.

Jumat, 28 Juni 2013

PENGEBORAN Sumur Geothermal

oleh: Ashadi

Walau pada dasarnya sama namun proses pengeboran konvensional di industri migas (minyak dan gas) tidak begitu saja dapat diaplikasikan untuk pengeboran  sumur geothermal. Dimana perbedaannya dan apa implikasinya?

Proses pengeboran sumur geothermal pada dasarnya serupa dengan proses pengeboran pada sumur minyak/gas, baik ditinjau dari tahapan proses, teknologi/alat-alat, serta ahli pengeborannya (SDM). Alat-alat yang digunakan mulai dari Rig Equipment, Drilling Tools, hingga Casing & accessories sebenarnya dibawa dari industri oil & gas dengan sedikit penyesuaian. Pun demikian dengan SDM di lapangan (crew lapangan), mayoritas berasal dari dunia migas.

Jenis sumur di geothermal berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Sumur produksi
  2. Sumur produksi dapat berupa produksi uap (steam) maupun air panas (brine)
  3. Sumur injeksi
  4. Sumur injeksi berfungsi untuk menginjeksikan kembali brine setelah energy (panas) nya di ekstraksi (brine injector) ataupun untuk menginjeksikan air sisa dari proses di power plant yang disebut dengan condensate (condensate injector) ke dalam field gothermal
  5. Sumur delineasi (pemantauan)
  6. Sumur delineasi digunakan untuk melakukan pemantauan terhadap suatu area (field) geothermal. Pada sumur ini tidak dilakukan produksi ataupun injeksi
Ada dua tantangan utama dalam pengeboran sumur geothermal sekaligus yang membedakannya dari pengeboran di sumur migas, yaitu dalam hal temperature dan loss circulation.
Loss circulation terjadi karena target dalam suatu sumur geothermal merupakan rekahan-rekahan (fracture) yang terkoneksi ke suatu heat source. Ketika fracture tersebut terlintasi dalam proses pengeboran, kemungkinan besar lumpur pengeboran (mud) akan masuk ke dalam fracture-fracture tersebut alih-alih kembali ke permukaan (loss circulation). Kondisi loss circulation ini secara teknis memberikan beberapa dampak negatif pada proses pengeboran dan perlu ditanggulangi.
Dari sisi temperature, target dari sumur panas bumi merupakan fracture yang memiliki temperatur tinggi, karena temperature inilah yang merupakan energi yang ingin diekstraksi. Semakin tinggi temperatur yang diperoleh maka akan semakin ekonomis suatu sumur geothermal. 
Akan tetapi, ditinjau dari proses pengeborannya akan semakin menantang karena teknologi pengeboran yang dibawa dari industri migas sebenarnya didesain untuk temperatur yang relatif lebih rendah, dan hal ini seringkali menjadi hambatan.
Dengan semakin bertambahnya lapangan-lapangan geothermal akan dikembangkan, kedua tantangan di atas justru merupakan suatu peluang baik bagi ahli pengeboran (engineer) maupun pelaku bisnis.

Akibat teknologi dari dunia migas tidak mampu menghadapai pengeboran pada temperatur yang tinggi, trend sekarang mulai bermunculan teknologi-teknologi yang khusus diciptakan untuk sumur geothermal. Saat ini industry geothermal masih ibarat Blue Ocean karena belum banyak pelaku bisnis yang memiliki spesialisasi di bidang ini. Bagi engineer, semakin dibutuhkan ahli-ahli pengeboran yang memahami seluk beluk pengeboran sumur geothermal, dan sebagai catatan saat ini belum banyak jumlahnya di Indonesia maupun dunia.

Sekian.

Artikel Terkait

1 komentar:

  1. Artikel yang cukup baik dengan penjelasan yang dapat memberikan gambaran teknis mengenai pengeboran panas bumi (geothermal).

    Sekedar menambahkan artikel tersebut, selain tantangan teknis yang disebutkan di atas, terdapat pula risiko pada pengeboran panas bumi. GeothermEx (2010) menyebutkan tingkat kesuksesan pengeboran panas bumi di Indonesia “hanya” sekitar 62% saja. Nilai ini meliputi seluruh pengeboran pada tahap eksplorasi, konfirmasi, pengembangan dan operasi. Lebih lanjut, GeothermEx (2010) menyebutkan bahwa tingkat kesuksesan pengeboran menjadi semakin tinggi dari tahap eksplorasi ke tahap konfirmasi, tahap pengembangan dan relatif paling tinggi pada tahap operasi. GeothermEx (2010) memperlihatkan tingkat kesuksesan pengeboran sumur panas bumi di lapangan Kamojang, misalnya, pada tahap pengembangan dan operasi sekitar 73%. Hal ini juga diperkuat oleh Sanyal et al. (2011) yang memperlihatkan tingkat kesuksesan pengeboran panas bumi di Indonesia berkisar pada nilai yang disebutkan GeothermEx dan nilainya semakin meningkat di suatu lokasi dengan semakin banyaknya sumur panas bumi yang dibor.

    Risiko ini berakibat pada produksi uap dari sumur panas bumi tersebut dan berujung pada kondisi finansial perusahaan. Selain itu, produksi uap akan dikonversi menjadi produksi listrik pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang terikat pada kontrak Energy Sales Contract (ESC). Pada kontrak tersebut dikenal sistem pemberian penalti kepada salah satu atau kedua belah pihak apabila terjadi kesalahan yang mengakibatkan nilai kontrak tidak dapat direalisasikan. Melalui sistem tersebut PLTP harus mempertahankan kapasitas produksinya, agar tidak terkena penalti. Agar produksi tersebut terjaga, secara berkala perusahaan PLTP melakukan aktivitas pengeboran beberapa sumur baru sekaligus. Dalam melaksanakan aktivitas pengeboran sumur panas bumi, perusahaan mempertimbangkan risiko pengeboran yang disebutkan sebelumnya beserta mitigasinya.

    Bagus W. Wahyuntoro

    Sumber:

    GeothermEx, Inc. (2010). An Assessment of Geothermal Resource Risks in Indonesia. Report prepared for The World Bank in support of Government of Indonesia and Ministry of Energy and Mineral Resources, Republic of Indonesia, June 2010.

    Sanyal, S. K., Morrow, J. W., Jayawardena, M. S., Berrah, N., Li, S. F., Suryadarma. (2011). Geothermal Resource Risk in Indonesia – A Statistical Inquiry. Proceedings of Thirty-Sixth Workshop on Geothermal Reservoir Engineering, Stanford University, Stanford, CA, 31 Januari – 2 Februari, 2011.

    BalasHapus

Membuat Link Pada Komentar Anda
Agar pembaca bisa langsung klik link address, ketik:
<a href="link address">keyword </a>
Contoh:
Info terkini klik <a href="www.manajemenenergi.org"> disini. </a>
Hasilnya:
Info terkini klik disini.

Menambahkan Gambar Pada Komentar
Anda bisa menambahkan gambar pada komentar, dengan menggunakan NCode berikut:

[ i m ] URL gambar [ / i m ]

Gambar disarankan memiliki lebar tidak lebih dari 500 pixels, agar tidak melebihi kolom komentar.