal dengan nama heat rate, yaitu hubungan antara input berupa energi kalor dengan output dalam bentuk energi listrik.
Nilai dari heat rate ini akan menentukan jumlah biaya bahan bakar yang diperlukan.Bahan bakar digunakan untuk memanaskan air agar menghasilkan uap yang akan menggerakkan turbin, turbin akan bergerak untuk menghasilkan listrik. Dari penjelasan tersebut tampak penggunaan energi panas untuk menghasilkan uap dan energi listrik.
Ada dua perhitungan nilai panas (heating value), yaitu:
- higher heating value (HHV) yang menghitung seluruh energi panas yagn digunakan hingga listrik dihasilkan
- lower heating value (LHV) yang mengabaikan penggunaan energi untuk penguapan.
- bahan bakar fosil
- bahan bakar nuklir
Persediaan bahan bakar fosil digunakan agar pembangkit tetap beroperasi tanpa berhenti, sedangkan pada pembangkit nuklir diperlukan jumlah bahan bakar minimum agar inti reaktor tetap menghasilkan panas. Oleh karena itu bahan bakar nuklir memerlukan persediaan bahan bakar yang sangat besar.
II. Biaya Operasi dan Perawatan (O&M )
Dibagi menjadi dua kategori:- biaya tetap (fixed cost)
memiliki arti, walaupun tidak ada produksi energi yang dihasilkan biaya tersebut tetap ada - biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang memiliki pengaruh langsung pada output energi yang dihasilkan dari pembangkit dan besarnya tergantung besarnya output produksi energi
Meskipun beberapa biaya sudah dapat dikategorikan , namun kadang tidak selalu mudah untuk mendapatkan data yang dapat diandalkan sebagai referensi economics study, karena pada pembangkit sangat beragam dan biaya ditentukan dari jenis pembangkit, kapasitas, rating, dan praktek-praktek pemeliharaan yang dilakukan pada pembangkit tersebut.
- Biaya tenaga kerja operator, tenaga kerja maintenance (dalam kondisi pengoperasian normal), serta biaya tenaga kerja administrasi termasuk dalam biaya tetap.
- Sedangkan biaya penggantian suku cadang (spare parts ), dan beberapa kebutuhan lainya yang sesekali diperlukan untuk menjaga operasional pembangkit tetap berlangsung dengan baik dimasukkan kategori biaya tidak tetap.
- Pembiayaan untuk bunga juga dimasukkan ke dalam kategori biaya operasi tetap.
- Dalam prosedur perawatan kadangkala menghasilkan sebuah laporan berupa jadwal yang berhubungan dengan durasi pengoperasian pembangkit, dan apabila perlu mendatangkan petugas untuk melakukan pemeliharaan ini maka biaya tersebut masuk ke biaya tidak tetap.
Namun pengamatan umum tetap bisa dilakukan.
III. Unit Capital Cost
Komponen – komponen yang termasuk dalam modal pembangkit adalah semua nilai yang dimasukan ke dalam account asset pada saat pembangkit tersebut mulai beroperasi. Juga dikenal dengan istilah nilai perolehan.Komponen tersebut mencakup:
- semua pengeluaran yang dilakukan sebelum dan selama proses konstruksi / pembangunan,
- termasuk di dalamnya interest dari sumber dana yang dimanfaatkan (interest ini disebut Interest During Construction atau IDC).
Estimasi biaya plant yang memiliki beberapa jenis pembangkit dalam satu station perlu memperhatikan:
- perbedaan rating
- desain
- tahun pemasangan pembangkit.
INFLASI dan IDC
Tabel contoh perhitungan.Biaya tersebut bukanlah cost of plant pada tahun pertama dalam masa servis. Semua biaya yang dikeluarkan selama masa konstruksi akan mengalamai deflasi. Untuk mendapatkan besarnya biaya actual pada tahun pertama masa servis dengan melakukan perhitungan 164.46 /(1.06)7 = 109.38Ketika plant cost, inflasi, dan interest during construction (IDC ) sudah diperhitungkan dalam satu tahun maka perhitungan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghitung tahun – tahun yang lain dengan mengasumsikan inflasi dan IDC pada angka tetap.
Pada grafik di atas dijelaskan pengaruh besar terhadap capital cost dari pengaruh IDC maka percepatan masa konstruksi sangat disarankan.
PLANT COST
Umumya dijelaskan dalam bentuk $/kW dan plant cost sendiri sangat berguna untuk didiskusikan dan sebagai pembanding pembangkit.Tetapi apabila faKtor penyusun penyebut dan pembilang tidak dijelaskan dengan tepat bisa menyesatkan dalam pengambilan kesimpulan.
PLANT COST COMPONENT
Ada beberapa komponen pembangkit yang memilki tingkat biaya tertentu dan tentunya harus dimasukan sebagai pembilang pada posisi $/kW.Sebagai contoh boiler, turbine generator, auxiliaries, auxiliaries power system, control system, rumah boiler dan turbine, gudang fuel, biaya distribusi bahan bakar dari gudang ke pembangkit, dan lain-lain. Harga tanah, administrative building, general maintenance harus diperhitungikan dalam menghitung masing-masing unit cost.
Salah satu unsur utama yang menyusun biaya tidak tetap adalah environmental control equipment seperti colling tower, dan fuel gas clean up devices dimana kebutuhannya tergantung dari kualitas bahan bakar, lokasi plant dan peraturan pemerintah.
Di sisi transmisi, biaya generator step up, high voltage switchyard dan transmission lines sendiri termasuk dalam pembilang penyusun unit cost.
Begitu pula interest selama konstruksi termasuk unsur pembilang dalam unit cost.
Untuk proses membandingkan secara ekonomi , dari tingkat inflasi dan besarnya biaya yang diminta maka perlu menyamakan lamanya durasi instalasi unit biasanya dalam tahun.
UNIT OUTPUT DESIGNATION
Pada umunya nilai kW adalah nilai net output, seperti ditunjukkan dalam gambar.Namun kadang kala nilai output bruto dari terminal bahkan dari step up transformer juga digunakan sebagai unsur penyebut dari ratio $/kW.Beberapa unit memiliki standar, standar maximum yang bisa diandalkan tetapi tidak semua sama, tergantung kondisi rating.
Penting untuk memahami, berhati – hati dan konsisten dalam menentukan plant cost karena tidak ada dasar yang digunakan untuk membentuk definisi yang benar.
PLANT COST ECONOMY SCALE
Formula yang digunakan untuk mendefinisikan :
dimana :
D :
Plant Cost of new unit $/kW
D0 :
Plant Cost of Base unit $/kW
C :
Rating of new unit
C0 :
Rating of base unit
x :
Characteristic exponent
Formula ini berguna untuk pemahaman secara umum untuk konsep pembangkit tertentu namun harus dipahami bahwa plot prediksi yang sebenarnya dari unit cost sebagai fungsi dari unit size akan sulit untuk tercapai dan apabila tercapai faktor D akan dapat dipastikan tidak akan konstan karena pengaruh range unit size yang luas.
Nilai faktor D untuk sebuah plant biasanya 0.2 dan dengan posisi range lebih tinggi untuk unit yang kecil kemudian untuk unit yang besar dengan range yang lebih rendah.
INCREMENTAL PLANT COST
Seringkali pada economic studies perlu untuk menyelesaikan masalah incremental cost dari kapasitas plant untuk mengukur perubahn kecil pada output desain.Ini dapat disebabkan oleh muculnya alternatiF, tehnologi yang lebih efisien, yang dapat mengurangi konsumsi power sendiri sehingga sedikit meningkatkan nilai output bersih.Formula yang dapat dirumuskan
Incremental plant cost D1 adalah slope dari kurva total cost dimana dapat diperoleh dengan mediferensiasikan C
Sebagai contoh:
Untuk faktor D di 0,1 maka x= 0.152. Dimana D1 0.848 D yang berarti biaya dari perubahan incremental untuk output rating diestimasikan sebesar 848$/kWuntuk setiap plant dengan dasar biaya 1000$/kW.
Bahan Diskusi :
- Sebutkan perbedaan penggunaan HHV dan LHV.
- Adakah komponen biaya selain yang sudah disebutkan diatas yang juga perlu dipertimbangkan dalam pemahaman keekonomian pembangkit?
- Bagaimana dengan biaya kompensasi untuk konservasi lingkungan, masuk dalam kategori apa?
Sumber :
Marsh, W. D. Diktat Electric Utility Power Generation Economics. New York: Clarendon Press-Oxford, University Press.
Marsh, W. D. Diktat Electric Utility Power Generation Economics. New York: Clarendon Press-Oxford, University Press.
1. Sebutkan perbedaan penggunaan HHV dan LHV
BalasHapusHeating value sebuah component adalah kalor yang dihasilkan ketika kompenen tsb dibakar. Atau bisa dikatakan heating value adalah entalpi pembakaran component tsb.
HapusHigher heating value” (HHV) adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu 25 oC, apabila semua air yang mula-mula berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi cair kembali.
Lower heating value” (LHV) adalah panas yang besarnya sama dengan nilai HHV dikurangi panas yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar
Seperti yang telah dijelaskan oeh Pak Nurahman dalam persentasinya mengenai karakteristik ekonomi pembangkit, bahwa, dalam perhitungan bahan bakar (cost) terdapat dua perhitungan nilai panas yang akan dimasukan kedalam perhitungan mencari biaya yang akan dibebankan
Hapusdalam perhitungan tersebut deijelaskan bahwa
HHV = kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya (ref:buku kimia) hubungannya dalam pemakaian bahan bakar bahwa dalam siklus HHV energi yang dibutuhkan lebih banyak sehingga membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak pula
LHV = merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. (ref :buku kimia) dalam hubungannya dalam pemakiaan bahan bakar bahwa siklus ini lebih pendek sehingga pemakaian bahan bakar juga lebih sedikit
Menambahkan pengertian dari mas Willy.
HapusAir yang dimaksud adalah komponen H2O. Pada pembakaran bahan bakar fosil berupa hidrokarbon, H2O yang dihasilkan dapat berupa fasa gas (berupa uap) atau fasa cair (berupa liquid).
Misalnya pada pembakaran gas methane (C=1) terjadi sbb.
CH4(g) + 2O2(g) = CO2(g) + 2H2O(g atau l)
Terlihat bahwa H2O yang dihasilkan dapat berupa fasa gas atau cair.
Higher Heating Value (HHV) atau sering juga disebut Gross Heating Value (GHV) merupakan total panas apabila semua H2O tersebut menjadi fasa cair atau liquid.
Sedangkan Lower Heating Value (LHV) atau sering juga disebut Net Heating Value (NHV) merupakan total panas apabila H2O tersebut menjadi uap atau fasa gas.
Di dunia industri, terminologi GHV lebih sering dipakai dibandingkan NHV. Semakin tinggi/besar komponen karbon (Komponen C) pada bahan bakar fosil atau hidrokarbon tersebut, maka akan semakin tinggi GHV-nya.
Pada industri gas, heating value sangat penting, karena nilai kontrak gas biasanya diukur dengan nilai US$ per MMBtu. GPSA Engineering Databook memberikan nilai heating value untuk tiap komponen karbon tersebut, dari C1, C2, C3, dst. dengan satuan Btu/scf pada suhu 60 derajat F dan tekanan14,696 psia. Dengan mengetahui komponen karbon yang menyusun hidrokarbon tersebut, misal untuk bahan bakar gas dengan menggunakan Gas Analyzer atau Gas Chromatography, maka GHV dapat dihitung.
Sumber:
1. GPSA Engineering Databook (13th ed., 2012)
2. Arnold, K., Stewart, M. (1999). Surface Production Operations, 2nd ed., Houston, TX: Gulf Publishing Company
Bagus W. Wahyuntoro, ME'13
Setiap pembakaran hydrocarbon, pasti selalu menghasilkan air. Karena suhu pembakaran yang cukup tinggi, maka air akan berwujud uap. HHV didefinisikan sebagai jumlah total panas yang dilepas selama proses pembakaran satu unit bahan bakar termasuk panas yang digunakan untuk penguapan air. Sementara LHV adalah jumlah panas yang tersedia dari bahan bakar setelah panas yang digunakan untuk menguapkan air dikurangkan dari HHV. www.clarke-energy.com/2013/heating value/
HapusSedikit menambahkan bahwa HHV dan LHV adalah notasi theoretical, hanya dipakai untuk indikasi dan tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya dalam praktek. Dikarenakan, bahan bakar dan gas hasil pembakaran tidak pernah berada pada temperatur yang sama sesuai asumsi yang digunakan untuk perhitungan HHV dan LHV. Dalam prakteknya, energi yang bisa kita peroleh dari pembakaran bahan bakar akan selalu lebih kecil dari HHV atau LHV, karena ada energi dalam bentuk panas yang dibawa pergi oleh gas hasil pembakaran. Itulah sebabnya efisiensi semua mesin konversi energi (steam power plant, internal combustion engine, gas turbine) tidak pernah bisa 100 %.( migas-indonesia.com)
HapusArgianto
ME13
Saya setuju dengan pendapat rekan-rekan diatas, Baik HHV dan LHF digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi boiler, yang akan berpengaruh dengan banyaknya fuel yang dgunakan.
HapusEff-HHV x HHV = Eff - LHV x LHV.
Parameter-parameteryangd igunakan untuk mengukur efisiensi adalah parameter losses.
Untuk HHV:
1. Dry Gas Loss (L1)
2. Conmbustion losses (L2)
3. Moisture in air Loss (L3)
4. radiation Loss (L4)
5. Marginal (L5)
Untuk LHV:
1. Wet flue gas loss
2. Radiation loss
3. marginal
Untuk detail bisa diunduh disini
2. Adakah komponen biaya selain yang sudah disebutkan diatas yang juga perlu dipertimbangkan dalam pemahaman keekonomian pembangkit?
BalasHapusBiaya lain yang perlu dipertimbangkan yaitu biaya eksternal pembangkit, biaya eksternal pembangkit listrik menyatakan nilai moneter dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari pembangkit listrik. Biaya eksternal ini merupakan biaya yang ditanggung masyarakat dan lingkungan yang tidak masuk dalam perhitungan baik produsen maupun konsumen tenaga listrik. Kerusakan lingkungan dapat berupa lingkungan alam maupun lingkungan buatan, seperti: dampak polusi udara terhadap kesehatan, bangunan, tumbuhan, hutan dan pemanasan global; kecelakaan kerja dan penyakit; dan gangguan kenyamanan karena kebisingan (Kovacevic dkk. 2001).
HapusAktivitas dari pembangkit listrik mulai dari saat pembangunan, pengangkutan bahan bakar, pembangkitan, transmisi dan distribusi, serta pembuangan limbah merupakan sumber dari munculnya biaya eksternal. Kontribusi terbesar dari biaya eksternal adalah pada saat pembangkitan yang berupa dampak polusi udara terhadap kesehatan.
Dengan diinternalisasikannya biaya eksternalitas maka energi terbarukan akan dapat bersaing dengan energi fosil, karena selain komponen A (investasi), B (fixed O & M), C (bahan bakar) dan D (variable O & M) pada BPP tenaga listrik akan ada tambahan biaya eksternalitas.
Berdasarkan publikasi yang dikeluarkan oleh Directorate General for Research – European Commision terkait exsternal cost berupa hasil studi berjudul Research results on socio-environmental damages due to electricity and transport pada tahun 2003, memperlihatkan bahwa biaya eksternal dari pembangkit fosil jauh lebih tinggi dibanding pembangkit non fosil.
Sumber: klik 1.
klik 2.
Untuk biaya tetap, selain biaya tenaga kerja operator dan tenaga kerja maintenance, ada juga biaya pegawai lainnya pada penyelenggaraan kegiatan pembangkitan, meliputi gaji, upah, biaya kesehatan, dlsb.
HapusTermasuk dalam biaya tetap juga, tidak hanya biaya tenaga administrasi seperti yang disebutkan di atasa, namun juga biaya administrasi, yang meliputi biaya kantor seperti kertas, telepon/komunikasi, pos, dlsb.
Sesuai kuliah minggu lalu, biaya manajemen dapat diperhitungkan dengan merata-ratakan dan membaginya pada masing-masing komponen dan pembangkit.
Bagus W. Wahyuntoro, ME'13
Komponen E (optional)
HapusBiaya ini tidak merupakan biaya wajib yang harus ada dalam komponen biaya pembangkitan. Namun, saat kita berada dalam posisi IPP (Independent Power Producer) atau penyedia listrik non-PLN (Pemerintah), terkadang komponen biaya ini turut kita perhitungkan.
Komponen E ini adalah komponen biaya saluran dari trafo step-up yang ada di pembangkit kita ke gardu induk PLN terdekat. Misalnya kita membangun PLTU sendiri di pinggir pantai. Sementara itu, gardu induk PLN terdekat berada pada jarak 5 km dari PLTU Anda. Nah, untuk menghubungkan output trafo step-up di pembangkit Anda ke gardu induk tersebut tentu dibutuhkan saluran listrik kan. Biaya instalasi saluran inilah yang dikenal dengan nama komponen E dan biasanya dibebankan ke PLN selaku pembeli. Sumber.
Menurut informasi yang saya terima, ada pula sistem pembayaran yang berbeda dari yang disebutkan diatas. Dimana terdapat lima komponen yang terdiri dari:
Hapus• Komponen A : Berdasarkan CCR (Tingkat Beban Pemulihan Modal)
• Komponen B : Berdasarkan FOMR (Fixed O&M Recovery Charge Rate)
• Komponen C : Berdasarkan ECR (Energi Primer)
• Komponen D : Berdasarkan VOMR (Variable O&M Cost Rate)
• Komponen E : Berdasarkan CCRT (Tingkat Beban Pemulihan Biaya Modal Khusus)
dimana dapat dikategorikan lagi menjadi:
• Investasi
• Biaya Variabel (Energi Primer dan O&M)
• Biaya Fix (O&M)
• Biaya Investasi Khusus (Transmisi)
Sebelumnya perlu diketahui pembagian area perekonomian, apakah mencakup sisi pembangkitan saja atau seluruhnya sistem sampai ke pelanggan. Dari sisi pembangkitan saja, cost yang paling terbesar adalah penyediaan dan ketersedian bahan bakar. Sebagai contoh untuk bahan Bakar Batubara, perlunya ditopang atau mengusai mata rantai pengadaan batubara (backward integration) sehingga akan menjamin ketersediaan batu bara dan efisiensi biaya. Sebagai studi kasus adalah penyerahan saham pemeintah di PT Pelayaran bahtera Adhiguna (BAG) kepeda PLN sesuai dengan PP No.20 Tahun 2011 mendukung rencana strategis PLN untuk menyediakan kebutuhan listrik nasional. Manfaat komersial diperoleh PLN dari pengurangan harga pembelian batubara dimana komponen biaya angkutan laut termasuk didalam harga beli batubara. Sedangkan bisnis pendukung yaitu keagenan kapal, jasa ekspedisi muatan kapal dan bongkar muat akan diserahkan pengelolaannya ke anak perusahaan dengan skema kontrak managemen, yang akan meliputi jasa pandu kapal (tug assist) dan jetty management/port services. Dengan pengembangan bisnis model fungsi pendukung anak perusahaan yang terintergrasi dengan bisnis BAg ini akan dapat meningkatkan profit Bag Group sekaligus meningkatkan efisiensi biaya bahan bakar PLN.
HapusUntuk sistem secara keselurhan dari pembangkit hingga didistribusikan ke pelanggan, reliability system merupakan faktor cost yang terbesar. Tingkat kehandalan dapat diukur berdasarkan SAIDI, SAIFI, dan SOD yang dapat ditemukan laporan PLN setiap tahunnya.
HapusTerkait ekonomi yang dijelaskan pada artikel diatas oleh group 2, dijelaskan bahwa keterkaitan analisis ekonomi unit pembangkit ini hanya kepada unit pembangkit konvensional seperti PLTA,PLTG,PLTU dan lain sebagainya bagaimana dengan unit pembangkit yang tidak konvensional seperti PLTN,PLTS,PLTP,PLTB dan lain sebagainya? apakah dapat dianalisis dengan menggunakan metode ini atau ada perhitungan lain untuk pembangkit pembangkit yang tidak konvensional
Hapus3. Bagaimana dengan biaya kompensasi untuk konservasi lingkungan, masuk dalam kategori apa?
BalasHapusBiaya konpensasi untuk konservasi lingkungan bisa dikategorikan kedalam biaya tetap, karena biaya yang keluarkan merupakan biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu yang tidak berpengaruh langsung pada output yang dihasilkan oleh unit pembangkit.
HapusHal yang menarik, ada juga yang memasukkan environmental cost ke dalam variable cost, karena emisi NOx dan SOx dapat dikaitkan dengan besarnya energi listrik yang dibangkitkan oleh suatu pembangkit, seperti yang ditulis di dokumen ini. Semakin tinggi energi listrik yang dibangkitkan, semakin tinggi juga emisinya atau polutannya.
HapusBiaya ini termasuk biaya eksternal, seperti halnya juga biaya sosial dan carbon costs.
Bagus W. Wahyuntoro, ME'13
Saya ingin bertanya tentang CSR (corporate social responsibility). Apakah CSR termasuk dalam biaya kompensasi untuk konservasi lingkungan ini? dan dapatkan biaya yang dikeluarkan untuk CSR mengurangi pajak?
HapusIrham, ME'13
Biaya kategori ini dapat termasuk biaya pelaporan lingkungan tahunan dan kegiatan hubungan masyarakat, biaya yang dikeluarkan sukarela untuk kegiatan lingkungan seperti menanam pohon, dan biaya yang dikeluarkan untuk program penghargaan atau pengakuan. Beberapa biaya lingkungan dapat disebut “less tangible” atau “tangible” karena biaya ini dikeluarkan untuk mempengaruhi persepsi manajemen, pelanggan, karyawan, masyarakat, dan regulator. Biaya ini juga dapat disebut sebagai biaya “citra perusahaan.http://wendraalvinaldi.blogspot
HapusMz Irham, untuk CSR bisa sebagai kompensasi lingkungan terhadap masyarakat sekitar dan juga bisa sebagai pengurang pajak, namun pada dasarnya CSR ini sudah diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007
HapusUndang-Undang ini secara imperative menjelaskan bahwa CSR merupakan sebuah kewajiban hukum bagi perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditetapkan Undang- Undang. TJSL yang diatur dalam UUPT 2007 diilhami oleh pandangan yang berkembang belakangan ini yang mengajarkan perseroan sebagai perusahaan yang melakukan kegiatan ditengah-tengah kehidupan masyarakat, maka perusahaan harus ikut bertanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi masyarakat setempat.
Di Indonesia, definisi CSR secara etimologis kerap diterjemahkan sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Namun setelah tanggal 16 Agustus 2007, CSR di Indonesia telah di atur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengantikan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. CSR yang dikenal dalam Undang-Undang ini sebagaimana yang termuat dalam
Pasal 1 ayat 1, 2, 3 yang berbunyi:
1.Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau yang berkaitan dengan sumnber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2.Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
http://edubadrus3.blogspot.com
Namun pada akhirnya CSR juga merupakan kebutuhan bagi perusahaan
Salam. Arif
4. Apakah ada relevansinya komponen A, komponen B, komponen C, dan komponen D dalam perhitungan BPP kita? Bisa bantu definisi dan penjelasan lanjutannya ya....
BalasHapusDijelaskan oleh mas Ilham dan mas Nurrahman di posting nomor 2 di atas...
HapusKomponen A, B, C, D & E akan menentukan harga jual atau tarif listrik yang akan menentukan apakah tingkat kompetitif suatu pembangkitan dan sistemnya dengan prinsip at least cost Secara makro akan berpengaruh dengan keterjangkauan (harga) (affordability) pada pelanggan yang akan mendukung suatu industri atau usaha pelanggan tersebut yang ekonomis dan kompetitif.
HapusKomponen A dan D akan sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis pembangkit apakah sebagai base load atau digunakan sebagai beban puncak (peaker). Sedangkan komponen lain tidak akan mempengaruhi BPP secara major dibandingkan dengan Komponen A & D yang dipilih kecuali ada hal-hal yang khusus seperti kasus PLTN di Fukusima,
Komponen A akan sangat dipengaruhi dengan cacity faktor (daya yang dibangkitan per tahun). Komponen D dengan teknologi diasumsikan peer to peer akan sangat dipengaruhi dengan load faktor/rating pembangkitan. Memerlukan studi dan data-data awal yang komperenhesive termasuk didalamnya pertumbuhan beban, demand factor, manufaktur data, fuel availability dalam membangun suatu pembangkitan sehinga pemilihan pembangkitan dioperasikan secara maximum dengan least cost.
Sebagai contoh pada Statistik Listrik tahun 2012, PLTD masih nomer 1 dari segi harga/kWH sebesar Rp. 3168,58/kWH (termasuk) dan PLTU masih termurah untuk pembangkit dengan bahan bakir fosil sebesar Rp. 810,14. Pendapatan rata-rata Rp. 728,32/kWH. Hal ini menunjukan BPP masih kebih besar dari pendapatan yang berarti tidak PLN mengalami kerugian.
Penurunan BPP dengan komponen A dan D dengan inovasi teknologi dan pembauran energi.. Dari makalah yang dipublikasikan pusdiklat PLN (bisa diunduh disini.
), ada 3 Strategi operasional untuk menurunkan BPP sebgaai berikut:
1. Fuel Mix Policy . Contoh pergnatian PLTD dengan PLT Biomass
2. Inovasi pemanfaatan teknologi primer dengan least cost. Contoh pengoperasian CNG Plant untuk pembangkit peaker.
3. Inovasi teknologi supporting untuk pembangkit existing. Contoh pemanfaat coal dryer untuk PLTU > 300 MW.
Kelompok 2 ME-2015
BalasHapusBiaya O&M pembangkit listrik terdiri dari 2 kategori, yakni kategori fixed cost, dan kategori variable cost.
Apa saja yang termasuk sebagai O&M fixed cost dan apa saja yang termasuk O&M variable cost?
Mengapa maintenance sering "dikorbankan" demi untuk mengejar target kehandalan operasi? (Padahal maintenance justru meningkatkan kehandalan pembangkit dan dapat menambah usia keekonomian pembangkit menjadi lebih lama).
Biaya O&M yang termasuk fixed cost diantaranya:
Hapus1. biaya pegawai reguler termasuk gaji, tunjangan, asuransi kesehatan, THR, biaya diklat
2. biaya administrasi (biaya pengadaan ATK, telepon,komputer,printer,pengadaan buku perpustakaan,dll)
3. biaya bunga pinjaman atas pinjaman yang dilakukan untuk pembangunan instalasi pembangkit dimaksud
biaya O&M variable diantaranya:
1. biaya bahan bakar (batubara, gas, HSD, MFO, HFO)
2. biaya pemeliharaan (biaya pembelian suku cadang dan biaya tenaga khusus untuk pemeliharaan)
Maintenance seringkali dikorbankan/disepelekan karena beberapa hal:
1. Reserve margin sistem setempat sangat kecil bahkan defisit sehingga pembangkit bersangkutan tidak boleh dimatikan dan dipaksa terus beroperasi padahal sudah waktunya untuk maintenance berdasarkan runnning hours bahkan overhaul
2. Mindset maintenance, terutama predictive maintenance hanya sebagai biaya yang membebani bukan sebagai "investasi" untuk meningkatkan keandalan dan keekonomian pembangkit
3. Mengefektifkan jadwal pemeliharaan sehubungan biaya dan keterbatasan SDM. Misalkan: perbaikan vibrasi pada circulated water pump (CWP) pembangkit yang melebihi standar tidak langsung diperbaiki tetapi menunggu jadwal maintenance unit pembangkit bersangkutan, sehingga ketika unit tersebut dishutdown dapat dilakukan pengecekan dan perbaikan secara keseluruhan.
Sumber:
1. Marsudi, Djiteng. Pembangkitan Energi Listrik Edisi Kedua.2011. Erlangga
2. Blank, Leland.Anthony Tarquin. Engineering Economy 7th Edition.2012.McGraw-Hill
Luky (ME 2015)
Menambahkan yang sudah disampaikan sebelumnya, Biaya OM fixed cost yaitu biaya pemeliharaan dan produksi energi yang bernilai tetap walaupun tidak ada produksi energi, contoh biaya OM fixed cost antara lain:
Hapus1. Biaya tenaga kerja operator, tenaga kerja maintenance (dalam kondisi pengoperasian normal), serta biaya tenaga kerja administrasi.
2. Biaya alat tulis kantor.
3. Biaya pembayaran pajak dan bunga pinjaman.
4. Biaya Kesejahteraan
5. Jasa Reparasi & Perawatan
6. Asuransi
7. Sewa Peralatan
8. Retribusi
9. Diklat
10. Riset
11. Konsultan
Biaya OM variable cost yaitu biaya pemeliharaan dan produksi energi yang dipengaruhi langsung oleh output energi yang dihasilkan dari pembangkit dan besarnya tergantung besarnya output produksi energi, contoh biaya OM variable cost antara lain:
1. Biaya penggantian suku cadang (spare parts), dan beberapa kebutuhan lainya yang sesekali diperlukan untuk menjaga operasional pembangkit tetap berlangsung dengan baik.
2. Dalam prosedur perawatan kadangkala menghasilkan sebuah laporan berupa jadwal yang berhubungan dengan durasi pengoperasian pembangkit, dan apabila perlu mendatangkan petugas untuk melakukan pemeliharaan.
3. Insentif
4. Pemakaian Air
5. Bahan Kimia
6. Material Lain
Kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan kinerja ang diharapkan untuk menyediakan produk yang berkualitas. Biaya perawatan seringkali dikesampingkan dengan pertimbangan mengejar target kehandalan, padahal perencanaan pemeliharaan pembangkit merupakan sub-bagian penting dalam perencanaan operasi sistem tenaga listrik.
Metode pemeliharaan pembangkit listrik sangat beragam dan tergantung dengan kondisi beban dan suplai yang tersedia. Namun, dengan beban yang terus meningkat dan keterbatasan cadangan (reserve) pembangkit yang tersedia menyebabkan nilai Loss of Load Probability (LOLP) yang besar, ditambah dengan penjadwalan pemeliharaan yang kurang baik dapat mempengaruhi kehandalan sistem operasi dan dapat berdampak pada turunnya kualitas pelayanan yang menjadi penilaian utama suatu sistem pembangkit.
Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kehandalan tanpa mengabaikan kegiatan pemeliharaan, perlu mempertimbangkan penambahan daya terpasang atau menurunkan nilai force outage rate pembangkit.
Fitria (ME 2015) - Kelompok 1
Jika kita melihat keandalan maka ada keandalan sistem dan keandalan pembangkit.
HapusMaintenance sebuah pembangkit ditujukan untuk mempertahankan keandalan dan keekonomian pembangkit tersebut.
Sementara dilain pihak kontribusi pembangkit tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan keandalan sistem.
Dalam hal ini maintenance tidak dihilangkan namun ditunda untuk mempertahankan keandalan sistem.
Pertanyaannya Apakah hal ini mungkin ?
Sebuah pembangkit jarang sekali terdiri atas satu bagian yang secara berurutan bekerja. Banyak bagian dari pembangkit yang bekerja secara paralel. Contoh adalah pulverizer yang digunakan untuk menghaluskan batubara dan pensuplai batubara yang dihaluskan ke boiler. Sebuah pembangkit PLTU dapat memiliki hingga 8 buah pulverizer, sehingga apabila 1 rusak pembangkit dapat bekerja dengan 7 pulverizer dengan daya output mask 87,5% mensuplai daya ke sistem. Maintenance untuk plulverizer yang rusak akan dilakukan saat planned outage. Komponen lain yang juag bisa diperlakukan seperti itu adalah condenser. Sebuah pembankt dapat memiliki lebih dari 1 condenser. Apabila sebuah condenser mengalami kebocoran maka dimungkinkan condenser itu tidak dioperasikan dan pembangkit diberikan status derating.
Dari uraian diatas bisa dilihat bahwa pemeliharaan bukanlah dihilangkan namun ditunda untuk alasan yang lebih besar. Penundaan ini juga sesuai dengan kaidah ekonomi untuk memperolah manfaat sebesar besarnya dari pengoperasian pemangkit dengan tidak setiap saat melakukan perbaikan saat ada bagian yang rusak, karena hal ini akan sangat megurangi keekonomian pembangkit tersebut.
Biaya O&M terdiri dari 2 kategori yakni fixed cost dan variable cost.
HapusBiaya O&M fixed cost adalah biaya yang tetap akan keluar/dikeluarkan walaupun tidak ada produksi energi yang berjalan pada pembangkit tersebut. Contohnya :
1. Biaya Gaji Karyawan (temasuk di dalamnya tunjangaa, asuransi, insentif, dll)
2. Biaya Administrasi (Alat tulis, kertas, map, dll)
3. Biaya Pokok Cicilan dan Bunga dari Hutang
4. Biaya Sewa Gedung
5. Biaya Sewa Alat
6. Biaya Pelatihan
Sedangkan Biaya O&M variable cost adalah biaya yang keluar naik turun sesuai dengan output energi yang diproduksi atau dihasilkan oleh pembangkit tersebut. Contohnya :
1. Biaya bahan bakar
2. Biaya pemeliharaan
3. Biaya pembelian suku cadang atau spare parts
4. Biaya eksternalitas
5. Biaya pekerja tambahan
Maintenance atau pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar peralatan atau sistem dari peralatan dapat bekerja sesuai dengan umur hidupnya atau untuk menaikkan kembali kinerja dari peralatan atau alat tersebut, karena seiring berjalannya waktu; alat-alat yang terus menerus dibebankan pekerjaan produktivitas dan kinerjanya akan terus menurun, dengan penjadwalan dan aktivitas maintenance yang baik maka akan menaikkan lagi kinerja produktivitas dari alat tersebut.
Namun pada dasarnya perhitungan waktu maintenance tidak hanya kaku pada satu titik waktu. Dengan kata lain sebenarnya ada spare toleransi waktu tambahan dari waktu maintenance yang seharusnya pada jadwal untuk tiap-tiap peralatan. Misalnya peralatan A yang membutuhkan lama waktu maintenance 1 hari, hitungan maintenancenya jatuh pada tanggal 28 bulan 1, sebenarnya ada toleransi waktu diantara tanggal 28 itu untuk melakukan maintenance pada peralatan A tersebut. Sebutlah waktu toleransinya adalah 2 hari sebelum tanggal maintenance dan 2 hari setelah tanggal maintenance. Artinya peralatan A ini sudah dapat dilakukan maintenance kepadanya mulai dari tanggal 26, atau selambat-lambatnya dilakukan maintenance pada tanggal 30 (jumlah hari toleransi dan ada tidaknya waktu toleransi ini tergantung pada peralatan apa dan besar kecilnya pembebanan kerja pada peralatan tersebut. Peralatan yang hanya dibebankan kerja 15% tentu waktu toleransinya akan lebih panjang dari peralatan yang dibebankan 85% kerja).
Hal ini kemudian memungkinkan terjadinya penundaan maintenance untuk beberapa peralatan dengan pertimbangan reserve margin yang tersedia pada saat tanggal seharusnya peralatan tersebut maintenance. Atau pada kasus apabila menunda maintenance peralatan tersebut beberapa hari (masih dalam waktu toleransinya) maka akan bersamaan waktunya dengan jadwal over haul keseluruhan pembangkit, namun apabila peralatan tersebut di maintenance pada hari itu juga maka keseluruhan pembangkit harus keluar dari sistem.
Andres Pramana Edward
ME 2015
Secara umum, teknologi pembangkitan, biaya listrik dipengaruhi oleh 3 komponen utama :
BalasHapus1. Biaya modal dan investasi
2. Biaya Operasi dan Pemeliharaan (O&M)
3. Biaya Bahan Bakar.
Biaya operasional dan perawatan tetap mencakup mencakup kegiatan operasional dan perawatan harian baik yang terjadwal maupun tidak terjadwal termasuk biaya tenaga kerja dan adminsitrasi yang berhubungan dengan hal tersebut, sewa tanah dan sub-stasiun, asuransi
Biaya variabel O&M, adalah termasuk provisi untuk perbaikan dan suku cadang dan pemeliharaan instalasi listrik; dan pajak; manajemen dan administrasi, termasuk audit, kegiatan manajemen, jasa dan tindakan lainnya.
Alasan utama sering maintenance dikorbankan adalah kehandalan, atau menurut saya lebih tepatnya ada alasan ekonomis/financial. Pada titik tertentu, lebih baik mengorbakan usia ekonomis, daripada harus kehilangan kehandalan operasi.
1. Biaya kehilangan daya harus diperhitungkan dari sisi konsumen juga, tidak hanya dari sisi produsen. Biaya ini kalau dihitung cukup besar dan kadang melebihi biaya dari biaya usia keekonomian.
2. Ada beberapa kasus, dimana mengorbankan maintenance/usia ekonomis lebih menguntungkan. Contohnya pada kasus harga minyak dulu sangat tinggi, salah satu perusahaan minyak menggeber semua peralatan tenaga listriknya secara overload untuk menggenjot produksinya, tanpa melakukan maintenance, karena setelah dihitung, jika menghentikan operasi, opportunity untuk mendapatkan keuntungan akan hilang. Dan ternyata income opportunity jika operasi berhenti untuk maintenance, lebih besar daripada perhitungann usia ekonomis peralatan.
Untuk biaya O&M baik itu kategori fixed, dan kategori variable sudah disebutkan oleh bapak luky, ibu fitri dan pak agus. Disini saya hanya menambahkan, Mengapa biaya maintenance sering dikorbankan hanya untuk mengejar target kehandalan operasi?
BalasHapusMenurut saya, maintenance dikorbankan ( mengalami penundaan ) karena lebih ke factor operasional. Menjaga agar operasional tetap berjalan, mencegah terjadi nya trip / pemadaman dalam proses penyaluran agar kesuluruhan operasi berjalan. Namun untuk alasan effisiensi, proses maintenance ( untuk penggantian pealatan ) ditunda, dengan melakukan extend component dengan tetap mempertimbangkan factor operasional. Namun jika dikembalikan kepada hirarki maintenance. Proses maintenance yang dilakukan ada 3 :
1. Mencegah terjadinya kerusakan ( preventive maintenance )
Kegiatan pemeliharaan ini seperti pemeriksaan rutin, pembersihan, pelumasan, penggantian/perbaikan komponen secara berkala. Kegiatan ini bisa dilakukan secara harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
2. Melakukan prediksi terhadap potensi adanya kerusakan ( predictive maintenance )
Pemeliharaan jenis ini menggunakan semua data diagnose dan kinerja, sejarah kerusakan, data operasi dan data desain yang tersedia untuk mebuat keputusan tentang kegiatan pemeliharaan terhadap sebuah peralatan kritikal
3. Melakukan perbaikan terhadap kerusakan yang muncul ( corrective maintenance )
Pemeliharaan ini membiarkan sebuah peralatan hingga rusak berdasarkan pertimbangan yang matang (kritikalitas, redundancy, biaya penggantian yang rendah, tidak memberikan efek ke proteksi, keselamatan, dll). Dengan metode ini, tidak ada tindakan pencegahan sebelum kerusakan terjadi. Hal ini berarti setiap kerusakan memang sudah diketahui dan dikelola. Tidak ada kerusakan yang tidak diketahui sebelumnya, dan setiap tindakan korektif memang telah direncanakan dengan matang, hanya menunggu kapan kerusakan terjadi.
Dari 3 hal tersebut, jika maintenance dilakukan dengan benar terutama untuk Preventive dan Predictive Maintenance ), Maka faktor operasional dan ekonomis dapat diketahui. Segala bentuk kerusakan yang menyebabkan brekadown unit dapat terlihat lebih dulu dan waktu untuk melakukan maintenance (penggantian ) yang ditunda dapat dijadwalkan untuk melakukan proses penggantian. Sehingga faktor operasional dapat berjalan dengan baik, kehandalan peralatan pada sistem pembangkit dapat bertahan lama. Jadi tidak ada alasan untuk menunda maintenance dengan alasan apapun. Jika 3 proses maintenance dilakukan dengan baik dan benar.
Thanks & Regards
R Hermawan Wibowo ME 2015
Mencoba menambahkan yang disampaikan rekan-rekan sebelumnya terkait maintenance/pemeliharaan dimana pemeliharaan sering dikorbankan untuk mengejar target keandalan operasi, maka menurut pendapat saya diperlukan taktik pemeliharaan, yaitu dengan menerapkan atau meningkatkan pemeliharaan pencegahan serta meningkatkan kemampuan atau kecepatan perbaikan. Dalam pandangan tradisional, manager operasi mempertimbangkan sebuah keseimbangan di antara kedua biaya yakni dengan mengalokasikan lebih banyak sumber daya ke pemeliharaan pencegahan yang akan mengurangi banyaknya kerusakan. Walaupun demikian, pada beberapa hal, penurunan biaya pemeliharaan kerusakan mungkin lebih kecil dibanding meningkatnya biaya pemeliharaan pencegahan.
HapusKarena keandalan dan pemeliharaan pencegahan jarang yang sempurna, maka kebanyakan perusahaan memiliki beberapa tingkatan kemampuan perbaikan. Memperbesar atau meningkatkan fasilitas pemeliharaan dapat menjadikan sistem bekerja secara lebih cepat. Sehingga perlu pendekatan pemeliharaan yang inovatif, misalnya Total Productive Maintenance (TPM), yaitu suatu pendekatan yang inovatif dalam maintenance dengan cara mengoptimasi keefektifan peralatan serta mengurangi/ menghilangkan kerusakan mendadak (breakdown) dengan melakukan identifikasi terlebih dahulu. TPM sering didefinisikan sebagai productive maintenance yang dilaksanakan oleh seluruh pegawai, didasarkan pada prinsip bahwa peningkatan kemampuan peralatan harus melibatkan setiap orang di dalam organisasi, dari lapisan bawah sampai top manajemen.
Fungsi dari TPM, yaitu:
a) Total Effectiveness; bertujuan untuk efisiensi ekonomi efektifitas dari peralatan/mesin secara keseluruhan- dan mencapai keuntungan.
b) Total Participation; semua orang ikut terlibat, bertanggung jawab dan menjaga semua fasilitas yang ada dalam pelaksanaan TPM (dari operator sampai top management).
c) Total Maintenance System; pelaksanaan perawatan dan peningkatan efektifitas dari fasilitas dan kesatuan operasi produksi. Meliputi maintenance prevention, maintainability improvement, dan preventive maintenance.
Sumber
Novan Akhiriyanto, ME’15