The challenge series
oleh: Tim ME-2013

Bagaimana kebenaran pernyataan di atas?
Bagaimana AS menciptakan harga energi yang rendah di negaranya? Adakah jaminan harga energi di Indonesia?
Pada akhirnya tingkat pertumbuhan ekonomi negara dan kawasan yang menjadi taruhannya.
Negara-negara Eropa saat ini sedang berupaya memperbaiki keterpurukan ekonomi mereka. Pada prinsipnya investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi bukan sebaliknya.
Namun, menurut The Washington Post, industrialis Eropa berduyun-duyun melakukan investasi baru dengan memindahkan fasilitas produksi mereka ke AS. Investasi baru ini didorong oleh harga energi yang rendah dan cadangan yang besar akhir-akhir ini di negeri Paman Sam.
Uni Eropa khawatir dengan fenomena ini yang dimuat dalam The Telegraph edisi Oktober 2013. Bahkan menurut The Financial Times, salah satu produsen mobil terkemuka Jerman, BMW, juga akan mengikuti jejak ini.
Harga energi memegang peranan yang besar di dalam keputusan tersebut.
Harga energi memegang peranan yang besar di dalam keputusan tersebut.
![]() |
Tingat Harga Energi Listrik AS (sumber: 2012 Key World Energy Statistics, IEA) |
Ide yang disampaikan adalah bahwa ketersediaan dan cadangan energi yang cukup besar di Eropa saat ini ternyata tidak lagi menarik industrialis dalam kondisi persaingan yang semakin ketat.
Energy security kini punya dimensi yang berbeda.
AS muncul sebagai negara penghasil energi terkemuka di dunia menyaingi Rusia dan Arab Saudi melalui inovasi teknologi.
AS muncul sebagai negara penghasil energi terkemuka di dunia menyaingi Rusia dan Arab Saudi melalui inovasi teknologi.
Menurut USA Today, the main reason for the recent U.S. boom in natural gas production -- up more than a third since 2005 -- is the cost-effective combination of horizontal drilling and hydraulic fracturing or fracking.
++
Selain gas, teknologi ini juga menjadikan AS menjadi penghasil minyak mentah yang memungkinkan negara tersebut sebagai pengekspor minyak dan gas dunia.
Dengan ini manfaat dari prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” jelas terlihat disini. AS sepertinya berusaha menjaga tingkat harga energi yang rendah sejak negara tersebut masih menjadi importir oil & gas terbesar untuk tujuan yang lebih besar.
Dengan ini manfaat dari prinsip “to provide energy at the lowest possible cost” jelas terlihat disini. AS sepertinya berusaha menjaga tingkat harga energi yang rendah sejak negara tersebut masih menjadi importir oil & gas terbesar untuk tujuan yang lebih besar.
Kita tentu tidak lagi heran jika melihat fenomena tersebut di atas. Selanjutnya, bagaimana dengan kita?
Statistik menyebutkan bahwa semakin maju suatu negara maka konsumsi energi juga akan semakin tinggi.
Indonesia saat ini merupakan satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G-20 berkat pertumbuhan ekonominya yang tergolong tinggi.
Statistik menyebutkan bahwa semakin maju suatu negara maka konsumsi energi juga akan semakin tinggi.
![]() |
Rata-rata Konsumsi Listrik (developed, developing, under develop countries (sumber: 2012 Key World Energy Statistics, IEA) |
Tidak lah mengherankan jika konsumsi energi kita terus meningkat. Ini konsekuensi logis yang harus bisa diantisipasi.Sejumlah pertanyaan kemudian muncul. Diantaranya:
- Mengapa suatu negara bisa mengalami krisis energi di tengah pertumbuhan ekonomi yang tinggi?
- Apakah fenomena di Eropa tersebut di atas dapat menjalar ke berbagai kawasan?
- Bagaimana AS mengelola energi mereka?
- Apakah faktor harga sudah dimasukkan sebagai faktor penting di dalam kebijakan energi kita?
- Apa definisi energy security yang digunakan?
Mari kita diskusikan.
Catatan:
- Tujuan dari studi kasus ini adalah membangun awareness mahasiswa di bidang energi dengan memperhatikan dan mengikuti perkembangan yang terjadi untuk kemudian menarik pengetahuan yang berharga.
- Diskusi dibuka hingga waktu penutupan kuliah pada Desember 2013.
- Diskusi dapat berupa pernyataan yang mendukung atau membantah berupa uraian yang logis dengan informasi pendukung berikut sumbernya. Dapat juga berupa pertanyaan yang relevan. Pada intinya hindari memberikan opini tanpa dasar teori yang kuat dan data.
- Pada akhir sesi diskusi akan disusun sebuah kesimpulan – yang bisa mendukung atau membantah ide utama artikel ini.
Kesimpulan Diskusi (per 31 Desember 2013)
- Harga energi (energy price) yang rendah di suatu negara atau kawasan akan menarik minat investor untuk menanamkan investasinya di negara atau kawasan tersebut.
- Harga energi (energy price) memainkan peranan yang sangat penting untuk menjaga keunggulan yang diperlukan suatu Negara dalam persaingan.
- Ketahanan energi tidak hanya ditentukan oleh besarnya cadangan (reserved) atau ketersediaannya (availability) saja. Keterjangkauan (affordability) harus menjadi perhatian.
- Negara dituntut untuk mengelola energi dengan baik untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang sehat dan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kekeliruan dalam pengelolaan energi dapat membawa berbagai masalah dan dampak yang kurang baik.
++
1. Apakah ada sumber-sumber lain yang mendukung atau membantah isu ini?
BalasHapusSumber lain yang mendukung diungkapkan oleh Joshua Snead, K&S, di Energy Newsletter.
HapusDemikian halnya yang diungkapkan oleh Helmuth Ludwig, CEO Siemens Industry Sector, North America di Electronics360 mengenai operasional manufaktur Siemens di Amerika Serikat.
Bagus, ME'13
Diskusi yang menarik. Akan lebih lengkap bila bisa ditampilkan data yang menunjukkan korelasi antara penurunan Harga Energi US vs pertambahan nilai investasi dari Eropa, setidaknya dalam beberapa tahun terakhir.
HapusSaya cenderung mendukung isu ini, however menurut saya migrasi pabrik Eropa ke AS tsb tidak semata-mata hanya karena faktor Harga Energi 'Saat Ini' yang lebih murah, tetapi lebih kepada Energy Security atau jaminan supply energi., sesuai diskusi di point 6. Perencanaan suatu pabrik bersifat jangka panjang, 30-50 tahun ke depan, dan adanya jaminan ketersediaan supply energi - Energy Security - dalam harga yang tetap ekonomis menurut saya lebih merupakan faktor pendorong utama.
Negara maju seperti AS tentu sudah punya strategi utk mengamankan Energy Supply nya hingga beberapa generasi ke depan. Diversifikasi energi dan intensifikasi teknologi jelas terlihat.
Pindahnya pabrik ke AS ini bisa jadi juga merupakan sinyal bahwa negara lain (termasuk Indonesia) tidak/belum punya strategi yang jelas terkait energy security dalam jangka panjang. Pabrik2 Eropa mungkin telah menganalisa hal ini. Gawat nih...
Menurut Reuters, tidak hanya industrialis eropa yang berbondong-bondong migrasi ke AS dengan murahnya harga energi, tetapi juga industri-industri yang menggunakan bahan baku berupa gas seperti SASOL(Petrochemical Afrika), ORASCOM CONSTRUCTION INDUSTRIES(Fertilizer Egypt), IDEMITSU KOSAN and Trading House MITSUI&Co(Petrochemical Japan) melirik AS karena ketersediaan gas yang murah disamping murahnya harga energi listrik.
HapusRaksasa kimia Jerman BASF, yang mengoperasikan pabrik di eropa, telah mengumumkan rencana untuk ekspansi di Amerika Serikat , disebabkan karena harga gas alam telah jatuh ke seperempat dari harga di Eropa , sebagian besar karena inovasi Amerika dalam membuka shale gas .
HapusGordon Moffat , director general of Eurofer, the main lobbying group for European steel manufacturers. mengatakan : “It’s become clear, with the drop in gas and electricity prices in the United States, that we are, at the moment, at a significant disadvantage with our competitors,”
http://articles.washingtonpost.com/2013-04-01/world/38182416_1_natural-gas-shale-gas-basf
Samuel Parura
ME 2013
Ternyata sumber-sumber yang didapat memang membenarkan isu ini..
HapusThe Guardian, salah satu sumber berita di US, pada tanggal 12 November 2013 merilis artikel tentang Industri manufaktur UK dan Europe terancam mengalami kerugian kompetitif yang serius oleh karena rendahnya harga energi di Amerika. Hal ini karena "booming"-nya shale gas di negara Paman Sam ini.
artikel dapat dilihat disini
Bahkan IEA mengingatkan kepada Eropa dan Jepang bahwa hal ini dapat berdampak pada negara mereka. Tercatat empat tahun lalu, menurut IEA, harga gas Eropa kira-kira sama dengan harga gas di Amerika Serikat. Sekarang, menjadi tiga kali lebih tinggi. Di Jepang, harga sekitar lima kali lebih tinggi.
Di artikel diatas disebutkan bahwa "Negara-negara Eropa saat ini sedang berupaya memperbaiki keterpurukan ekonomi mereka". Apa saja langkah yang akan diambil atau sudah dilakukan selama ini untuk mendorong pertumbuhan ekonominya? Apakah mereka akan kembali menggunakan energi fosil? sedangkan untuk menggunakan kembali energi nuklir rasanya tidak mungkin, karena adanya ketakutan setalah peristiwa fukushima.
HapusTidak juga. Fukushima menggunakan pendekatan lama.
HapusSekarang ini berkembang Small Nuclear Power Plant. Tinggi reaktornya tidak lebih dari 3 meter. Aman dan bersih. Artikel baca disini.
Small nuclear power plant menarik untuk dikembangkan di Indonesia. Apalagi dengan ukuran yang relative lebih kecil dari pembangkit konvensional yang sudah ada tetapi dapat membangkitkan listrik hingga 10 hingga 20 kali lebih besar. Di Amerika sudah mulai dikembangkan pembangunan untuk PLTN skala kecil yang digunakan sebagai sumber listrik beberapa perusahaan atau pabrik yang berada di wilayah terpencil yang sulit dijangkau dengan pasokan energy fosil speerti minyak ,gas dan batubara. Hal tersebut sangat cocok dengan kondisi di Indonesia yang masih terdapat beberapa kota terpencil yang dapat menggunakan PLTN skala kecil sebagai sumber listrik di wilayahnya. Untuk pembangunan pembangkit tersebut menurut salah satu artikel yang saya baca berada pada harga 50juta dollar untuk pembangkitan 25 MW. dengan ukuran yang sangat kecil pembangkit tersebut dapat menghasilkan listrik sebesar 25 MW. sangat ekonomis.
HapusSumber :
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/small-nuclear-reactor
2. Mengapa suatu negara bisa mengalami krisis energi di tengah pertumbuhan ekonominya yang tinggi?
BalasHapusIngin menanggapi pertanyaan nomer 2, Dalam kasus di Indonesia, di tengah meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi saat ini kita berhadapan dengan kurangnya pasokan minyak dikarenakan tingkat produksi minyak nasional pertahun berada di bawah dari tingkat kebutuhan konsumsi minyak nasional per tahun, sehingga opsi mengimport minyak pun dilakukan, sejak tahun 2004 Indonesia sudah menjadi Negara net oil importer.
HapusKhusus untuk Gas produksi kita sebenarnya cukup besar, hanya saja sebagai akibat dari kontrak perjanjian masa lalu, sebagian dari hasil produksi gas Indonesia harus di eksport ke Negara luar. Indonesia mensuplai 20% dari total import gas Jepang, Bontang sendiri mengekspor 90% produksi gas nya ke Jepang. Indonesia menjadi salah satu pengekspor LNG terbesar berkat dari 2 LNG Plant yaitu Arun di lhoksumawe dan Badak di bontang, yang dibangun bersama jepang dibawah kontrak supply jangka panjang ke pembeli jepang pada tahun 1970an.
Tetapi belakangan pemerintah sudah mulai mengubah paradigma dengan lebih berpihak pada kebutuhan domestik yaitu dengan memanfaatkan kontrak-kontark jangka panjang dengan negara lain yang sudah mulai habis, dan membuat perjanjian baru yg lebih berpihak pada kebutuhan domestik dalam hal pembangunan kilang LNG baru, contoh dalam kasus LNG Donggi-Senoro dimana pada 2009 kerjasama pembangunan LNG tersebut dengan jepang sempat ditunda dikarenakan pemerintah ingin mengubah perjanjian dengan memutuskan agar hasil produksi Gas di jual ke dalam negeri, dari yang sebelumnya, perusahaan utility jepang Kansai Elektrik dan Chubu Elektrik akan mendapatkan setengah dari produksi gas donggi-senoro selama 12-15 tahun.
sumber infonya disini
Pada intinya kemampuan/ketidakmampuan suatu negara dalam membangun/mensuplai sumber energi sndiri akan mempengaruhi ketahanan energi negara tersebut, dalam hal ini teknologi, SDM, dan regulasi berperan penting
HapusMemang ini sebuah paradoks. Di satu sisi kita mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetap di sisi lain kita tidak siap dengan konsekuensinya.
HapusGambar Rata-rata Konsumsi Energi per Kapita di atas bisa menerangkan lebih jauh.
Kita perlu mencari tahu beberapa kemungkinan penyebabnya dan opsi untuk mengatasinya.
Sebelumnya apakah ada yang bisa memberi pencerahan tentang hal ini?
Salah satu penyebab rentannya ketahanan energi nasional adalah peningkatan konsumsi energi yang tidak diimbangi dengan kenaikan penawaran. Hal tersebut akan berdampak pada naiknya harga dan sulitnya akses energi.
HapusAda beberapa fakta bahwa masalah kependudukan berpengaruh pada permintaan energi. Meningkatnya permintaan energi sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu, struktur umur penduduk pun memiliki pengaruh terhadap permintaan energi. Penduduk usia produktif cenderung menggunakan energi dalam jumlah besar untuk mendukung produktivitasnya.
[im]http://1.bp.blogspot.com/_Z7FOTDOG-64/SZj5gJL2zRI/AAAAAAAAACY/7Ua5hf6o8XE/s1600/intensitas-energi-vs-konsumsi-per-kapita.jpg[/im]
(Apabila gambar tidak muncul, linknya bisa dilihat disini
Berdasarkan grafik Blue Print Pengelolaan Energi Nasional, kita ambil contoh, Indonesia memiliki intensitas energi yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan satu satuan produksi atau jasa, Indonesia membutuhkan energi yang paling banyak. Dengan demikian terlihat bagaimana rendahnya efektifitas dan efisiensi penggunaan energi di Indonesia, secara tidak langsung, menunjukkan pula bahwa harga energi di Indonesia paling tinggi di antara negara lain yang tercantum di dalam grafik tersebut.
Sedangkan konsumsi energi per kapita adalah jumlah energi rata-rata yang dikonsumsi oleh setiap penduduk di suatu negara. Sehingga semakin banyak populasi suatu negara semakin mengurangi konsumsi energi per kapita. Hal itulah yang membuat mengapa jumlah energi perkapita Indonesia rendah.
Apabila melihat pemetaan konsumsi energi yang dirilis oleh IEA, Indonesia termasuk ke dalam range yang rendah. Ini mengindikasikan bahwa permintaan energi di Indonesia akan meningkat terus.
Opsi untuk mengatasinya adalah dengan mendorong efisiensi energi pada sektor industri sebagai pengguna total energi terbesar. Efisiensi energi bisa diartikan sebagai upaya mengurangi konsumsi energi yang dibutuhkan dalam menghasilkan barang atau jasa tanpa mengurangi kualitas dari produk atau jasa yang dihasilkan. Dengan menghemat penggunaan energi, pemerintah juga dapat menyimpannya sebagai cadangan untuk menjaga ketahanan energi nasional.
Sumber : Indonesia Finance Today, Surviving Crisis A Quest for Prosperity.
Menambahan pendapat teman-teman sebelumnya, Untuk skala perlistrikan, berdasarkan RUPTL 2012-2021 dan RUKN 2012-2031 laju pertumbuhan energi listrik lebih besar dari laju pertumbuhan ekonomi, untuk mencapai elastistas dan intensitas energi, diperlukan efisiensi tanpa mengurangi kegiatan Business As Usual (BAU) melalui konservasi energi. Indikasi keberhasilan efisiensi energi adalah keberhasilan menurunkan jumlah MTOE dengan daya yang sama dengan pembauaran EBT.
HapusMenurut Bluemap Scenario IEA Tahun 2008, 11% energi listrik setiap disupply oleh Energi surya dengan 6% pada end-user dan 5% adalah PLTS, tetapi pada RUPTL pemanfaatannya hingga tahun 2021 hanya 0,02%. Disisi lain menurut IEA harga solar panel akan menurun hingga rata-rata 1 USD/Wp pada tahun 2050 dibandingkan dengan harga tahun 2008, harga solar panel akan turun 18-22% setiap pemasangan 2 x kapasitas terpasangnya. Diperlukan suatu regulasi dan dukungan pemerintah untuk dapat memanfaatkan energi surya secara optimal, dan akan mengakibatkan diperlukan subsidi sebagai investasi awal.
menambahkan pendapat pak catur, bahwa kebijakan dalam mendorong percepatan pemanfaatan energi surya sangat diperlukan, melalui Permen ESDM No.17/2013 akan memberikan sinyal positif kepada investor untuk mengembangkan pembangkit tenaga surya dengan harga jual tertinggi sebesar US$ 25 cent/kWh untuk semua kapasitas terpasang dan US$ 30 cent/kWh apabila menggunakan modul fotovoltaik dengan tingkat komponen dalam negeri minimal 40%.
HapusSelain itu, berdasarkan berita terbaru bahwa upaya PLN dalam melaksanakan ekspor-impor listrik kepada pelanggan pengguna panel surya merupakan langkah percepatan pemanfaatan energi terbarukan khususnya energi surya. sehingga kedepan diperlukan juga dukungan dan kebijakan dalam pengembangan panel surya dengan harga yang kompetitif bagi masyarakat.
Sumber berita klik.
Ilham budi, ME'13
Untuk Pak Ilham belajar dari Jerman dan Korea, FIT akan menarik investor, tapi pada kenyataannya diperlukan peberian intensif yang lain sebagai contoh subsidi pemasangan PV pada pelanggan atau EBT yang lainnya dengan memberikan intensif kepada manufaktur melalui pengurangan pajak dan sebagainya, sehingga biaya peralatan dan intalasi dapat dijangkau masyarakat. tujuannya untuk hanya sebagai pendorong awal agar rakyat dapat berpartisipasi. Pengaturan pengurangan besarnya subsidi dan FIT yang tepat akan menghasilkan dalam beberapa periode, tarif listrik akan berada diatas FIT, sehingga inilah profit yang didapat dari hasil intensif.
HapusSelain itu perkembangan EBT yang secara aplikasi sangat praktis diterapkan akan menumbuhkan industri-industri yang lain seperti industri besi, baterai dan panel.
Inilah saatnya pemerintah mengambil pelajaran di mana setiap terjadi pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6%, selalu diiringi terjadinya krisis. Ini pelajaran penting untuk direnungkan, sekarang pemerintah harus belajar banyak, kenapa ekonomi tumbuh di atas 6% selalu diikuti dengan krisis. Pertumbuhan ekonomi yang kerap dibayangi krisis akibat terdorong permintaan kebutuhan energi. Sementara di sisi lain, permintaan energi tidak diimbangi dengan pasokan dari dalam negeri. Alhasil Indonesia terus dibayangi oleh krisis energi.
HapusItulah yang saya mengerti, di saat pertumbuhan ekonomi tinggi, Indonesia terus dibayangi oleh krisis energi.
Salam
William Maha Putra
ME 14
Secara Umum setuju dengan pendapat pak william, negara ini memang harus mengambil pelajaran terhadap hal tersebut, namun mungkinkah Indonesia tetap tumbuh tanpa dibarengi krisis tersebut? Langkah langkah apa saja yang seharunya dilakukan dari sisi pemerintah untuk menanggulangi terjadinya krisis seperti 1997 dan 2008?
HapusMenanggapi pendapat William dan Anandita, salah satu contoh kasus krisis energi yang mulai dirasakan, salah satunya terjadi di Sumut (berdasarkan sumber Medan Business Daily, masyarakat di SUMUT sekarang mengalami krisis energi berkepanjangan, memang pemerintah sudah berjanji untuk mengatasi masalah kekurangan pasokan gas, listrik dan bbm tahun 2014.
Hapuskalau melihat potensi yang ada, rasanya Sumut tak patut mengalami krisis energi. Pasalnya, daerah ini merupakan lumbung mikro hidro dengan potensi listrik hingga 250 megawatt, selain potensi listrik yang bisa dihasilkan dari pembangkit besar bertenaga air di sepanjang Sungai Asahan. Saat ini saja sudah ada dua pembangkit menggunakan tenaga air Sungai Asahan yang menghasilkan daya 150-200 megawatt , menyusul pembangkit ketiga (Asahan 3) yang disebut akan beroperasi tahun ini dengan daya 200 megawatt. Begitu pula untuk minyak bumi dan gas, seyogianya Sumut tak pernah kekurangan pasokan. Toh, Pertamina lahir dan besar dari lapangan minyak dan gas di Pangkalan Susu, Langkat. Kawasan ini berada di dalam cekungan Sumatera Utara yang menyimpan akumulasi minyak dan gas bumi. Makanya timbul tanya: kenapa Sumut harus mengalami krisis energi.
Pemerintah seyogianya dapat mengelola potensi tersebut untuk kesejahteraan masyarakat dan daerah. Caranya, tawarkan kemudahan investasi dan berbagai insentif kepada para investor untuk mengembangkan potensi energi tersebut. Soalnya, jangan-jangan birokrasi berbelit plus biaya ekonomi tinggi yang membuat investor ogah berinvestasi ke sektor tersebut selama ini.
Apabila cara itu sukses tentu daerah ini bisa memperbaiki prestasi ekonominya yang merosot di tahun 2013 barusan. Bayangkan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) hanya mencatat pertumbuhan 5,95% di tahun tersebut, padahal pada 2012 angkanya mencapai 6,28%. Agaknya krisis energi memberi dampak negatif terhadap capaian pertumbuhan Sumut tersebut, di samping adanya tekanan ekonomi dunia yang sedang bergejolak hebat setahun terakhir.
3. Apakah fenomena di Eropa tersebut di atas dapat menjalar ke berbagai kawasan?
BalasHapusBagaimana AS mengelola energi mereka?
saya coba mengutarakan opini terkait dengan pertanyaan no.3
HapusMeurut saya dengan banyaknya move industri Eropa ke Amerika,Saya pikir hal juga akan memberikan efek yang berat bagi Amerika dikarenakan tentunya akan semakin tinggi pula tingkat emisi udara yang dihasilkan oleh negara paman sam tersebut akibat munculnya industri-industri baru tersebut. Isu pencemaran juga akan semakin besar serta peringkat Amerika sebagai penyumbang emisi nomor 1 di dunia juga tidak tergoyahkan. Apakah muatan politis ini juga yang digunakan strategi Eropa untuk mengekspansikan industrinya. (mohon maaf klo diluar jalur) :)
Shale gas adalah sebuah revolusi energi terjadi di AS. Ini adalah gas alam yang dihasilkan dengan cara yang tidak konvensional.
HapusApakah penggunaan gas alam menimbulkan emisi udara lebih tinggi dari energi primer utama lainnya di AS saat ini?
shale gas juga memiliki kekurangan. Meski dianggap lebih bersih daripada batubara, shale gas masih memiliki emisi karbon yang signifikan bila dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya.
HapusProses fracking untuk memperoleh shale gas juga masih dianggap sebagian pihak membahayakan lingkungan khususnya karena memerlukan air dengan jumlah yang besar serta penggunaan bahan-bahan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.
Proses fracking ini memicu beragam lingkungan. Sumur-sumur yang dibor secara tidak benar atau casing yang rusak dapat mengeluarkan cairan fracking, bahan kimia di dalamnya, atau gas metana ke lapisan batuan atau pasir tempat air mengalir (aquifer) terdekat dan sumur air. Sampai saat ini, kegagalan semacam ini relatif jarang terjadi, namun Badan Perlindungan Lingkungan AS telah menyelidiki setidaknya dua kasus dugaan kontaminasi air minum dekat sumur yang memfasilitasi fracking di Pavillion, Wyoming dan Susquehanna County, Pennsylvania.
Tantangan lingkungan yang lebih besar terpusat pada keamanan pembuangan miliaran galon limbah cairan fracking yang diproduksi di sumur gas alam setiap tahunnya. Dari lima sampai sepuluh juta galon air yang digunakan dalam pekerjaan fracking ini, sekitar 20 persen akan mengalir kembali ke permukaan. Aliran balik (flowback) ini mengandung campuran bahan kimia fracking serta mineral, logam berat, dan gas radon radioaktif yang terlarut dari formasi batuan.
Sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah ternyata tidak layak untuk menangani flowback itu. Para pengebor biasanya menggunakan ratusan truk untuk ‘mengungsikan’ air limbah itu ke tempat yang jauh untuk kemudian disuntikkan ke dalam sumur-sumur dan disimpan jauh di bawah tanah.
Sumber : http://migasreview.com/revolusi-shale-gas-patut-dicemaskan-atau-dirayakan.html#sthash.2VlzDNLm.dpuf
Sumber : http://www.indoenergi.com/2012/04/keunggulan-dan-kelemahan-shale-gas.html
Indrawan Nugrahanto ME 13
Mencoba menjawab pernyataan diatas, kalau dilihat dari data emisi setiap bahan bakar fosil, Kandungan karbon dari setiap bahan bakar (ton Karbon per Terajoule)
HapusJenis Bahan Bakar Ton C per TJ
Batubara 26.2
Gas 15.3
Automotive Diesel Oil (ADO) 20.2
Fuel Oil (FO) 21.1
Industrial Diesel Oil (IDO) 20.2
Sumber: Dept. ESDM
maka dapat dilihat gas memiliki emisi terendah, namun di amerika menurut IEA tahun 2012 energi yang digunakan
Coal 37%
Natural Gas 30%
Nuclear 19%
Hydropower 7%
Other Renewable 5%
Biomass 1.42%
Geothermal 0.41%
Solar 0.11%
Wind 3.46%
Petroleum 1%
Other Gases < 1%
maka dari data penggunaan energi dapat dilihat bahwa batu bara digunakan di AS paling banyak, untuk menjawab pertanyaan apakah penggunaan gas alam menimbulkan emisi udara lebih tinggi dari energi primer utama lainnya di AS saat ini? Tidak, emisi udara yang dihasilkan oleh gas alam lebih rendah dari energi primer lainya seperti batu bara.
Argianto
ME13
Hal ini pernah ditanyakan oleh Council of Scientific Society Presidents secara resmi pada 4 Mei 2010 kepada presiden AS (Obama). Surat tersebut bisa dibaca disini.
HapusNamun hal itu dijawab oleh Paul Stevens pada briefing paper yang sangat komprehensif. Paper tersebut juga menjelaskan dan membandingkan fenomena yang terjadi di Amerika ini tidak dapat atau sulit untuk terjadi di daratan Eropa.
Bagus W., ME'13
Yang menarik dari perkembangan shale gas di USA adalah adanya intensive credit tax yang diberikan pemerintah federal USA. NGPA section 29 Tax Credit berakhir pada akhir tahun 1992, menyebabkan jumlah unconventional gas well menurun drastis pada periode 1993 dan 1994 Kuuskraa and Stevens 1995).
HapusFaktor lain penyebab harga shale gas lebih kompetitif dengan adanya policy private land leasing dan open access gas pipeline.
Dari grafik yang ditunjukan pada artikel di web ini "Yang menarik dari perkembangan shale gas di USA adalah adanya intensive credit tax yang diberikan pemerintah federal USA. NGPA section 29 Tax Credit berakhir pada akhir tahun 1992, menyebabkan jumlah unconventional gas well menurun drastis pada periode 1993 dan 1994 Kuuskraa and Stevens 1995).
Faktor utama penyebab harga shale gas lebih kompetitif dengan adanya policy private land leasing dan open access gas pipeline.
Terlihat dari chart yang ditunjukan pada artikel Perkembangan 1 Abad Minyak Dunia untuk natural gas pada tahun 2009 dan seterusnya, harga natural gas di USA yang didominasi shale gas relatif stabil dan dibawah harga natural gas konvensional.
Berdasarkan artikel yang kami baca (http://migasreview.com/revolusi-shale-gas-patut-dicemaskan-atau-dirayakan.html) memang CO2 yang dihasilkan dari shale gas jauh lebih sedikit daripada pembangkit batubara sehingga jika dipandang dari emisi CO2 memang shale gas lebih kecil, namun ada hal lain yang menjadi tantangan tersendiri, yakni terkait efek yang ditimbulkan dari adanya kebocoran metana yang terjadi pada shale gas. Paling parah, pemanasan iklim akibat dampak metana ini 72 kali lebih kuat daripada CO2 dalam jangka waktu 20 tahun dan 20 kali lebih kuat dalam 100 tahun. Untuk itu shale gas memang penting dan banyak sisi positifnya sepanjang dibarengi dengan kontrol yang bagus.
Hapusbeberapa data hasil penelitian yang menunjukan buangan gas karbon yang dihasilkan dengan metode shale gas belum ada yang signifikan, walau tetap menunjukkan buangan shale gas lebih bersih dibandingkan batubara.
Hapustapi sekarang ada penelitian lain yang mendukung hasil data shale gas adalah studi pre-review yang didanai oleh ExxonMobil menggunakan data penilaian siklus hidup dari shale gas untuk menyimpulkan bahwa jejak karbon shale gas lebih murni dibandingkan batubara.
Siapa pun yang benar tentang emisi buronan, iklim-dampak gas shale juga dipengaruhi oleh sarang faktor lain - apakah itu akan keluar-bersaing batubara atau energi terbarukan, misalnya, atau apakah penangkapan karbon dan teknologi penyimpanan pernah cukup dikembangkan pada dunia skala untuk menangkap emisi dari pembakaran gas alam. Sebagai negara yang berbeda mengembangkan industri gas shale, pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi lebih jelas. Sementara itu, argumen akademis atas emisi buronan tampaknya akan terus berlanjut.
4. Bagaimana AS mengelola energi mereka?
BalasHapussaya coba menanggapi pertanyaan no.4
HapusMenurut sumber yang saya temukan menyatakan bahwa (Drilling efficiency is a key driver of oil and natural gas production in USA). Peningkatan efisiensi pengeboran merupakan salah satu kunci produksi minyak dan gas bumi di AS. Dengan adanya efisiensi tersebut maka dapat memangkas biaya produksi yang cukup siginifikan, sehingga hal ini akan memungkinkan juga mengakibatkan penurunan atau rendahnya harga energi yang berdampak secara keseluruhan di Amerika.
Sumber : http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.cfm?id=13651
Ini mungkin pertanyaan yang paling menarik.
HapusJika kita melihat Gambar Tingkat Harga Energi di atas, rasanya sulit mempercayai bagaimana AS mempertahankan harga yang rendah di saat posisi mereka sebagai pengimpor energi terbesar di dunia.
Kira-kira apa ya....
mencoba menjawab pertanyaan no 4, menurut informasi dan data yang ada, dalam menjaga harga energi dan mendukung produksi energi renewable US mempunyai kebijakan yaitu insentif dan subsidi, besarnya berbeda antara fosil dan renewable.
HapusInsentif terhadap pengembangan energi fosil (oil) sangat besar hampir 3/4 dari total insentif, sebaliknya pengembangan renewable diberikan insentif lebih kecil namun subsidi terhadap biaya produksi listriknya lebih besar dari pada fosil.
Terlihat bahwa untuk mendapatkan harga listrik yang kompetitif, kedepan pasokan energi listrik dari renewable akan terus ditingkatkan, sedangkan untuk energi fosil akan menjadi cadangan (energi security) yang akan dioptimalkan dengan pertimbangan ketersediaan dan harga energi (data Annual Energy Outlook 2013 with Projections to 2040 hal 30&42).
Yang menjadi pertanyaan mengapa insentif untuk fosil lebih tinggi dari pada renewable?
Apabila ada jawaban yang kurang tepat, mohon koreksi dan masukan...
Sumber: sumber 1.
sumber 2.
sumber 3.
Sebelumnya maaf nih posting tanpa data, hanya ingin menyampaikan share aja.
HapusHarga listrik merupakan produk akhir, sedangkan minyak yg di impor merupakan input. Dari ujung hulu (input) sampai dengan ujung hilir (produk) banyak sekali yg bisa dilakukan oleh AS.
Mulai dari Diversifikasi Energi (nuklir, shale gas, CBM, geothermal, etc) -- efisiensi Power Plant --- efisiensi Infrastruktur TnD...keseluruhan proses pada rantai supply energi ini masing-masing berperan dalam menekan harga produk akhir (listrik).
Engineering can change the World... :)
Ada sebuah riset disertasi yang dilakukan oleh Burcu Cigerli, PhD, di Institute for Public Policy Rice University, US. Riset tersebut mengemukakan mengenai shale gas amerika dan energi security-nya. Paper trsebut dapat dibaca diisini .
HapusBagus, ME'13
Departmen Energi AS (DE-AS) meluncurkan 1,2 juta dollar untuk proyek-proyek kerja sama antara AS dan Indonesia untuk energi terbarukan dan efisiensi energi dimana DE-AS telah mempersiapkan dana sebesar 1,2 juta dollar untuk pelaksanaan proyek-proyek kerja sama ini, yang akan banyak berfokus pada proyek-proyek energi terbarukan, seperti bantuan pengembangan kebijakan, pendanaan energi ramah lingkungan, dan jaringan kerja sama, demikian juga dengan proyek efisiensi energi seperti pengadaan pelatihan, penggunaan teknologi, standardisasi peralatan, standardisasi bangunan komersial dan penguatannya. Identifikasi dan seleksi proyek yang akan dijalankan saat ini masih dalam proses.
HapusAmerika Serikat(AS) juga merupakan negara yang betul-betul memikirkan dan membangun ketahanan energi pada umumnya memiliki fasilitas penyimpanan minyak mentah (strategic petroleum reserves/SPR). Amerika Serikat saat ini memiliki SPR dengan kapasitas 727 juta barrel, atau lebih kurang setara dengan 60 hari impor neto minyak mentah AS yang mencapai 12 juta barrel per hari.
sumber: http://surabaya.usconsulate.gov/20120516b-id.html
http://www.reforminer.com/media-coverage/tahun-2013/1283-rapuhnya-ketahanan-energi
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Energy%20Security.pdf
Dimas, ME'14
5. Apakah faktor harga sudah dimasukkan sebagai faktor penting di dalam kebijakan energi kita?
BalasHapusKebijakan Energi Nasional yang diterbitkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral no. 0983 K/16/MEM/2004 telah ditindaklanjuti dengan menyusun Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (BP-PEN) 2005 - 2025. BP-PEN tersebut selanjutnya dibahas dalam sidang kabinet terbatas yang dihadiri para menteri yang terkait dengan bidang perekonomian yang kemudian kebijakan-kebijakannya dituangkan dalam Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
HapusBlueprint Pengelolaan Energi Nasional dapat dilihat disini.
Pada perjalanannya, terbitlah UU no. 30 tahun 2007 tentang Energi. Sehingga pada bulan Juli 2008, pemerintah membentuk Dewan Energi Nasional (DEN) sebagai amant UU no. 30 tahun 2007 tersebut, untuk mengurusi kebijakan energi Indonesia yang bersifat lintas sektoral.
Akhir bulan Agustus 2013 lalu, pemerintah menyerahkan rancangan peraturan tentang Kebijakan Energi Nasional kepada Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Kebijakan ini akan memuat tujuan pengelolaan energi dan sasaran penyediaan energi termasuk target bauran energi dalam penyediaan energi nasional sampai 2050.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengemukakan bahwa rancangan kebijakan ini disusun oleh Dewan Energi Nasional (DEN) yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan termasuk perguruan tinggi dan pemerintah daerah.
Menindaklanjuti diskusi dengan teman-teman Manajemen Energi, dan telah di-share juga, Bappenas telah menyusun policy paper "Keselarasan KEN (Kebijakan Energi Nasional) dengan RUEN (Rencana Umum ENergi Nasional) dan RUED (Rencana Umum Energi Daerah)".
Bagus, ME'13
Kesadaran tentang hal ini perlu dibangun. Dari paparan di artikel ini ketersediaan energi dan harga memegang peran yang sangat penting. Selanjutnya kita perlu memperhatikan keduanya dengan lebih seksama.
HapusSalah satunya untuk mensiasati harga energi yang naik dengan mengurangi pajak pendapatan. Sebagai contoh pemerintah kora selatan memberikan pengurangan pajak pendapatan sehingga tercipta keseimbangan di suatu industri dengan mengurangi cost yang dikeluarkan melalui pajak.
HapusSedangkan untuk jangk panjang melakukan pembauran EBT tanpa mengurangi BAU. Masih dari Korea sebagai contohnya dimana pemerintah Korea Selatan mengembangkam program kredit pajak R & D. Bea masuk berkurang sebesar 50 persen untuk semua komponen dan / peralatan yang digunakan dalam pembangkit listrik energi terbarukan. Pemerintah Korea juga memberikan subsidi hingga 60 persen kepada pemerintah daerah untuk instalasi fasilitas energi terbarukan, dan menawarkan pinjaman bunga rendah
(5,5 persen menjadi 7,5 persen) ke proyek-proyek energi terbarukan, termasuk masa tenggang 5 tahun diikuti dengan periode pembayaran 10 tahun. Dari sisi pengelolaan pembangkitan, pemberian intensif akan menekan biaya investasi awal sehingga harga energi dapat dikelola as lower possible cost.
Pertimbangan faktor harga penting dalam kebijakan energi kita terutama energi terbarukan. Indonesia masih memiliki potensi/sumber daya yang belum banyak dikembangkan untuk menghasilkan energi (energi surya, tenaga air, tenaga angina, panas bumi, biomassa, hingga berbagai bentuk energi samudra). Sumber energi ini disebut sumber Energi Terbarukan (ET) karena sifat persediaannya yang tidakterbatas atau tidak habis. ET dari segi lingkungan sangat ramah. Hampir semua ET tidak menghasilkan gas rumah kaca (GRK) bila dikonversikan ke bentuk energi lain, kalau ada yang menghasilkan kadarnya jauh lebih kecil dibanding energi fosil.
HapusNamun, untuk pengembangan energi terbarukan ini, faktor harga jadi salah satu faktor penting di kebijakan energi kita. Selain dari faktor harga, Faktor pengembangan kapasitas dan Faktor standarisasi dan sertifikasi perlu dilakukan untuk kebijakan energi kita.
Salam,
William Maha Putra
ME 14
Sumber :
http://www.bappenas.go.id/files/8513/5071/7947/laporan-akhir-policy-paper-v10d__20130315150536__3751__0.pdf
http://www.google.com/url?url=http://lib.ui.ac.id/file%3Ffile%3Dpdf/abstrak-73557.pdf&rct=j&frm=1&q=&esrc=s&sa=U&ei=_ftxVNX4GsmhugSh4oCICw&ved=0CCwQFjAE&sig2=flq_d8T8ZxH4g_e1bnGJOg&usg=AFQjCNGcloZkF49aAoSBbRQOiC2xJVW7aQ
Ada pandangan berbeda dari artikel Kompas.com (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/01/23/11584668/Harga.Rendah.Picu.Krisis.Energi.) Faktor harga sangat menentukan kehidupan sektor energi karena rendahnya harga energi akan memicu terjadinya krisis ketersediaan energi. Sebab, rendahnya harga energi menghambat program diversifikasi atau pemakaian energi di luar minyak.Masalah-masalah yang terjadi apabila harga energi yang terlalu rendah adalah kurang berhasilnya diversifikasi panas bumi, biodiesel dan lain lain. Sehingga pendapat harga energi harus rendah itu dianggap tidak selalu benar. Harga terlalu rendah juga mungkin menimbulkan hambatan penurunan kemiskinan dan pengangguran, pengembangan infrastruktur, transportasi massal, serta pengembangan energi non BBM.
HapusYuk, mari kita bersama-sama meninjau kembali, sebenarnya harus dalam batas apa harga energi tersebut?
Salam,
William Maha Putra
ME 14
Harga memegang peranan penting dalam pengembangan energi dan kebijakan energi di Indonesia, sebagai contoh adanya subsidi bagi bahan bakar minyak merupakan salah satu kebijakan energi dimana harga diikutsertakan dalam pengambilan kebijakan.
HapusLebih lanjut sebagaimana artikel yang pernah kami baca, dalam http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Pembatasan%20Subsidi%20Bahan%20Bakar%20Fosil%20dan%20Efisiensi%20Energi.pdf,
Peningkatan harga bahan bakar fosil menjadi concern dalam artikel tersebut, sehingga kedepannya dalam bauran energi nasional Indonesia juga akan semakin mengurangi prosentase bahan bakar minyak dalam bauran energi nasional. Hal ini semakin menegaskan bahwa kebijakan energi tak bisa dilepaskan dengan harga energi tersebut. Saat ini harga energi baru terbarukan masih belum kompetitif, namun dengan upaya yang keras, bisa jadi suatu saat akan sekompetitif energi fosil, who knows?
Bagaimana menurut teman-teman?
Menanggapi dari pernyataan Mas Willy, Upaya sekeras apa untuk menjadikan harga energi terbarukan bisa kompetitif dengan energi fosil? Yang paling penting di sini menurut saya adalah kebijakan pemerintah mengenai harga dan subsidi.Jika energi terbarukan tidak mendapatkan subsidi pemerintah, maka harga listrik yang dihasilkan melalui teknologi ini tidak akan kompetitif dibandingkan dengan listrik yang dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar fosil. Namun yang akan menjadi permasalahan akibat subsidi ini adalah, teknologi produksi energi terbarukan belum mencapai tingkat efisiensi dalam waktu dekat sehingga memakan waktu yang panjang hingga puluhan tahun.
HapusApakah ada cara lain, sehingga membuat harga energi terbarukan bisa kompetitif?Mari kita diskusikan bersama.
Salam,
William Maha Putra
6. Apa definisi energy security yang digunakan? Sebutkan referensinya ya...
BalasHapussecara umum, energy security dapat diartikan sebagai usaha untuk menjamin keamanan pasokan energi dengan harga yang pantas dan stabil untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi (Palonkorpi, Mikko. Energy Security and the Regional Security Complex Theory)
HapusArgianto ME13
Ini definisi menurut IEA : "refers to the uninterrupted availability of energy sources at an affordable price".
HapusPada intinya adalah energi tersedia pada tingkat harga yang tidak membebani.
Apakah energi sekuriti ini juga menjadi salah satu faktor dalam menentukan tingkat harga yang akan dibebankan ke masyarakat dan pula apakah berpengaruh kepada kebijakan energi suatu negara?
HapusSebagai tambahan aspek makro ketahanan energi dengan mengukur parameter 4A+S :ketersediaan (availability), keterjangkauan (harga) (affordability), kemudahan akses (accessibility), penerimaan/dapat diterima
Hapus(acceptability), dan keberlanjutan (sustainability). Sampai saat sekarang hingga tahun 2050, ketahanan energi masih diukur berdasarkan parameter energi fosil.
1. Aspek availability menunjukkan ketersediaan energi baik energi fosil maupun EBT, dengan mengukur tingkat potensi energi , rasio cadangan dan produksi primer energi fosil.
2. Aspek affordability . Sehingga baik sebagai pihak konsumen atau pihak industri/lapangan usaha dapat memenafaatkan energi untuk mendukung usaha yang kompetitif dan ekonomis.
3. Aspek accessibility. Perencanaan pembangunan fasilitas energi disesuaikan dengan letak geografis dan sumber daya alam yang ada, sehingga memudahkan untuk mendistribusi kepada pelanggan. Sebagia contoh pembangunan PLTS offgrid untuk daerah-daerah terpencil.
4. Aspek acceptability. Kesesuaian energi yang ditawarkan dengan sosial dan teknologi yang ada. Sebagai contoh pengembangan sistem Feed-In Traiff tenaga surya akan mengalami kendala jika tidak ada sosialisasi dan perbaikan infrastruktur.
5. Aspek sustainability. Perlunya pengembangan pembauran energi dengan EBT untuk menjaga cadangan energi terbatas untuk waktu yang lebih lama.
Aspek makro tidak akan berjalan baik tanpa didukung oleh aspek mikro seperti kemampuan ekonomi, penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), penguasaan manajemen & sumber daya manusia, regulasi, kondisi sosial-politik, lingkungan, dan keamanan. IPTEK dan SDM merupakan faktor mikro terpenting yang dapat mendukung Ketahanan Energi Nasional.
Jika menurut IEA energy security adalah tersedianya energi pada harga yang tidak memberatkan, apakah langkah import listrik yang dilakukan beberapa negara, seperti Indonesia dan Malaysia termasuk energy security?karena dengan mengimport, energi listrik dapat tersedia dan harganya bisa lebih murah, tetapi jika ada konflik, bisa saja negara pengeksport menghentikan pasokan listriknya.
HapusMohon pencerahannya.
Thanks & regards,
Anton
Sepakat dengan mas Anton.
HapusFenomena ini mirip dengan yang terjadi pada energi primer lainnya. Seperti halnya, minyak. Telah kita ketahui bersama, Indonesia bukan lagi sebagai negara pengekspor minyak, namun sebaliknya menjadi net importer. Resiko oil (supply) security ini pernah meninggi pada saat terjadi konflik di timur tengah dan baru-baru ini ketika terjadi ketegangan di Iran. Apabila Iran menutup teluk persia, maka Indonesia akan kesulitan mendapatkan suplai minyak yang banyak berasal dari daerah tersebut.
Demikian halnya dengan listrik. Apabila terjadi ketegangan atau konflik, maka bisa saja suplai listrik tersebut terganggu. Sehingga solusi tersebut diharapkan hanya menjadi solusi jangka pendek untuk menanggulangi krisis listrik di suatu daerah, yang memerlukan penanganan cepat. Tentu saja, solusi jangka panjangnya adalah suplai dari dalam negeri (i.e. pembangkit, dsb.). Suplai bahan bakar untuk pembangkit pun harus diperhatikan ketahanannya. Apakah harus impor, atau produksi dalam negeri kuat untuk berapa lama. Atau, apakah menggunakan energi terbarukan. (renewables)
Import energi, baik dalam bentuk energi primer maupun energi listrik, dapat diperhitungkan keekonomisannya, namun rentan terhadap konflik antar negara, faktor politik, dsb. Salah satu tulisan yang pernah saya baca, adalah di Journal of Energy Security.
Pernahkah terbayangkan apabila kita tidak hanya impor minyak, namun juga gas dan batu bara?
Bagus, ME '13
@pak Difi: menurut saya di tingkat mikro tentunya begitu. Di tingkat makro tentunya akan berpengaruh pada industri yang beroperasi dan daya saing investasi.
HapusSewajarnya tentu berpengaruh pada kebijakan.
@pak Antonius Kristiawan,
HapusJika dilihat dari deman jangka pendek tentu solusi impor adalah jalan keluar yang baik saat ini. Namun untuk jangka panjang perlu dikaji lebih lanjut.
Di dunia ketenagalistrikan kita mengenal apa yang disebut dengan kehandalan sistem. Intinya adalah menjaga sistem agar tetap dapat memenuhi kebutuhan listrik dari waktu ke waktu. Salah satunya adalah dengan membangun pembangkit-pembangkit baru.
Itu teorinya.
Sepertinya di dalam pelaksanaan barangkali terjadi kendala. Pembangunan pembangkit baru membutuhkan biaya investasi yang sangat besar (untuk mendapatkan gambaran, kira-kira besarannya 1 juta dolar per MW) dengan masa pengembalian di atas 10 - 30 tahun.
Ini tentu berisiko di mata para investor. Ada banyak faktor yang harus mereka diperhitungkan.
Biasanya pemodal untuk pembangunan pembangkit ini adalah Pemerintah (government owned utility) atau Investor (investor-owned utility).
Jika keduanya tidak bergerak tentu hal ini menarik untuk dipelajari bersama.
Berdasarkan program CDM dari UNFCC, sebenarnya kita ada peluang untuk mendapatkan dana dari PSC Migas di Indonesia, dengan membuat regulasi dimana PSC Migas berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK di fasilitas masing-masing atau diberi kelonggaran dengan memberikan bantuan pengembangan aplikasi EBT di Indonesia.
Hapus@ Pak anton dan rekan-rekan sejawat Pak Anton, apakah ada peluang untuk menuju ke arah sana dengan regulasi pemerintah untuk PSC Migas?
Energy security merupakan istilah yang melekat erat pada suatu kondisi terjaminnya pasokan kebutuhan energi–minyak dan gas alam–suatu negara demi keberlangsungan dan eksistensi negara baik secara ekonomi maupun pertahanan. Pasokan energi tersebut dapat berasal baik dari cadangan domestik maupun suplai energi global.
Hapussumber : keyword
Berdasarkan dari literatur yang saya baca, "energy security" berarti adalah ketersediaan sumber energi pada di mana harga energinya dapat diterima di kalangan masyarakat. (energy security means the availability of energy sources at an affordable price"). Ketahanan energi tergantung dari berbagai faktor seperti harga energi, level of investment, infrastruktur, Politik, dan lain lain.Saat ini Negara-negara menghadapi tantangan bagaimana menyediakan energi dari berbagai macam sumber untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di negaranya. Selain harus mempertahankan ketahanan suply, negara-negara saat ini juga mencari energi yang dapat diterima di masyarakat bagi dari segi harga , lingkungan, dll. Ketahanan energi bukan saja menjadi tantangan terbesar bagi negara berkembang atau negara maju.
HapusSumber :
http://www.iea.org/topics/energysecurity/
http://www.eforenergy.org/docpublicaciones/documentos-de-trabajo/WP092012.pdf
http://www.worldcoal.org/coal-society/coal-energy-security/
Salam,
William Maha Putra
ME 14
Setuju dengan definisi ketahanan energi yang telah dijelaskan pada komentar-komentar sebelumnya, hanya sedikit menambahi bahwa yang terjadi pada impor listrik Indonesia dari Malaysia lewat ASEAN Power Grid, khususnya Kalimantan Barat yang akan membeli listrik dari Sarawak, Malaysia dalam pandangan kami merupakan salah satu bentuk menjaga ketahanan energi, karena saat ini (menurut RUPTL 2013-2022) harga rata-rata energi listrik di Kalimantan Barat adalah Rp. 3000/kWh dan sebagian besar disuplai dari pembangkit berbahan bakar minyak bumi, dengan harga minyak bumi yang cenderung semakin mahal trendnya (meskipun saat ini sedang di harga yang cukup rencah (antara 60$-70$/brl)) tentunya dengan membeli listrik dari Malaysia yang harga /kWHnya lebih rendah merupakan bentuk menjaga ketahanan ekonomi sekaligus ketahanan energi. Namun masalahnya adalah apakah Indonesia akan bergantung dari Impor tersebut? Tentunya Indonesia juga harus terus mengembangkan pembangkit dengan sumber lain yang tentunya dengan harga yang lebih rendah dari PLTD agar tidak tergantung dengan Malaysia.
HapusSalam,
Anandita Willy K, ME'14
7. Teori apa yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena ini ?
BalasHapusOkun (1974, 1975), sejalan dengan garis pemikiran neoklasik, berpendapat bahwa energi dibandingkan dengan input produksi lainnya, relatif hanya merupakan 'komponen kecil' dari total output. Sebagai konsekuensinya, perubahan harga energi akan memiliki dampak relatif kecil terhadap perekonomian.
HapusPerry (1975, 1977) lebih jauh menyatakan bahwa sulit untuk percaya bahwa harga energi yang tinggi dapat mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan output, karena ianya hanya salah satu dari sekian banyak komponen produksi. Hal ini juga mendukung keyakinan bahwa kenaikan harga energi akan mensubstitusi modal dengan tenaga kerja tanpa mempengaruhi produksi dan pertumbuhan (Ebohon, 1996).
Bemdt dan Kayu (1975) berpendapat bahwa sementara energi dan tenaga kerja mungkin disubstitusikan , hubungan yang saling melengkapi antara energi dan modal meningkatkan arti pentingnya energy, jauh melebihi dari sekedar rasio biaya. Secara implisit, dampak dinamis dari hubungan energy dengan output dan produktivitas, menggarisbawahi pentingnya pengaruh energi pada pertumbuhan ekonomi **.
Okun (1974, 1975) membuktikan bahwa energi dan tenaga kerja, di satu sisi dan modal dan tenaga kerja di sisi lain, dapat disubstitusikan. Dengan demikian, adalah mungkin untuk mengkompensasi penurunan energi-induced dalam pendapatan nasional dengan substitusi terhdap tenaga kerja atau modal. Namun, sampai saat ini, belum ada kesepakatan bulat tentang hubungan antara energi dan modal *** .
**
HapusSiginifikansi ekonomi dari bahan bakar adalah produk marjinalnya. Konsep ini digunakan untuk mengatakan jumlah nilai ekonomi yang dihasilkan oleh satu unit panas. Model ekonometrik Kaufmann (1994) mengindikasikan bahwa produk marjinal dari bahan bakar pada perekonomian AS bervariasi dari waktu ke waktu, tetapi bahwa ada peringkat konsisten dari kualitas bahan bakar: listrik primer merupakan bahan bakar dengan kualitas tertinggi, diikuti oleh minyak, gas, dan batubara. Kualitas Energi memainkan peran yang dominan dalam menentukan jumlah energi masyarakat yang dibutuhkan untuk menghasilkan kekayaan. Meskipun terjadi penurunan rasio energy/PDB riil di negara-negara industri yang paling sering dikaitkan dengan perubahan teknis yang pro-hemat energi dan substitusi yang disebabkan oleh guncangan harga energi, tetapi analisis empiris rinci menunjukkan bahwa banyak variasi rasio energy / PDB riil energi dikarenakan pergeseran dalam komposisi penggunaan bahan bakar, dan hal ini disebabkan oleh perubahan dalam kualitas penggunaan bahan bakar (Cleveland, 2003). Pergantian atau perubahan teknis tidak dapat mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk menghasilkan unit output. Tapi menggabarkan bahwa perubahan teknis telah mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk memproduksi satu unit output atau menggambarkan perubahan teknis sebagai "penghematan energi" adalah kurang tepat. Selama empat puluh tahun terakhir, perubahan teknis telah mengurangi jumlah energi panas yang digunakan untuk menghasilkan unit output dengan mengembangkan teknik baru untuk menggunakan minyak, gas alam, dan listrik primer menggantikan batubara. Inovasi teknis ini menguntungan karena karakteristik fisik sumber energi minyak, gas alam, dan listrik primer yang menghasilkan unit panas lebih baik dari batubara. Interpretasi ini menyiratkan bahwa perubahan teknis bukanlah sesuatu yang dibentuk hanya oleh pikiran manusia melainkan sebagian juga dibentuk oleh atribut fisik energi yang tersedia dari lingkungan (Kaufmann, 1992).
***
Berndt dan Kayu (1975), Hudson dan Jorgenson (1975) dan Matsui et al, (1978) menemukan bahwa energi dan modal saling melengkapi, sementara Griffin (1979) menemukan energi dan modal saling menggantikan (Ebohon, 1996).
Sumber:
David, S. I. & Citler, J. Cleveland, 2004. Energy and Economic Growth, Rensselaer Working Papers in Economics.
Kaufmann, R. K., 1992. A Biophysical Analysis of the Energy/Real GDP Ratio: Implications for Substitution and Technical Change. Ecological Economics, 6, Pp. 35-56.
Kraft, J., Kraft, A., 1978. On the Relationship between Energy and GNP. Journal of Energy and Development, 3, Pp.401-03.
Ada sejumlah teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena ini. Diantaranya adalah Cost Leadership dari Porter.
HapusArtikel singkatnya bisa dibaca disini atau juga disini.
Q1/2014
BalasHapusApa pesan yang ingin disampaikan para penulis artikel ini?
pentingnya ketersediaan energi, stabilitas, harga terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara. peran engineer di sini adalah sebagai orang yang membuat strategi dan inovasi untuk mengatasi hal-hal tersebut
HapusArtikel ini mendiskusikan bahwa Harga energi di suatu negara menjadi hal penting untuk menarik minat investor untuk berinvestasi yang dapat membuat sebuah negara dapat bersaing. Selain itu Ketersediaan serta kejangkauan dari suatu energi tersebut menjadi faktor penting lainnya
HapusItu lah yang membuat suatu negara dapat bersaing di pertumbuhan ekonomi yang pesat ini. Oleh karena itu pengolahan energi dengan baik akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Pesan yang ingin disampaikan yaitu bahwa saat ini dimana kondisi persaingan usaha yang semakin ketat, ternyata ketersediaan (availability) dan cadangan energi saja tidak cukup menarik bagi para pelaku industri dan investor. Terdapat faktor lain yang memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan investasi yaitu HARGA ENERGI (ENERGY PRICE).
HapusHal tersebut dibuktikan dengan banyaknya industri terkemuka di Eropa yang memindahkan fasilitas produksinya ke Amerika Serikat (AS), yang didorong selain oleh cadangan yang besar di AS, namun juga karena HARGA ENERGI YANG RENDAH, yang mampu disediakan oleh AS karena berbagai inovasi teknologi yang dilakukannya (shale gas technology,etc). Dan dengan harga energi yang rendah tentunya industri tersebut akan mampu menekan biaya produksi, yang pada akhirnya menjadikan mereka mampu menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif.
M.Ridwan
E14 – Kelompok 5
artikel ini ingin menyampainkan bahwa ketersediaan energi saja tidak cukup untuk menarik investor namun faktor harga juga ikut mempengaruhi.Kenapa? sebab dalam bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang besar dapat dilakukan dengan menaikan pendapatan dan menurunkan pengeluaran.Namun dalam pasar yang persaingan yang ketat untuk menaikan pendapatan(dalam hal ini menaikan harga jual) akan sulit sehingga alternatif yang paling pas adalah dengan menurunkan cost dalam konteks ini adalah memilih harga energi yang lebih murah.
HapusE-14 kelompok 7
Pesan yang ingin disampaikan pada artikel ini adalah bahwa ketersediaan energi saja tidak cukup untuk menarik para investor dalam menanamkan modalnya. Salah satu hal penting lainnya adalah harga energi yang memegang peranan besar di dalam pengambilan keputusan.
HapusSelain itu bagaimana cara AS dapat mengelola penggunaan energi mereka sehingga bisa mendapatkan harga yang cukup murah.
Dalam artikel ini diberikan contoh sejumlah industri terkemuka Eropa yang memindahkan fasilitas industrinya ke Amerika Serikat untuk memanfaatkan keuntungan ekonomis dari rendahnya harga energi di Amerika Serikat.
Artikel ini membahas bahwa pentingnya ketersediaan energi dan juga harga energi di suatu negara dapat menarik investor dan pengguna. Dimana statistik menunjukkan semakin maju negara maka konsumsi energi pun akan tinggi.
HapusSeperti yang dibuktikan oleh USA yang menyediakan harga energi yang rendah serta inovasi teknologi yang menjadikan negara tersebut mampu menghasilkan kualitas yang dapat bersaing dari segi produk yang dihasilkan serta harga yang ditawarkan.
Rakhmatyar Ridha "E'14 Kelompok 5"
Pesan yang saya tangkap dari artikel ini bahwa 'ketersediaan' energi saja tidak cukup menarik bagi pemodal, tetapi 'harga' dari energi juga sangat mempengaruhi. Mengapa demikian? Karena sudah jelas bahwa hukum ekonomi adalah untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil mungkin. Hal ini terlihat jelas dari kejadian 'natural gas boom' di Amerika. Dimana cadangan dan produksi shale gas yang sangat besar, membuat harga energi (dalam hal ini gas) di Amerika bahkan mencapai hampir 4 kali lebih murah dibandingkan harga di Eropa. Hal ini sangat menarik bagi investor, sehingga membuat banyak industri di Eropa melakukan ekspansi ke Amerika dan membatasi melakukan investasi baru di Eropa. (http://www.washingtonpost.com/world/europe/european-industry-flocks-to-cheap-us-gas/2013/04/01/454d06ea-8a2c-11e2-98d9-3012c1cd8d1e_story.html)
HapusApa yang dilakukan Amerika? Dengan inovasi teknologi, yaitu kombinasi dari horizontal drilling dan hydraulic fracturing, Amerika berhasil mengoptimalkan produksi gas alam dalam bentuk shale gas yang mana cadangannya di Amerika terbanyak nomor 2 di dunia (cadangan estimasi maupun terbukti) (http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_recoverable_shale_gas).
Bagaimana Eropa merespon? Di tahun 2012, setelah bertahun-tahun sebelumnya menolak penggunaan energi fosil, penggunaan energi fosil di Eropa menjadi meningkat drastis. Untuk tetap menarik investor, Eropa yang dikenal dengan green energy dan ramah lingkungan, kemudian terpaksa mengimport batubara lebih banyak dari Amerika. Lebih murahnya harga gas di Amerika dibandingkan batubara membuat demand akan batubara di Amerika menurun, sehingga ekspor batubara dari Amerika pun meningkat. Hal ini kemudian juga menjadikan Amerika merajai batubara di pasar dunia.(http://www.washingtonpost.com/world/europe-consuming-more-coal/2013/02/07/ec21026a-6bfe-11e2-bd36-c0fe61a205f6_story.html)
Dapat dilihat bahwa begitu besarnya pengaruh dari 'harga' energi. Yang mana dalam penentuan harga energi, inovasi teknologi memegang peranan yang sangat penting. Indonesia sendiri, membatasi harga energi agar tetap kompetitif dengan subsidi pada minyak bumi. Hal ini karena untuk kebutuhan dalam negeri sendiri lebih banyak menggunakan minyak. Namun, disisi lain hal ini justru memberatkan APBN. Ironinya, Indonesia sebenarnya merupakan negara pengekspor gas , yang dimana harga gas adalah lebih murah dibandingkan minyak. Maka dari itu, konversi minyak bumi ke gas perlu dilakukan secara lebih luas, sehingga benar-benar didapatkan harga energi yang murah.
Mujahid Satrio Negoro E14 Kelompok 3
Artikel ini ingin menyampaikan bahwa ketersediaan energi di suatu negara terkadang tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi negaranya. Contoh paling jelas dari hal ini adalah Indonesia, yang walaupun negara dengan tingkat pertumbuhan ekonominya cukup tinggi tetapi ketersediaan energinya cukup tinggi.
HapusPada artikel ini, disampaikan pula bahwa energi yang murah merupakan modal untuk menarik para investor untuk menanamkan investasi di negara tersebut. Tantangan besar dari suatu negara adalah untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan energi di negara tersebut sambil menjaga agar harga energi tetap rendah. Hal ini merupakan tantangan karena energi adalah komoditas yang tidak mengikuti hukum pasar. Energi harus berada pada tingkat keterjangkauan yang mudah. Jika kondisi ini tidak dipenuhi, maka investor akan cenderung untuk memindahkan penanaman modalnya ke negara yang memiliki kemudahan akses ke energi.
Untuk dapat mencapai kondisi ini, perlu dilakukan upaya strategis agar harga energi tidak melambung tak terkendali di saat investor sudah menanamkan modalnya.
Victor Widiputra
E14 Kelompok 4
Q2/2014
BalasHapusAdakah ada yang ingin Anda sampaikan atau ingin Anda diskusikan terkait komentar yang diberikan?
Tema diskusinya sangat menarik. Saya hanya ingin menambahkan pembahasannya dalam konteks Indonesia.
HapusSecara tidak langsung, Indonesia telah menganggap penting untuk tetap menjaga agar harga energi tidak terlampau mahal. Namun ketergantungan yang sangat tinggi terhadap minyak, khususnya pada sektor transportasi, membuat upaya ini dicapai dengan memberikan subsidi minyak. Sektor transportasi itu sendiri sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian. Kenaikkan harga bahan bakar di sektor transportasi dapat mempengaruhi biaya distribusi produk dan menurunkan daya saing industri.
Padahal dibandingkan dengan minyak, gas termasuk energi yang murah. Sementara Indonesia mengeskpor gas, untuk kebutuhan dalam negeri sendiri justru dipenuhi oleh minyak yang harganya jauh lebih mahal. Batubara juga merupakan sumber energi yang murah, namun tidak seperti gas bumi, batubara tidak mudah untuk mensubtitusikan minyak bumi pada sektor transportasi. Dari total produksi gas (100% atau 1.666.822 BOE), alokasi untuk dalam negeri hanya 41,1%. Sedangkan jumlah gas yang diekspor mencapai 53%. Sisanya, 5,8% merupakan losses (PGN, 2014).
Perdebatan untuk mendapatkan energi murah di Indonesia seringkali hanya terpaku kepada memberikan subsidi minyak atau tidak. Di satu sisi subsidi menurunkan harga minyak sehingga dapat menyokong daya saing industri, tetapi di sisi lain subsidi memberatkan APBN. Padahal ada solusi lain di depan mata : menggunakan gas bumi. Infrastruktur pipa transmisi gas sedang banyak dibangun untuk keperluan industri, rumah tangga, maupun untuk dialirkan ke SPBG.
Sebaik apapun program konversi minyak ke gas bumi, berdasarkan data dari Dewan Energi Nasional, pada tahun 2025 minyak bumi masih menopang 20% dari total bauran energi nasional. Sehingga tetap penting untuk membuat strategi agar harga minyak tetap tidak terlalu tinggi disamping memberikan subsidi. Salah satu penyebab membengkaknya subsidi adalah kebijakan impor minyak jadi, tidak hanya minyak mentah. Impor minyak mentah disebabkan oleh rendahnya produksi minyak dibandingkan dengan konsumsinya, sementara impor minyak jadi lebih disebabkan dari ketidaksiapan infrastuktur kilang. Pada sektor minyak bumi, kapasitas kilang yang terbatas membuat Indonesia ketergantungan dengan kilang di Singapura. Indonesia hanya memiliki 6 kilang dengan kapasitas total 1.053 MBSD (Million Barrel Stream Day). Sementara itu produksi minyak di Indonesia hanya 840 ribu barrel per hari. Padahal pada tahun 2013, konsumsi minyak di Indonesia mencapai 1.565 juta barrel per hari. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur kilang menjadi sangat vital untuk meringankan subsidi minyak (sebenarnya secara teknis dapat dikatakan menurunkan cost dari mengimpor minyak jadi menjadi mengimpor minyak mentah)
Kita sama-sama berharap agar pemerintah serius untuk melakukan konversi minyak ke gas bumi khususnya pada sektor transportasi sehingga Indonesia dapat meningkatkan daya saing industri berbasis harga energi yang murah.
Saya ingin menyampaikan komentar saya kepada pak nino. Pada kasus suatu negara dapat mengalami krisis energi ditengah pertumbuhan ekonomi yang sedang tinggi jika kita melihat dari indonesia sendiri sudah menjawab dari pertanyaan tersebut, dimana kebutuhan konsumsi negara yang melebihi kemampuan lah yang membuat negara tersebut menjadi krisis energi, dengan masih bergantungnya penduduk indonesia terhadap energi minyak ini yang membuat indonesia tidak bisa lepas dari krisis energi tersebut.
HapusOleh karena itu mari berharap agar pemerintah serius untuk melakukan konversi minyak ke gas bumi sehingga Indonesia dapat keluar dari krisis energi minyak ini dan sekaligus meningkatkan daya saing industri berbasis harga energi yang murah.
E14 – Kelompok 5
Sebelumnya saya setuju dengan pendapat danar mengenai konversi minyak ke gas khususnya pada transportasi dengan tujuan meningkatkan daya saing industri dengan harga yang rendah.
HapusBeberapa tahun sebelumnya pemerintah telah memberikan informasi mengenai 60 jenis tanaman yang bisa dijadikan alternatif sebagai pengganti BBM. Info terkait : [URL="http://puspiptek.ristek.go.id/media.php?module=detailberita&id=399-60_jenis_tanaman_bisa_jadi_alternatif_pengganti_bbm.html"]disni[/URL]
Dimana jenis tanaman tersebut mudah didapat, andai saja pemerintah mau fokus melakukan investasi dari salah satu tanaman tersebut secara benar mungkin mampu menyediakan harga energi yang murah.
Rakhmatyar Ridha "E'14 Kelompok 5"
Sebagai tambahan, dari sisi Indonesia, indonesia mengalami krisis energi karena:
Hapus1. tidak mampu menurunkan biaya produksinya (teknologi)
2. infrastruktur yang tidak memadai (juga berkaitan dengan biaya produksi)
3. Payung hukum yang tidak mendukung iklim investasi yang baik
Hal-hal ini menyebabkan Indonesia kesulitan menarik investor untuk berinvestasi di Indonesia, karena hal-hal di atas menyebabkan secara keseluruhan, investor akan sulit mengambil untuk dari investasi di Indonesia, bahkan mungkin merugi.
Kerugian-kerugian yang terjadi oleh investor sebelumnya tentu akan membuat calon investor selanjutnya menimbang ulang untuk menginvestasikan uangnya di sektor migas Indonesia.
Beberapa contoh kerugian investor - dari esdm.go.id
E14 - kelompok 7
Menanggapi saudara Danar, saya ingin menanyakan 1 hal, yaitu bagaimana kesiapan infrastruktur di Indonesia secaa keseluruhan untuk mengkonversi minyak ke gas?
HapusSaat ini kendaraan yang ada di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan BBM, Apabila konversi dilakukan, tidak menutup kemungkinan bahwa investasi yang perlu dilakukan untuk menutup biaya penyediaan infrastruktur lebih besar diibanding dengan subsidi minyak yang dilakukan. Apalagi, kondisi perekonomian di Indonesia tidak merata dan hanya terpusat di pulau Jawa.
Pertanyaannya, dengan hal ini apakah konversi itu masih rasional untuk dilakukan?
Victor Widiputra
E14-Kelompok 5
Q3/2014
BalasHapusApakah Anda setuju dengan kesimpulan yang disampaikan? Mengapa demikian?
Setuju. Terutama mengenai ketahanan energi (energy security) yang tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan/availability energi saja, namun juga faktor lainnya seperti keterjangkauan/affordability, keterjangkauan/accessibility (terlebih pada negara kepulauan seperti Indonesia), dan terutama harga energi yang rendah. Dengan rendahnya harga energi pada suatu negara, diharapkan mampu menarik lebih banyak industri/investor untuk berinvestasi, yang kemudian akan menjadikan negara tersebut mampu bertahan dalam persaingan yang semakin ketat saat ini dan mewujudkan masyarakat yang makmur di negara-nya.
HapusM.Ridwan
E14 – Kelompok 5
saya setuju dengan kesimpulan diatas.Karena memang seperti itulah keadaan di dunia sekarang.Contohnya adalah Amerika Serikat,dengan menggunakan invoasi dalam hal energi mereka dapat menekan harganya sehingga dapat menarik investor ke negaranya.
HapusE14-kelompok 7
Saya setuju dengan kesimpulan tersebut, terutama pada poin no.4 , dimana negara memang harus mengelola energinya dengan baik agar tingkat pertumbuhan
Hapusekonomi yang sehat dapat terjaga, sehingga kemakmuran masyarakat dapat meningkat. Bila ada kesalahan dalam pengelolaan energi tersebut dapat menimbulkan masalah.
Hal ini dapat kita lihat dari negara Amerika Serikat, yang dapat mengelola energinya, sehingga menarik minat para investor asing untuk berinvestasi di AS.
saya setuju dengan kesimpulan, ketersediaan dan keterjangkauan energi sangat mempengrahui pertumbuhan ekonomi suatu negara. contohnya amerika dan negara-negara arab yang pertumbuhan energinya semakin tinggi karena ketahanan energinya.
HapusSaya setuju dengan kesimpulan dari artikel ini, khususnya dengan kesimpulan no. 3. Yang saya ingin sampaikan di sini adalah keunikan energi sebagai komoditas yang tidak mengikuti hukum pasar. Dengan naiknya tingkat kebutuhan energi, tidak serta merta harga energi tersebut dapat dinaikkan. Kenaikan harga energi dapat mengakibatkan dicabutnya investasi dari suatu negara.
HapusSebagaimana disebutkan dalam artikel, rendahnya harga dari energi merupakan faktor yang memicu Amerika Serikat menjadi negara dengan tingkat investasi yang tinggi. Hal inilah yang menunjukkan bahwa kesimpulan no.3 saya rasa amat tepat.
Victor Widiputra
E14-Kelompok 4
Setuju, dengan kesimpulan No 3, Ketahanan energi tidak hanya ditentukan oleh besarnya cadangan (reserved) atau ketersediaannya (availability) saja. Keterjangkauan (affordability) harus menjadi perhatian. Konsep inilah yang harus dimengerti oleh kita semua bahwa bukan hanya tentang availability tapi juga afforability. Ketahanan energi me-refer pada ketersediaan energy supply pada afforable prices. Konsep ini yang harus kita mengerti bersama,karena pengertian ketahanan energi kadang-kadang tidak jelas definisinya sehingga kita hanya mengira tentang ketersediaan energi kita yang akan habis; apakah ketersediaan yang harus continue, heterogenitas energi, dll
HapusIntinya adalah, bukan hanya ketersediaan saja, tapi juga harus bisa dijangkau bagi segi penerimaan maupun harga di masyarakat.
Sumber :
http://www.eforenergy.org/docpublicaciones/documentos-de-trabajo/WP092012.pdf
Salam,
William Maha Putra
Saya cenderung setuju bahwa ketahanan energi memegang peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dan saya sependapat bahwa besarnya migrasi industri ke Amerika banyak disebabkan selain harga yang kometitif juga ketahanan energi yang dijamin oleh Amerika. Hanya saja hendaknya hal ini menjadi semangat bagi Indonesia untuk tetap menjaga ketahanan energi kalau ingin stabilitas ekonomi terjaga dengan baik.
HapusSalam
Anandita Willy K, ME'14
Saya setuju dengan kesimpulan yang disampaikan mengenai Energy price bukan satu-satunya faktor yang membuat suatu negara sangat berpotensial untuk sebuah investasi asing, namun harus diiringi dengan ketersediaan dari energi tersebut. Itu sudah dibuktikan oleh AS hingga dapat bersaing dengan negara penghasil energi terbesar dunia seperti Rusia & Arab Saudi. AS dapat menurunkan Energy price karena mereka beralih ke gas temuan mereka. Mungkin indonesia belum mampu melakukan hal seperti yang dilakukan AS karena indonesia sendiri masih dikategorikan negara yang mengalamai krisis energi. Oleh karena itu amat penting pernanan pemerintah dalam menangani dan memikirkan opsi untuk keluar dari krisis serta mengupayakan energi price yang rendah guna menarik minat investor datang ke indonesia.
BalasHapusE14 – Kelompok 5
menurut saya sebenarnya potensi sumber-sumber energi kita termasuk banyak terutama potensi sumber energi terbarukan...posisi negara kita di khatulistiwa mendapatkan sinar matahari yang berlimpah sepanjang tahun selama 12 jam....namun pemanfaatannya saja yang masih sedikit.
HapusSalam,
Ari D Putra ME 2014
Setuju dengan kesimpulan diatas, dimana ketahanan energi mencakup beberapa aspek yaitu harga energi, ketersediaannya, serta keterjangkauan.
BalasHapusContohnya dengan melakukan inovasi dari segi teknologi, USA mampu menyediakan harga energi yang rendah. Ketika dengan adanya beberapa aspek tersebut terpenuhi. Maka mampu menarik investor dan juga industri untuk melakukan investasi dinegara tersebut.
Rakhmatyar Ridha "E'14 Kelompok 5"
Selamat siang teman2 semua, saya masih belum mengerti mengapa Indonesia yang pertumbuhan ekonominya terus meningkat masih mengalami krisis energi, dan GDP nya tidak begitu baik. sebenarnya yang memengaruhi GDP apa saja yaa?? yang saya pahami adalah jika bangsa tersebut melakukan produksi dan jika jumlah ekspor melebihi jumlah impor maka GDP negara akan naik, apakah itu artinya Indonesia tidak banyak memproduksi dan terlalu bergantung pada pihak asing? khususnya untuk energi apakah indonesia tidak dapat mengolah sumebr dayanya sendiri? dipengaruhi oleh apa? terima kasih
BalasHapusE14-kelompok 1
Melanjuti Pertanyaan Mbak Faridha,
HapusGDP dipengaruhi oleh Konsumsi, investasi, Goverment spending, export dan impor. Jadi bukan hanya masalah, ekspor dan impor saja.
Berikut ini adalah kalkulasinya :
Y = C + I + G + (X − M)
C (consumption)
I (investment)
G (government spending)
X (exports)
M (imports)
Salam,
William Maha Putra
Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Gross_domestic_product
pesan yang disampaikan pada artikel ini menurut saya adalah ketersedian energi termasuk penting tapi tidak cukup untuk menarik investor, harga energi yang rendah menjadi salah satu pertimbangan investor selain ketersedianan energi dan keterjangkauan. bagi investor yang menjalankan bisnis tentu mengharapkan keuntungan yang lebih sehingga mengharapkan cost yang lebih rendah.
BalasHapusFariz Hazmi E14