Seri Ekonomi Pembangkitan
oleh: Kelompok 5
Bagus W. Wahyuntoro, Samuel LB. Parura, Felix Rudianto, Nino Teguh Pamuji
Dalam rangka ketahanan energi, dibutuhkan perencanaan pembangkitan tenaga listrik yang sesuai secara teknis maupun ekonomis. Perencanaan ini diawali dari memprediksi beban di masa mendatang. Karakteristik beban (load characteristics) pemakaian listrik sangat diperlukan untuk analisis pada tahap perencanaan. Kesalahan dalam perencanaan dapat berakibat tidak baik terhadap sistem ketenagalistrikan.
Transmisi ke Beban (foto koleksi Bagus)
Pendahuluan
Beban
dikategorikan menurut konsumen penggunanya, misalnya sebagai berikut:
- pemukiman (residensial atau domestik)
- perkantoran/pertokoan
- pelayanan publik
- industri ringan
- industri berat.
Setiap kategori konsumen
memiliki perbedaan karakteristik beban tertentu.
Perbedaan karakteristik ini ditentukan oleh banyak faktor seperti :
- kebiasaan hidup
- pola operasi dari individu atau masyarakat
- keadaan perkembangan ekonomi
- iklim.
Dengan demikian, akan ada perbedaan karakteristik beban dari suatu negara dengan negara lain atau suatu daerah dengan daerah lain di dalam satu negara.
Satuan Daya Listrik dan Energi
Daya listrik merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha dinyatakan dalam satuan kW dan energi dalam satuan kWh.
Faktor Beban
Faktor beban (
load factor) dapat diartikan sebagai
perbandingan antara
beban rata-rata dengan
beban puncak yang diukur untuk suatu periode waktu tertentu.
Kurva Beban
Kurva beban (load curve) menggambarkan daya atau energi sebagai fungsi waktu atau suatu periode tertentu. Selanjutnya pengertian beban (load) dan permintaan (demand) akan digunakan dalam arti “Daya” kecuali diubah dengan kata “Energi”.
Permintaan (
demand) atau kebutuhan tenaga pada interval waktu yang berlain-lainan ditunjukkan dengan kurva beban (
load curve).
- Kurva Beban Harian (Daily Load Curve)
- Kurva Beban Bulanan (Monthly Load Curve)
- Kurva Beban Tahunan (Annual Load Curve)
Contoh kurva beban per jam (
hourly load curves) pada musim panas dan musim dingin diperlihatkan pada
Gambar 1. Perhatikan perbedaan kurva sebagai akibat penggunaan peralatan-peralatan listrik yang berbeda antara kedua musim tersebut.
Load Curve : summer day vs winter day (sumber: www.intechopen.com)
Pada periode tahunan,
hubungan antara beban puncak harian dan beban puncak tahunan harus dipertimbangkan.
Hal ini dilakukan dalam dua langkah.
Pertama, perbandingan beban puncak harian dengan beban puncak bulanan
Kedua, perbandingan beban puncak bulanan dengan beban puncak tahunan.
Pendekatan / perhitungan
Annual Load Factor (LFa) adalah sebagai berikut :
dimana :
LFd = Daily Load Factor
PLd = Daily Peak Load
PLm = Monthly Peak Load
PLa = Annual Peak Load
Kurva Lama Beban
Dari kurva beban (load curve) dapat diperoleh kurva lama beban (load duration curve).
Kurva lama beban ini menggambarkan
lamanya suatu beban berlangsung dalam sistem kelistrikan. Sumbu datar menggambarkan lama beban berlangsung
dalam periode tertentu. Sumbu tegak menggambarkan
daya dari beban sistem.
Load Duration Curve (sumber Etrog Consulting Pty Ltd)
Luas permukaan di bawah kurva lama beban menggambarkan kebutuhan energi sistem yang bersangkutan.
Kegunaan Kurva Lama Beban
Kurva lama beban diperlukan untuk alokasi/segmentasi pembangkitan karena masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik memiliki karakteristik yang berbeda untuk digunakan memenuhi beban yang dibutuhkan untuk periode yang direncanakan.
Tantangan Sebenarnya
Seiring perjalanan waktu, kebutuhan energi listrik mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam arah dan besaran yang tidak diketahui. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
- Populasi yang terus bertambah.
- Penambahan peralatan-peralatan listrik untuk domestik dan industri.
- Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan listrik.
- Penggunaan energi listrik untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai akibat dari perubahan harganya atau berkurangnya bahan bakar fosil.
- Peningkatan kesejahteraan atau daya beli masyarakat.
Pada akhirnya, memprediksi besarnya beban dan karakteristiknya di masa yang akan datang dengan akurat adalah
suatu pekerjaan yang amat sulit, apalagi jika besaran tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor.
Namun, hasil prediksi tersebut menjadi salah satu masukan yang penting dalam menyusun perencanaan yang menjadi tolok ukur ekonomis atau tidaknya suatu penambahan pembangkitan tenaga listrik.
Hal ini juga berguna
untuk menarik investasi di bidang pembangkitan tenaga listrik yang menghasilkan tingkat ketahanan energi yang robust.
Pertanyaan / Diskusi :
- Diskusikan apakah perbedaan dari Faktor Beban (Load Factor) dan Faktor Kapasitas (Capacity Factor).Berikan penjelasannya !
- Mengapa faktor kapasitas pembangkit satu dengan yang lain berlainan? Apa saja yang mempengaruhinya?
- Pada kurva beban (Load Curve) apa definisi beban rata-rata?
- Apa alasan dan tujuan penggunaan suatu pembangkit listrik hanya untuk beban puncak saja?
- Peramalan atau prakiraan kebutuhan energi listrik (Demand and Load Forecasting) merupakan hal yang sangat penting untuk perencanaan pemenuhan kebutuhan maupun pengembangan penyediaan tenaga elektrik yang tepat dan handal. Jelaskan metode peramalan ini dan berikan referensi yang ada.
Sumber:
W.D. Marsh, Diktat Electric Utility Power Generation Economics,
Clarendon Press - Oxford, University Press, N.Y.
Artikel Terkait
1.Apakah perbedaan dari Faktor Beban (Load Factor) dan Faktor Kapasitas (Capacity Factor). Berikan penjelasannya !
BalasHapusLoad Factor adalah perbandingan antara beban rata-rata dengan beban puncak pada periode waktu tertentu. Disini bisa bertujuan untuk mengetahui apakah beban pada suatun daerah tersebut relatif konstant atau tidak.
HapusCapacity Factor adalah perbandingan dari Energi output pembangkit yang dihasilkan terhadap kapasitas terpasang dari pembangkit tersebut untuk periode waktu tertentu. Sebagai contoh CF85% untuk pembangkit 100MW, berarti dalam satu tahun, harus bisa menghasilkan energi sebesar : 100MWx85%x365harix24jam (dalam MWh).
Pondy Tjahjono ME13
Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata-rata selama interval tertentu dengan beban puncak yang terjadi pada interval yang sama.
HapusFaktor Kapasitas adalah perbandingan antara daya rata-rata yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu dengan daya (terukur) terpasang.(termwiki.com)
Arif ME 13
Faktor beban adalah perbandingan antara besarnya beban rata-rata untuk selang waktu tertentu terhadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama (misalnya satu hari atau satu bulan). Sedangkan beban rata-rata untuk suatu selang waktu tertentu adalah jumlah produksi kWh dalam selang waktu tersebut dibagi dengan jumlah jam dari selang waktu tersebut.
Hapusfaktor beban = beban rata-rata/beban puncak
nilai dari faktor beban akan kurang dari satu, karena beban puncak akan selalu lebih besar nilainya dari beban rata-rata. Faktor beban bernilai besar bisa diartikan bahwa penggunaan listrik konstan bagi penyedia listrik, faktor beban sistem diinginkan setinggi mungkin karena faktor beban yang makin tinggi berarti makin rata beban sistemnya, sehingga tingkat pemanfaatan alat-alat yang ada dalam sistem tersebut dapat diusahakan setinggi mungkin.
Faktor kapasitas sebuah unit pembangkit menggambarkan seberapa besar sebuah unit pembangkit itu dimanfaatkan, atau dengan kata lain perbandingan antara jumlah produksi listrik selama periode operasi terhadap jumlah produksi yang mampu dibangkitkan secara penuh sesuai
Faktor kapasitas tahunan (8760 jam) didefinisikan sebagai:
faktor kapasitas = Produksi kWh setahun/(daya terpasang MW x 8760 jam)
jika faktor daya adalah terhadap beban puncak tetapi pada faktor kapasitas dibandingkan terhadap daya terpasang.
Faktor beban, adalah perbandingan antara beban rata-rata dalam suatu periode terhadap beban puncak yang terjadi pada periode tersebut
HapusBeban rata-rata (MW)
LF = —————————
Beban Puncak (MW)
Faktor kapasitas, adalah perbandingan antara jumlah produksi listrik selama periode operasi terhadap jumlah produksi terpasang selama periode tertentu (1 tahun)
Eg (MW-Hours)
CF = ——————————-
DMN (MW) * 8760 (Hours)
Source : http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=477
Indrawan Nugrhanto ME 13
Pola beban suatu sistem tenaga listrik seringkali direpresentasikan dengan ukuran factor beban (load factor). Faktor beban adalah rasio antara beban rata-rata sistem dan beban puncak sistem. Angka factor beban sesungguhnya merefleksikan kegiatan masyarakat setempat. Semakin tinggi faktor beban suatu sistem maka semakin rata penggunaan tenaga listrik sepanjang waktu.
HapusSebagai contoh, sub-sistem DKI Jakarta & Banten serta sub-sistem Jawa Barat yang memiliki lebih banyak konsumen industri dibanding subsistem lainnya memiliki faktor beban yang lebih tinggi Hal ini disebabkan konsumen industri umumnya mengoperasikan pabrik selama 24 jam terus menerus. Sedangkan sub-sistem Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang sebagian besar konsumennya berupa residensial, memiliki pola konsumsi tenaga listrik yang mengikuti pola hidup rumah tangga, dimana beban sangat tinggi pada malam hari pada saat diperlukan penerangan lebih banyak.
Faktor kapasitas (Capacity Factor) merupakan rasio antara energi yang disalurkan terhadap energi maksimum yang mampu diproduksi jika pembangkit dioperasikan pada kapasitas terpasangnya. Faktor kapasitas tiap pembangkit akan berbeda antara satu dengan lainnya sesuai dengan fungsinya, apakah sebagai pembangkit base load, load follower atau peaker. Besar factor kapasitas pembangkit disamping tergantung pada kesiapan pembangkit juga tergantung pada pola beban yang ada pada suatu sistem. Dengan kata lain, faktor kapasitas ini berkaitan dengan faktor beban dan faktor kesiapan (availability factor) pembangkit.
Sumber klik.
Faktor beban adalah perbandingan antara besarnya beban rata-rata untuk selang waktu tertentu terhadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama (misalnya satu hari atau satu bulan). Sedangkan beban rata-rata untuk suatu selang waktu tertentu adalah jumlah produksi kWh dalam selang waktu tersebut dibagi dengan jumlah jam dari selang waktu tersebut.
HapusDari uraian diatas didapat:
faktor beban = beban rata-rata/beban puncak
bagi penyedia listrik, faktor beban sistem diinginkan setinggi mungkin karena faktor beban yang makin tinggi berarti makin rata beban sistemnya, sehingga tingkay pemanfaatan alat-alat yang ada dalam sistem tersebut dapat diusahakan setinggi mungkin.
Dalam praktiknya, faktor beban tahunan sistem berkisar antara 60%-80%.
Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas sebuah unit pembangkit menggambarkan seberapa besar sebuah unit pembangkit itu dimanfaatkan. Faktor kapasitas tahunan (8760 jam) didefinisikan sebagai:
faktor kapasitas = Produksi kWh setahun/(daya terpasang MW x 8760 jam)
Dalam praktiknya, faktor kapasitas tahunan untuk unit PLTU hanya dapat mencapai angka antara 60% - 80% karena adanya masa pemeliharaan dan jika adanya gangguan atau kerusakan yang dialami oleh unit pembangkit tersebut. Untuk PLTA, faktor kapasitas tahunannya berkisar antara 30% - 50%, hal ini berkaitan dengan ketersediaan air.
Sumber :
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/03/faktor-faktor-dalam-pembangkitan.html
Sedikit menambahkan pengertian faktor kapasitas dan faktor beban,
HapusFaktor kapasitas merupakan daya sebenarnya yang dihasilkan selama periode waktu tertentu yang dinyatakan sebagai persentase dari daya yang telah diproduksi ketika suatu stasiun beroperasi pada daya penuh selama periode tersebut.
Faktor beban merupakan rasio beban rata-rata terhadap beban puncak selama periode waktu tertentu.
Sumber : klik
melengkapi yang sudah ada,
Hapus* Faktor beban adalah perbandingan antara besarnya beban rata-rata untuk selang waktu tertentu terhadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama (misalnya satu hari atau satu bulan).
- faktor beban = beban rata-rata/beban puncak
* Faktor kapasitas sebuah unit pembangkit menggambarkan seberapa besar sebuah unit pembangkit itu dimanfaatkan. Faktor kapasitas tahunan (8760 jam) didefinisikan sebagai:
- faktor kapasitas = Produksi kWh setahun/(daya terpasang MW x 8760 jam)
sumber : http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/03/faktor-faktor-dalam-pembangkitan.html
Adam 'ME13
Saya setuju dengan pendapat rekan-rekan diatas. Sebagai tambahan dengan mengetahui load factor dan capacity factor digunakan untuk optimasi pembangkit dalam kaitannya dengan dengan biaya investasi awal dan efisiensi dalam operasi. Semakin mendekati rating suatu unit pembangkit, semakin besar efisiensi dari turbin penggeraknya dan alternatornya. Untuk pembangkit yang menggubnakan system fuel seperti PLTU, PLTGU dan sejenisnya akan berhubungan dengan jumlah energy mekanik vs ennergi panas yang dihasilkan oleh pembakaran.
HapusRekan-rekan ada yang mau sharing efisiensi profile dari suatu jenis turbin dan alternatornya beradasarkan electrical load output ?
Berdasarkan laporan Statik Listrik indoensia 2012 yang dipublikasikan PLN, saya ambil contoh perbandingan antara tahun 2008 dan 2009 dimana Daya Terpasang untuk PLTU sama (8764 MW) tetapi kapasitas factor berbeda dimana tahun 2008 adalah 68.19% dan tahun 2009 adalah 68.99%, pemakaian batubaru pada tahun 2008 adalah 20.999 Ton dan tahun 2009 adalah 23.958 Ton. Peningkatan kapasitas factor pada tahun 2009 mengurangi penggunaan batu bara.
Ada yang mau sharing data lengkap tahun 2008 dan 2009 mengenai start up dan berapa unit dibangkitkan serta berapa unit yang melakukan power switching karena akan mempengaruhi juga penggunaan batubara. ?
2. Mengapa faktor kapasitas pembangkit satu dengan yang lain berlainan? Apa saja yang mempengaruhinya?
BalasHapusPada penentuan kapasitas pembangkit, kita harus mengetahui karakteristik beban pada area tersebut. Untuk area dengan load factor kecil, artinya terdapat perbedaan yang mencolok saat beban puncak dan saat beban tidak puncak. Adalah sangat tidak ekonomis untuk kondisi ini memilih pembangkit dengan kapasitas sesuai beban puncak, karena pada kondisi diluar beban puncak, pembangkit tersebut tidak beroperasi secara effisien. Untuk itulah, biasanya digunakan pembangkit "Peaker" untuk memikul beban puncak dan hanya dioperasikan saat beban puncak, sementara kapasitas pembangkit untuk base load menggunakan dasar average load.
HapusPondy Tjahjono -ME13
menurut saya :
Hapus1.ini dikarenakan kebutuhan listrik disetiap daerah juga berbeda-beda, semisal di pulau jawa dan sumatra kebutuhan listriknya berbeda.
2.lokasi pembangkit yang berbeda, semisal dekat dengan sumber energi primer atau tidak.
3. Jenis pembangkit yang di bangun berbeda, sesuai kondisi semisal PLTA dengan PLTD, PLTU disesuaikan dengan kemampuan energi untuk pembangkit listrik itu sendiri.
4. faktor keuangan, jadi menyesuaikan kondisi keuangan
Arif ME 13
faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pembangkit di antaranya :
Hapus1.Faktor Beban listrik di suatu daerah dengan daerah lain
2.Faktor Karakteristik Musim dan Cuaca
3.Faktor Hari dalam 1 tahun (weekend/holiday/aktif)
Sumber : Electric Utility Power Generation Economics W.D Marsh
Indrawan Nugrahanto ME 13
Faktor kapasitas antar pembangkit berbeda-beda tergantung pada :
Hapus1. Sumber energi
Pembangkit seperti PLTA memiliki faktor kapasitas 30-50% setahun seperti penjelasan Pak Dedy karena PLTA beroperasi menggunakan tenaga air di waduk sehingga ketersediaan air sebagai sumber energi PLTA sangat berpengaruh pada pengoperasiannya. PLTU memiliki faktor kapasitas lebih tinggi yakni 60-80% dikarenakan pasokan sumber energinya lebih stabil karena disediakan oleh supplier.
2. Rancangan (design) pembangkit
Tujuan dari pembangkit akan mempengaruhi rancangannya. Sebuah pembangkit yang dirancang untuk melayani kebutuhan listrik saat beban puncak atau saat terjadi gangguan akan mengutamakan kapasitas daya yang dibangkitkan serta kecepatan responnya. Oleh karena itu PLTA dirancang untuk melayani beban puncak karena kapsitasnya yang besar dan kemampuannya untuk menghasilkan listrik dalam hitungan menit sedangkan kekurangannya yang sangat bergantung pada ketersedian air tidak dipermasalahkan karena tujuannya hanya untuk menghasilkan lsitrik pada waktu tertentu saja.
Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Capacity_factor
http://konversi.wordpress.com/2010/05/01/sekilas-mengenai-pembangkit-listrik-tenaga-air-plta/
Irham, ME '13
Besarnya kapasitas faktor pembangkit berbeda tiap satu dengan yang lainnya ini didasarkan pada penggolongan fungsi dari pembangkit tersebut, apakah sebagai pemikul beban dasar (base load), pemikul beban menengah(load follower) atau sebagai pemikul beban puncak (peaker). Besar faktor kapasitas pembangkit disamping tergantung pada kesiapan pembangkit juga tergantung pada pola beban yang ada pada suatu sistem. Dengan kata lain, faktor kapasitas ini berkaitan dengan faktor beban dan faktor kesiapan(availability factor) pembangkit.
HapusSumber : klik disinih
menambahkan opini yang sudah ada, besarnya faktor kapasitas pembangkit berbeda antara satu dan yang lainnya adalah karena kebutuhan(demand) kawasan yang dikelolanya, besarnya kebutuhan tentunya tekait pula dengan berbagai aspek beberapa diantaranya nya geografis, baan baku sumber energi, dan nilai investasi yang dilakukan. Hal tersebut tentunya mempengaruhi kapasitas dari ppembangkit itu sendiri.
HapusAdam, ME '13
Sebagai tambahan dari pendapat rekan-rekan diatas kapasitas faktor tergantung juga dengan perencanaan awal berdasarkan perhitungan pertumbuhan kebutuhan beban di periode yang akan datang yang masih dapat ditanggung oleh kapasitas terpasang pada saat sekarang.
HapusSelain itu faktor perwatan uni pembangkit juga mempengaruhi besarnya kapasitas faktor.
Ada yang mau sharing mengenai periode perhitungan pertumbuhan beban untuk awal perencanaan pembangkittan dan pengembangannya?
3. Pada kurva beban (Load Curve) apa definisi beban rata-rata?
BalasHapusbeban rata-rata adalah jumlah produksi kWh dalam selang waktu tersebut dibagi dengan jumlah jam dari selang waktu tersebut.
HapusBeban rata-rata (Br) didefinisikan sebagai perbandingan antara
Hapusenergi yang terpakai dengan waktu pada periode. Atau dituliskan
menurut persamaan 1 periode tahunan :
Br = kWh yang terpasang selama1tahun / 365 x 24
Arif ME 1`3
Sumber daman suswanto . sistem distribusi tenaga listrik
pada kurva beban ada 3 nilai rata-rata berdasarkan sumber yaitu nilai beban rata-rata tiap jam,harian dan bulanan dimana nilai beban rata-rata ini di gunakan untuk menghitung annual load factor (faktor beban tahunan),sedangkan beban rata-rata sendiri di peroleh dari perbandingan antara power dan satuan waktu dalam periode tertentu
HapusSource : Electric Utility Power Generation Economics
Indrawan Nugrahanto ME 13
Menurut sumber yang saya baca kepadatan beban selalu dipakai sebagai ukuran dalam menentukan
Hapuskebutuhan listrik. Sesuatu daerah kepadatan beban satuannya dapat
berupa MVA/km2 atau KVA/m2 umumnya satuan yang dipakai adalah
MVA/km2.
Beban puncak (kebutuhan maksimum) didefenisikan sebagai beban
(kebutuhan) terbesar/tertinggi yang terjadi selama periode tertentu.
Periode tertentu dapat berupa sehari, sebulan maupun dalam
setahun. Perode harian, yaitu variasi pembebanan trafo distribusi selama
sehari. Selanjutnya beban puncak harus diartikan beban rata – rata
selama selang waktu tertentu, dimana kemungkinan terjadinya beban
tersebut. Contoh, beban harian dari transformator distribusi di mana
beban puncaknya selama selang waktu 1 jam, yaitu antara pukul 19.00
(titik A) dan pukul 20.00 (titik B). Nilai rata – rata kurva A – B,
merupakan kebutuhan puncaknya (kebutuhan maksimum).
Perlu diingatkan disini bahwa kebutuhan puncak (kebutuhan max)
bukan merupakan nilai sesaat, tetapi nilai rata – rata selama selang
waktu tertentu, biasanya selang waktu tertentu tersebut adalah 15 menit,
30 menit atau satu jam.
Sumber :
http://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-11-karakeristik-beban.pdf
Faktor beban adalah perbandingan antara besarnya beban rata-rata untuk selang waktu tertentu terhadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama (misalnya satu hari atau satu bulan). Sedangkan beban rata-rata untuk suatu selang waktu tertentu adalah jumlah produksi kWh dalam selang waktu tersebut dibagi dengan jumlah jam dari selang waktu tersebut.
HapusDari uraian diatas didapat:
faktor beban = beban rata-rata/beban puncak
bagi penyedia listrik, faktor beban sistem diinginkan setinggi mungkin karena faktor beban yang makin tinggi berarti makin rata beban sistemnya, sehingga tingkay pemanfaatan alat-alat yang ada dalam sistem tersebut dapat diusahakan setinggi mungkin.
Dalam praktiknya, faktor beban tahunan sistem berkisar antara 60%-80%.
sumber : http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/03/faktor-faktor-dalam-pembangkitan.html
4. Apa alasan dan tujuan penggunaan suatu pembangkit listrik hanya untuk beban puncak saja?
BalasHapusmenurut saya :
Hapuspenggunaan pembangkit listrik hanya untuk beban puncak saja ada 3 alasan
1.karena pembangkit tersebut bukan merupakan pemasok utama untuk wilayah yang di supply
2. selain beban puncak pembangkit tersebut tidak dipelukan karena pembangkit utama masih mampu untuk menyupply listrik
3. untuk menghemat biaya operasional
untuk menghindari kerusakan mesin
2.
karena menurut analisa dari suatu sumber yang berdasarkan metoda load curve saat ini pembangkit yang digunakan seharusnya adalah pembangkit yang standby operasinya cepat. Maksudnya, saat dibutuhkan tambahan pasokan daya, pembangkit dapat langsung menyuplai tambahan daya tersebut sehingga pembangkit tidak mengalami kerugian.
Hapuscontoh kasus : Bila kita hanya membangun PLTU dengan bahan bakar batu bara, biaya bahan bakarnya mungkin murah. Namun, saat beban puncak, kita akan mengalami kerugian. Karena waktu untuk mengoperasikan PLTU itu sangat lama (mencapai 5 hari), maka untuk mengatasi beban puncak yang akan terjadi, PLTU tersebut tentu sudah dinyalakan sejak lama. Sementara itu, durasi beban puncaknya itu sendiri hanyalah beberapa jam (2-4 jam). Tentu saja tidak sebanding pemasukan dengan pengeluaran. Itulah sebabnya kita memiliki pembangkit-pembangkit seperti PLTD dan PLTG.
Source : http://watergius.wordpress.com/2011/03/02/kurva-beban-dan-alasan-memiliki-beragam-pembangkit/
Indrawan Nugrahanto ME 13
Apakah memungkinkan untuk melakukan load balancing pada beban listrik dengan power plant yang sama?
HapusMisalkan daerah A dan B berdekatan secara geografis. Di daerah A memiliki beban puncak pada siang hari (pukul 11-13) sedangkan di daerah B memiliki beban puncak pada malam hari (pukul 19-21), apakah memungkinkan kapasitas pembangkit listrik dimaksimalkan untuk supply listrik daerah A pada siang hari dan diswitch pada sore hari memaksimalkan supply listrik ke daerah B? Karena jika menggunakan Peaker, bisa jadi secara investasi kurang ekonomis karena power plant yang dibangun sebagai Peaker hanya digunakan beberapa jam dalam sehari atau mungkin beberapa hari dalam setahun.
hal itu sangat memungkinkan selama syarat penggabungan/parallel/singkronisasi terpenuhi yaitu :
Hapus1. tegangan harus sama
2. polaritas harus sama
3. frekuensi harus sama
jika tidak maka saat pengaturan beban akan terjadi pemadaman, meskipun tidak lama ini akan mengganggu di beberapa tempat.
saat ini hal tersebutpun sudah dilakukan, namun :
1.pada saat beban puncak yang hampir merata hal ini sulit untuk dilakukan karena supplypun kurang.
2. untuk melakukan singkronisasi tersebut dibeberapa tempat masih terkendala oleh insfrastruktur karena kondisi di indonesia yang berpulau-pulau.
Seperti penjelasan saya pada nomor 2 diatas. Alasan utama adalah efisien dan ekonomis. Bila load factor tersebut kecil, makasangat tidak efektif bila menggunakan pembangkit skala besar yang bisa memikul beban puncak sekaligus. Masing-masing jenis pembangkit ada nilai effisiennya pada beban berapa persen dia akan beroperasi secara optimal, ini bisa dilihat dari guarantee heat-rate dari masing-masing pembangkit. Untuk mendapatkan tingkat ke-ekonomisan yang tinggi, maka dipisahlah pembangkit tersebut menjadi pembangkit base load dan peaker.
HapusPondy Tjahjono-ME13
Secara teknologi sangat memungkinkan untuk mengimplementasikan sistem kontrol "Load Sharing" dengan kedua pembangkit A dan B yang berdekatan secara geografis. Namun secara ekonomi perlu dialakukan studi apakah akan lebih efisien, optimum dan handal menggunakan dua pembangkit A dan B secara load sharing atau masing-masing pembangkit dilengkapi Peaker (PLTD/PLTG) untuk mem-backup apabila terjadi beban puncak.
HapusSamuel LB. Parura # ME 2013
Menurut saya hal ini ditujukan sebagai bufer mengantisipasi apabila terjadi beban puncak sehingga pembangkit ini akan aktif disaat pasokan listrik dari pembangkit yang ada tidak mampu mensuplai dan tentunya dengan spesifikasi sistem operasi yang cepat.
HapusSuatu pembangkit listrik dioperasikan hanya untuk beban puncak saja dikarenakan sumber energinya yang tidak dapat selalu tersedia atau ada batas minimum ketersedian sumber energi agar pembangkit beroperasi dengan optimal, contohnya adalah PLTA.
HapusIrham, ME '13
Menambahkan, selain mempertimbangkan biaya, ketersediaan energi primer, ekonomis dan efisiensi, kriteria pemilihan pembangkit untuk beban puncak juga dipengaruhi oleh respon terhadap pemenuhan bebannya:
Hapus1. PLTA umumnya dapat diubah bebannya dari 0% sampai 100% dalam waktu kurang dari setengah menit
2. PLTD umumnya dapat diubah bebannya dari 0% menjadi 100% dalam waktu kurang dari 10 menit
3. PLTG dapat diubah bebannya dari 0% menjadi 100% dalam waktu kurang dari 15 menit
Sumber klik.
Saya sepakat dengan tanggapan teman-teman diatas, ada yang mau share untuk beban puncak harian, bagaiamana prinsip kerja dari pembangkit tersebut sesuai dengan philospy PLN, apakah tetap standby atau akan di shutdown ketika beban cenderung turun dan dapat dicover oleh pembangkit listrik untuk base load atau average load?
Hapus5. Peramalan atau prakiraan kebutuhan energi listrik (Demand and Load Forecasting) merupakan hal yang sangat penting untuk perencanaan pemenuhan kebutuhan maupun pengembangan penyediaan tenaga elektrik yang tepat dan handal. Jelaskan metode peramalan ini dan berikan referensi yang ada.
BalasHapusDengan meninjau metode Load Curve (Kurva Beban)
Hapuskurva beban cara sederhana dapat diartikan sebagai kurva yang menggambarkan penggunaan beban (listrik) dalam suatu waktu. Dikatakan dalam suatu waktu karena selangnya itu dapat berupa tahunan, mingguan, bahkan harian.
secara sederhana agar PLN dan masyarakat tidak rugi. PLN akan rugi bila ternyata daya yang dibangkitkan sangat besar sementara kebutuhan sedikit (rugi bahan bakar). Maka, bila kurva beban ada, PLN dapat memperkirakan kebutuhan daya sehingga pembangkitan juga dapat diatur. Sedangkan masyarakat sendiri akan dirugikan bila ternyata daya yang dibangkitkan jauh lebih kecil dibandingkan kebutuhan. Kenapa? Karena PLN akan melakukan pemadaman (untuk mempertahankan kestabilan sistem) sampai pasokan daya ditambah. Selain itu, tujuan lain dari prediksi kurva beban adalah agar dapat mengatur jenis-jenis pembangkit yang akan dinyalakan/digunakan.
Source : http://watergius.wordpress.com/2011/03/02/kurva-beban-dan-alasan-memiliki-beragam-pembangkit/
Indrawan nugrahanto ME 13
Menurut sumber peramalan pada dasarnya merupakan suatu dugaan atau prakiraan mengenani terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dimasa yang akan datang.
HapusDalam kegiatan perencanaan peramalan merupakan kegiatan mula dari proses tersebut.
Ramalan di bidang tenaga elektrik pada dasarnya merupakan ramalan
kebutuhan energi elektrik (watt jant) dan ramalan beban tenaga elektrik
(watt). Keduanya sering disebut dengan istilah Demand and Load
Forecasting. Hasil peramalan ini dipergunakan untuk membuat rencana
pemenuham kebutuhan maupun pengembangan penyediaan tenaga elektrik setiap saat secara cukup dan baik serta terus menerus.
Secara garis besar pembuatan ramalan kebutuhan tenaga elektrik dapat
dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
a. Pengumpulan dan penyiapan data.
b. Pengolahan dan analisa data.
c. Penentuan metoda dan pembuatan model.
Sumber :
http://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-12-peramalan-kebutuhan-energi.pdf
Sedikit menambahkan untuk metode yang digunakan
Hapus1. Metode Sampling Statistik
Metoda ini dibangun berdasarkan data dan analisa penggunaan
tenaga listrik pada setiap sektor pemakaian.
2. Metode Ekstrapolasi
Pada metoda ini sangat bersandar pada data-data masa lampau dan
kemudian memproyeksikannya kemasa yang akan datang.
3. Metode Perbandingan
Yaitu proyeksi dengan analisa perbandingan dan kecenderungan
yang homogen pada daerah lain.
4. Metode Sektoral
Metoda ini mengamati pertumbuhan beban listrik pada tiap-tiap
sektor beban.
5. Metode Gabungan
Metoda gabungan ini merupakan metoda gabungan dari keempat
metode diatas.
http://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-12-peramalan-kebutuhan-energi.pdf
Argianto ME13
Peramalan atau prakiraan kebutuhan energi listrik (Demand and Load Forecasting) dapat dilakukan melalui beberapa metode antara lain :
Hapus1. Trend analysis
Analisa ini menggunakan data di masa lampau dengan memperhatian perubahan atau pergerakan permintaan atas energi listrik. Metode ini mengandalkan kemampuan dari pelakunya. Keunggulan cara ini adalah sederhana dan kekurangannya adalah tingkat akurasi yang disajikan.
2. End-use models
Pendekatan ini menggunakan data dari para konsumen listrik sehingga data akan mewakili kebutuhan tiap-tiap golongan konsumen listrik. Keunggulan cara ini adalah kita mengetahui prakiraan konsumsi listrik dan kekurangannya yaitu umumnya menganggap hubungan antara energi listrik dengan konsumen adalah linear.
3. Econometric models
Cara ini menggunakan teori ekonomi dan ilmu statistik. Econometric models akan memperkirakan hubungan antara konsumsi listrik dengan faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik. Keunggulan cara ini adalah data prakiraan yang cukup detail. Sedangkan kekurangannya adalah akan tidak akurat bila terjadi perubahan data secara mendadak.
Sumber : Iranian Journal of Electrical & Electronic Engineering, vol 7, No 4, Dec 2011
Irham, ME '13
Metode peramalan beban dengan metode time series, merupakan metode yang disusun berdasarkan hubungan data-data masa lalu tanpa memperhatikan faktor-faktor penyebab (pengaruh ekonomi, iklim, teknologi dan sebagainya). Metode time series yang digunakan yaitu model dekomposisi. Dekomposisi adalah model kecenderungan yang mempergunakan empat komponen pendekatan yaitu kecenderungan (merupakan tingkah laku jangka panjang), cyclical (bentuk siklis), seasional (bentuk musiman) dan komponen random.
Hapussumber klik.
Menurut referensi yang saya baca, terdapat beberapa metode dalam kita meramalkan beban di masa yang akan datang, pembagian metode tersebut tergantung dari jenis data yang akan kita ambil (harian, Bulanan atau Harian), Adapun metode yang dimaksud ialah :
BalasHapus1. Metode PEramalan jangka panjang dan menengah; faktor waktu yang mempengaruhi tipe ini adalah tahunan hingga bulanan. (end use model, econometric models, statistical model based learning)
2. Metode peramalan jangka pendek; Sejumlah besar variasi teknik statistik dan artificial intelegence telah dekembangkan sebagai metode peramalan jangka pendek (SImilar day approach, regresi, time series,neural NEtwork , Logika fuzzy dan support vector machines)
Skripsi S1 UI (aulia khair)
Kelompok 2 ME-2015
BalasHapusDalam suatu fasilitas pembangkit PLTU, umumnya terdapat satu atau lebih unit boiler-turbine-generator (BTG) set dengan kapasitas yang berbeda antar PLTU, namun pada 1 plant PLTU umumnya kapasitasnya sama.
Misalkan grid membutuhkan daya 300 MW dari suatu PLTU dengan 3 generator dengan rating masing-masing sama yakni 315 MW.
Dispatcher dapat menggunakan pilihan dari unit generator 2x150 MW atau 1x300 MW yang tentunya mempunyai efisiensi dan rating yang berbeda.
Menurut anda, dihubungkan dengan LOLP vs Economy, kapan sebaiknya dispatcher memasok grid dengan 2x150 MW dan kapan sebaiknya dengan 1x300 MW?
Pada saat sistem membutuhkan tambahan pembangkit,sistem akan memilih start pembangkit yang memiliki biaya operasi (start up) yang lebih kecil. Sedangkan pada saat sistem membutuhkan tambahan beban dari pembangkit, sistem akan memilih menaikkan beban pembangkit yang memiliki incremental cost lebih kecil. Pembangkit yang memiliki incremental cost lebih kecil, belum tentu memiliki biaya operasi (start up) lebih rendah.
HapusIncremental cost adalah biaya kenaikan (Rp/kWh) untuk setiap kenaikan pembebanan pembangkit (kW).
Berkaitan hubungannya dengan LOLP harus dilakukan perhitungan lebih lanjut karena tingkat keandalan dipengaruhi oleh pola beban harian, jumlah dan kapasitas pembangkit, dan laju kegagalan unit pembangkit (FOR:failure of rate).
Indra Ardhanayudha Aditya, ME15
LOLP akan memiliki range probabilitas yang lebih banyak sebanding dengan jumlah pembangkit yang tersedia, namun berbanding terbalik dengan keekonomiannya (dengan asumsi jenis pembangkit sama). Sehingga dispatcher dapat memasok 2x150 untuk nilai LOLP yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
HapusMuhammad Ridwan (ME 2015)
Menurut artikel di https://abasiojo.wordpress.com/2013/02/22/12-istilah-yang-digunakan-menggambarkan-daya-mesin/ , terdapat istilah tentang rating mesin, yakni:
BalasHapus• Maximum continuous rating (MCR) adalah daya output maximum yang dapat dihasilkan ketika mesin jalan terus-menerus pada batas level dan kondisi yang aman.
• Standard rating. ini adalah daya output mesin pada kecepatan normal dimana memberikan efisiensi tertinggi ,thermal dan efisiensi mekanik. Pada kecepatan ini keausan berada pada level minimum.
Melihat kasus di atas, mesin pembangkit dengan rating 315 MW tentu akan efisien dioperasikan pada daya 300 MW daripada pada daya 150 MW.
- Jika melihat dari kehandalan sistem, dengan menjalankan 2 (dua) mesin di pembangkit tersebut (yang mempunyai rating 315 MW) masing-masing dengan daya 150 MW untuk mendapatkan pasokan daya di grid sebesar 300 MW.
- Jika melihat dari keekonomisan, lebih baik menjalankan 1 unit generator saja di pembangkit tersebut dengan daya 300 MW untuk pasokan ke grid.
*Di sini, dispatcher perlu menentukan akan digunakan untuk sub-sistem area mana beban sebesar itu, apakah di grid sub-sistem tersebut sudah "kuat" sistemnya (handal), sehingga tidak perlu pasokan dari sumber yang lebih handal lagi, maka sebaiknya memilih memasok dari 1x 300 MW (lebih ekonomis).
Begitu pula sebaliknya, jika daya tersebut lebih membutuhkan tingkat kehandalan yang lebih tinggi untuk pasokan daerah tertentu, maka pada pembangkit ini dapat memilih memasok daya dengan metode 2x 150 MW ke grid.
Ayudha Nandi
ME'2015